• Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Rabu, November 26, 2025
Kabariku
Advertisement
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Catatan Komisaris
  • Kabar Istana
  • Kabar Kabinet
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Politik
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Lainnya
    • Artikel
    • Kabar Peristiwa
    • Pendidikan
    • Teknologi
    • Ekonomi
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Pariwisata
    • Bisnis
    • Profile
    • Pembangunan
Tidak ada hasil
View All Result
Kabariku
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Catatan Komisaris
  • Kabar Istana
  • Kabar Kabinet
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Politik
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Lainnya
    • Artikel
    • Kabar Peristiwa
    • Pendidikan
    • Teknologi
    • Ekonomi
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Pariwisata
    • Bisnis
    • Profile
    • Pembangunan
Tidak ada hasil
View All Result
Kabariku
Tidak ada hasil
View All Result
  • Home
  • News
  • Dwi Warna
  • Kabar Peristiwa
  • Hukum
  • Kabar Istana
  • Politik
  • Profile
  • Opini
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Kesehatan
  • Seni Budaya
  • Pariwisata
  • Hiburan
  • Teknologi
Home Opini

Jangan Ulangi Tragedi Memalukan 2014 dan 2019

Redaksi oleh Redaksi
9 Agustus 2022
di Opini
A A
0
ShareSendShare ShareShare

oleh
S Indro Tjahyono, Aktivis 77/78

Kabariku- Masih dua tahun lagi Pemilu akan dilaksanakan, berbagai manuver elit dan para kandidat Capres/Cawapres makin gencar saja. Status quo masih ingin tampuk di kekuasaan, baik langsung maupun melalui proxy dengan memunculkan kandidat Capres/Cawapres yang bersedia melanjutkan pembangunan yang belum selesai. Jika strategi ini gagal, maka kekhawatiran banyak proyek yang mangkrak mungkin akan terjadi.

Advertisement. Scroll to continue reading.

LOKOMOTIF NYLONONG
Jelang tahun 2024 dipastikan dukungan terhadap kandidat Capres/Cawapres seperti pada Pemilu 2014 dan 2019 mungkin tidak ada lagi. Asumsi para pendukung bahwa kandidat Presiden akan berada dalam satu barisan revolusioner untuk menciptakan tatanan pemerintahan baru tidak terjadi pada tahun 2014 dan 2019.

RelatedPosts

BBM Oplosan di SPBU Resmi: Tanggung Jawab Siapa?

Pengalaman Saya, Lala Zhulaeha, Mengajar di SMA Terbuka Caringin

Tanah, Laut, dan Negara yang Tersesat: Menegakkan Dialektika Petani dan Nelayan di Tengah Kontradiksi Kebijakan Agraria

Alih-alih akan muncul front revolusi, yang terjadi justru ironi seperti orang mendorong mobil mogok, setelah mesin hidup mobil melenggang pergi.

Hanya keledai yang mau mengulangi kesalahan untuk ketiga kali. Integritas dan kepercayaan publik terhadap kandidat Capres/Cawapres sudah nol.

Pantas banyak akademisi menolak terlibat Musyawarah Rakyat, di samping sudah tidak lagi percaya dengan para kandidat Capres/Cawapres juga merendahkan martabatnya sebagai ilmuwan dan warganegara sebagai pemegang mandat.

Aktifis non partai atau relawan juga mulai sadar bahwa sesungguhnya keberadaannya pada ranah pemegang mandat rakyat.

Lebih-lebih juga merasa dikhianati, karena ternyata tidak ada kebersamaan kandidat presiden dalam satu gerbong perubahan.

Lokomotif berjalan sendiri seperti Kereta Hantu yang meluncur di kegelapan dari Stasiun Depok sampai Stasiun Cikini.

Baca Juga  Aktivis Indonesia Satu (AIS) Minta Ketua DPR Puan Maharani Sampaikan Nota Protes ke Presiden Jokowi. Ini Sebabnya

PEMILIH BUKAN PENDUKUNG
Maaf, memang posisi antara aktivis berpartai atau anggota parpol yang menyamar jadi relawan dan relawan atau aktivis nonpartisan berbeda.

