KABARIKU – Didin Andijaya adalah lulusan S-2. Ia bekerja sebagai teknisi AC serta listrik di Sydney, Australia. Berapa penghasilannya? Menyentuh Rp 1,9 miliar per tahun!
Mungkin karena penghasilannya yang besar, konon banyak sarjana Indonesia di Australia yang bekerja menjadi teknisi AC dan listrik. Contohnya Didin. Laki-laki kelahiran Malang, Jawa Timur tahun 1967 yang di Australia akrab dipanggil Andy ini, kini betah menjadi teknisi AC dan listrik di negara kanguru tersebut.
Didin merupakan jebolan Universitas Trisakti, Jakarta, jurusan Teknik Mesin. Kemudian ia terbang ke Australia untuk meneruskan pendidikan S-2 di Macquarie University jurusan Bisnis Internasional.
Rupanya ia betah tinggal di negara Mell Gibson sehingga tetap tinggal meski pendidikannya telah rampung. Bahkan awal tahun 2000-an, ia menjadi penduduk tetap (permanent resident – PR) Australia.
Saat bingung untuk mendapatkan pekerjaan, ia membaca sebuah iklan lowongan pekerjaan untuk menjadi “tradesman”.
Didin pun mengirimkan lamaran. Semula ia berpikir bahwa lowongan itu berkaitan dengan perdagangan. Namun ternyata menjadi teknisi (tradie).
Singkat cerita ia pun diterima.
Didin mengaku, sebelumnya ia benar-benar awam dengan pekerjaannya. Jangankan menjadi teknisi betulan, memegang obeng saja kaku.
“Tapi semua diajarkan mereka sehingga kemudian saya terlatih sebagai teknisi,” katanya.
Setelah magang selama 3,5 tahun, Didin akhirnya mendapatkan lisensi sebagai teknisi AC.
Kini Didin telah memiliki perusahaan sendiri, namanya “Astro Air” yang didirikan tahun 2010. Dengan perusahaannya, Didin banyak mendapatkan konsumen untuk pemasangan instalasi AC, termasuk perawatannya. Selain AC, perusahaan Didin juga membidangi kelistrikan.
Menurut Didin, meski pekerjaannya sedikit berkotor-kotor dan berbahaya karena harus turun naik atap, menjadi teknisi AC dan listrik di Australia cukup cerah.
“Semua orang di Sydney butuh listrik dan AC, sehingga pekerjaan ini tak akan ada habisnya,” ujarnya. (Ref)