Jakarta, Kabariku – Gelombang serangan rudal Iran menghantam wilayah Israel pada Sabtu pagi (14/6/2025) waktu Indonesia Barat. Serangan itu menyasar sejumlah area permukiman, termasuk Rishon LeZion dan Tel Aviv, menyebabkan kerusakan parah dan jatuhnya korban jiwa.
Sejumlah tim medis darurat langsung diterjunkan ke lokasi. Wakil Direktur Layanan Darurat Wilayah Ayalon, Rami Musher, mengatakan situasi di lapangan sangat rumit. “Kami masih terus memindai dan memastikan tidak ada korban tambahan di dalam gedung,” ujarnya kepada CNN International.
Serangan ini merupakan kelanjutan dari balasan Iran terhadap serangan militer Israel sehari sebelumnya. Militer Israel mendesak warganya untuk berlindung dan tetap waspada di tengah situasi yang terus berkembang.
Berikut adalah perkembangan terkini terkait situasi Israel pasca serangan Iran:
- Iran meluncurkan ratusan misil balistik dan puluhan drone ke wilayah Israel dalam operasi bertajuk Operation Vow of Truth 3. Sasaran utama termasuk Tel Aviv dan Yerusalem.
- Menurut laporan The Jerusalem Post, sedikitnya empat orang tewas (dua di Rishon LeZion dan satu di Ramat Gan), serta lebih dari 70 orang luka-luka akibat ledakan, reruntuhan bangunan, dan kebakaran.
- Meski sistem pertahanan udara Israel dibantu oleh Amerika Serikat, serangan ini tetap berhasil menembus pertahanan dan menimbulkan kerusakan signifikan.
Serangan Iran ini merupakan respons atas serangan sebelumnya dari Israel yang dinamai Operation Rising Lion, yang menargetkan sejumlah fasilitas di Iran. Dalam serangan tersebut, dilaporkan sekitar 78 hingga 90 orang tewas, termasuk ilmuwan nuklir dan komandan Garda Revolusi Iran (IRGC), serta ratusan lainnya terluka.
Dampak Regional dan Reaksi Internasional
Ketegangan ini langsung berdampak pada stabilitas kawasan. Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan de-eskalasi segera. Pembicaraan diplomatik, termasuk negosiasi nuklir antara AS dan Iran yang semula dijadwalkan di Oman, kini ditunda.
Selain itu, sejumlah jalur udara di kawasan ditutup. Maskapai-maskapai besar seperti United Airlines, Delta, Air India, Emirates, dan Qatar Airways terpaksa mengalihkan rute penerbangan mereka untuk menghindari wilayah konflik.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post