Yang berpartai berada pada posisi negara ( state) dan yang nonpartisan pada posisi rakyat (society).

Sistem politik kepartaian itu berada pada sistem negara. Silahkan mereka yang partisan bergerak berdasar sistem atau undang-undang politik termasuk memilih siapa Capres/Cawapresnya.

Mereka pula yang mengkampanyekan Capres/Cawapres yang mereka tentukan, dengan dana politik yang mereka punya.

Rakyat tinggal menunggu mana Capres/Cawapresy yang terbaik dan memilih di kotak suara Pilpres.

Tidak etis menjadikan rakyat sebagai “sample hidup” dalam musyawarah besar yang aklamatif tanpa metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Kasihan suara rakyat selama ini sudah dijadikan korban manipulasi oleh lembaga polling abal-abal.

Apalagi Capres/Cawapres tersebut dipilih secara subyektif dengan PT (Presidential Threshold) 20%. Berdasarkan azas demokrasi, sebenarnya rakyat boleh tidak mencoblos sebagai hak pribadinya asalkan tidak mengajak yang lain untuk Golput.

Apalagi jika menyaksikan Pilpres hanyalah sandiwara ,karena kandidat presiden pilihannya akhirnya berkomplot dengan kandidat prediden lawannya.

AKTIFIS DAN RAKYAT PEMBERI MANDAT
Dalam negara demokrasi rakyat itu punya mandat terhadap negara yakni memberi tugas kepada presiden dan kepala lembaga-lembaga negara lain untuk menjalankan pemerintahannya.

Bahkan kalau Presiden tidak becus, rakyat bisa melengserkan presiden melalui DPR RI dan MPR RI. Sehingga relawan dan aktivis yang nonpartisan, justru melanggar azas demokrasi atau melakukan tindakan berbahaya berupa “conflict of interest”, jika masih mau diperalat oleh partai politik untuk mengusung, memobilisasi dukungan, dan membiayai kampanye Capres/Cawapres.

Pada 2014 dan 2019, banyak relawan atau aktivis nonpartisan mendukung kandidat Capres/Cawapres bahkan mengeluarkan dana untuk mengkampanyekannya.

Baca Juga  Perubahan Iklim Masalah Bagi Kita Semua

Dari segi demokrasi cara ini sebenarnya termasuk “haram”. Aktivis nonpartisan bersama rakyat adalah pihak yang akan memberi mandat kepada presiden untuk mewujudkan amanat rakyat.

Gila saja kalau pemberi mandat ini kemudian ikut-ikutan mengkampanyekan kandidat Capres/Cawapres yang notabene nanti adalah pelaksana perintah atau mandat rakyat.

Padahal 60% calon legislatif (Caleg) sebagai aparat partai politik justru tidak mengkampanyekan Capres/Cawapres yang diusung karena gambar dan fotonya tidak dicantumkan pada spanduk kampanyenya.

Aktivis pendukung bahkan diberi atribut nama binatang (cebong dan kampret) dan dipecahbelah dalam berbagai kelompok pendukung, sehingga modal sosial dan posisi tawarnya lemah.

SISTEM PRESIDENSIAL BUKAN PARLEMENTER
Relawan dan aktivis nonpartisan yang ikut mendukung Capres/Cawapres berharap Presiden Terpilih akan bersedia menggunakan hak prerogatifnya untuk menggalang barisan perubahan melalui kabinet.

Tapi apa lacur, justru partai politik memperkosa hak prerogatif Presiden Terpilih dan berebut jatah jabatan di Kabinet.

Tujuan mereka sebenarnya untuk menempatkan menteri agar dapat menggarong APBN guna membiayai parpol pengusung.

Sementara kita tahu Indonesia menganut Sistem Presidensial dan bukan Sistem Parlementer. Kabinet bukan kabinetnya parpol, tetapi kabinetnya Presiden yang dipilih berdasarkan kompetensi dan bukan alasan politik.

Akibatnya Presiden tidak berhasil menggalang orang terbaik untuk membantu mereka, karena anggota kabinet adalah orang partai yang diberi mandat oleh parpol untuk menaikkan rating kredibilitasnya dan menyetor dana untuk partai.

Yang lebih mengerikan adalah Kandidat Capres/Cawapres pada tahun 2014 dan memandang pendukungnya hanya sebagai fans.

Dengan nama relawan, para Capres/Cawapres bisa menghindari tuntutan bahwa bukan dia yang minta dukungan relawan, sehingga tidak ada kewajiban membalas budi.

Ini artinya relawan telah “dibeli putus”, setelah diberi uang saku sebagai tim kampanye, setelah itu Presiden tidak perlu menggubris lagi pendukungnya.

Baca Juga  Toko Online Didominasi Produk Impor, Ini Pesan Presiden

MISI PERUBAHAN AMBYAR
Relawan dan aktivis nonpatisan selama ini berilusi menggunakan Pemilu sebagai instrumen perubahan atau revolusi. Hubungan antara Kandidat Presiden dan pendukungnya diharapkan seperti hubungan antara Che Guevara dengan tentara gerilya Pengawal Revolusi.

Tapi celakanya saat ini Presiden lebih dekat dengan entitas atau rezim yang memiliki mindset atau pola pikir Orde Baru. Sedangkan pendukungnya telah dimarginalisasi dan diharap puas dengan berselfie ria di acara temu kangen yang tak tentu jadwalnya.

Last but not least, bagi Presiden hubungan dengan pengusung dan pendukungnya mungkin dianggap bukan hal penting.

Ini sangat berbeda dengan bagaimana Joe Biden menggalang pendukungnya dari kalangan intelektual dan kemudian menjadi pembantunya yang handal.

Presiden Jokowi menolak orang-orang yang potensial berada di sekitarnya dan yang juga berpotensi menjadi kompetitornya.

Ia sudah berpengalaman menjadi pengusaha yang bermodal kecerdikan (cunning) bisa mensuperordinasi lingkungannya. Dengan menggunakan manajemen konflik, ia pun akan tetap menjadi bintang.

Pergeseran kepemimpinan menjadi kecerdikan sebagai approach dalam mengelola negara ini sedang dipertontonkan di hadapan kita.***

Red/K.101

Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com

Tags: .JANGAN ULANGI TRAGEDI MEMALUKAN 2014 DAN 2019Aktivis 77/78Capres Cawapres 2024Presiden JokowiS Indro Tjahyono
ShareSendShareSharePinTweet
ADVERTISEMENT
Post Sebelumnya

Megawati Hadir sebagai Pembicara Kunci di Acara BKKBN dan Peluncuran Buku ‘Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil untuk Generasi Emas Indonesia’

Post Selanjutnya

Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, M.Si., Unggah Foto di Akun Twitter Pribadinya Mendadak jadi Sorotan Netizen

RelatedPosts

BBM Oplosan di SPBU Resmi: Tanggung Jawab Siapa?

24 November 2025

Pengalaman Saya, Lala Zhulaeha, Mengajar di SMA Terbuka Caringin

23 November 2025

Tanah, Laut, dan Negara yang Tersesat: Menegakkan Dialektika Petani dan Nelayan di Tengah Kontradiksi Kebijakan Agraria

17 November 2025
Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) (Foto: Istimewa)

Anomali Putusan Mahkamah Konstitusi Yang Inkonstitusional.

14 November 2025

Jika Soeharto Jadi Pahlawan, Lalu Kami Ini Siapa?

11 November 2025
Foto Ilustrasi: Istimewa

Aktualisasi Kepahlawanan Figur Polri 

5 November 2025
Post Selanjutnya

Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, M.Si., Unggah Foto di Akun Twitter Pribadinya Mendadak jadi Sorotan Netizen

Jiwa Korsa, Pedang Bermata Dua

Discussion about this post

KabarTerbaru

Kegiatan Milad SEGI ke-XIX dengan acara Diskusi Publik yang mengusung tema "Mengangkat Martabat Guru Melalui Reformasi Kesejahteraan dan Perlindungan Profesi" di Aula Rektorat IPI Garut, pada Rabu (26/11/2025)

SEGI Garut Soroti Martabat Guru Melalui Reformasi Kesejahteraan dan Perlindungan Profesi

26 November 2025
Presiden Prabowo Subianto memimpin langsung evaluasi percepatan pembangunan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDKMP) di Markas Besar TNI, Jakarta, pada Selasa, 25 November 2025

Presiden Prabowo Pimpin Evaluasi Nasional Koperasi Merah Putih, Prioritaskan Penguatan Ekonomi Desa

26 November 2025

Partai Buruh EXCO Kota Bandung Luncurkan Program “Diskon Kelas Pekerja” Akses Hiburan Layak

26 November 2025
Keterangan Pers Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 25 November 2025

Presiden Prabowo Beri Tiga Arahan Utama Tingkatkan Kesejahteraan dan Pembinaan Atlet Nasional

26 November 2025
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johanis Tanak

Johanis Tanak: KPK Tak Bisa Campuri Hak Prerogatif Presiden Soal Rehabilitasi Tiga Pejabat ASDP

26 November 2025
Presiden Prabowo Subianto menerima laporan langsung dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (25/11/2025).

Presiden Prabowo Terima Laporan Wapres Gibran Usai Hadiri KTT G20 di Johannesburg

26 November 2025
Ruang Tunggu Gedung Merah Putih KPK

KPK Hormati Rehabilitasi Presiden di Kasus ASDP, SIAGA 98: Langkah Berani dan Luar Biasa

26 November 2025
ruang konpers Gedung Merah Putih KPK

KPK Tahan Dua Pejabat PT PP Terkait Proyek Fiktif Divisi EPC Rp46,8 Miliar

25 November 2025
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi, dan Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya memberikan keterangan pers bersama di Ruang Sidang Kabinet, Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (25/11/2025)

Presiden Prabowo Teken Rehabilitasi Tiga Pejabat ASDP: Komitmen Pemerintah Hadirkan Keadilan Hukum

25 November 2025

Kabar Terpopuler

  • Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberikan arahan dalam acara Apel Kasatwil 2025 di Cikeas

    Luncurkan Seragam Baru Pamapta, Kapolri Tekankan Pelayanan Prima dan Soliditas Internal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Tujuh  Anak Try Sutrisno: Dari Jenderal, Dosen, hingga Psikolog di Amerika Serikat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Senator Agustinus Kambuaya Desak Kemendagri Terbitkan Perda Pajak Papua Barat Daya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Demo Besar-Besaran Ojol dan Kurol 20 November, FDTOI Sampaikan Empat Tuntutan Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratu Belanda Maxima Kunjungi Indonesia Tiga Hari dan Akan Bertemu Presiden Prabowo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dirut PDAM Tirta Patriot Tertidur Saat RDP, Kang Joker PMPRI Singgung Integritas Pejabat BUMD

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jarang Terungkap, Inilah Orang Tua dan Tiga Saudara Kandung Menlu Sugiono Beserta Pekerjaannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Kabariku

Kabariku adalah media online yang menyajikan berita-berita dan informasi yang beragam serta mendalam. Kabariku hadir memberi manfaat lebih

Kabariku.com Terverifikasi Faktual Dewan Pers dan telah mendapatkan Sertifikat dengan nomor: 1400/DP-Verifikasi/K/VIII/2025

Kabariku

SOROTMERAHPUTIH.COM BERITAGEOTHERMAL.COM

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2025 Kabariku.com

Tidak ada hasil
View All Result
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Catatan Komisaris
  • Kabar Istana
  • Kabar Kabinet
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Politik
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Lainnya
    • Artikel
    • Kabar Peristiwa
    • Pendidikan
    • Teknologi
    • Ekonomi
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Pariwisata
    • Bisnis
    • Profile
    • Pembangunan

© 2025 Kabariku.com