• Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Jumat, Oktober 31, 2025
Kabariku
Advertisement
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Catatan Komisaris
  • Kabar Istana
  • Kabar Kabinet
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Politik
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Lainnya
    • Artikel
    • Kabar Peristiwa
    • Pendidikan
    • Teknologi
    • Ekonomi
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Pariwisata
    • Bisnis
    • Profile
    • Pembangunan
Tidak ada hasil
View All Result
Kabariku
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Catatan Komisaris
  • Kabar Istana
  • Kabar Kabinet
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Politik
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Lainnya
    • Artikel
    • Kabar Peristiwa
    • Pendidikan
    • Teknologi
    • Ekonomi
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Pariwisata
    • Bisnis
    • Profile
    • Pembangunan
Tidak ada hasil
View All Result
Kabariku
Tidak ada hasil
View All Result
  • Home
  • News
  • Dwi Warna
  • Kabar Peristiwa
  • Hukum
  • Kabar Istana
  • Politik
  • Profile
  • Opini
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Kesehatan
  • Seni Budaya
  • Pariwisata
  • Hiburan
  • Teknologi
Home Opini

Catatan Kecil Adian Napitupulu 22 Tahun Reformasi

Redaksi oleh Redaksi
19 Mei 2020
di Opini
A A
0
Adian Napitupulu. (*)

Adian Napitupulu. (*)

ShareSendShare ShareShare

Oleh : Adian Napitupulu

(Generasi yang Tak Diinginkan, Sebuah Perbandingan antara “Yang Disayang” dan “Yang Dibuang”)

Advertisement. Scroll to continue reading.

KABARIKU – 1966 gemuruh truk militer dan panser meraung, membelah jalan berdebu mengangkut mahasiswa untuk berdemonstrasi. Dalam rangkaian peristiwa dari zaman bergolak itu, Mahasiswa FK UI, Arief Rachman Hakim dan mahasiswa Unpar, Julius Usman tertembak dan meninggal dunia.

RelatedPosts

Belajar dari Jenderal (Purn) Budi Gunawan dan Jenderal (Purn). Sjafrie Syamsoeddin; Mengatasi Krisis Agustus

KADIN Jawa Barat Terpecah, Dunia Usaha Tercuncang: Saatnya Kita Bersatu Kembali!

Lebih dari Sekadar Kain: Batik Kawung Garutan dan Jejak Nilai Kemanusiaan Nusantara

Tidak lama kemudian melalui ketetapan MPRS no XXIX tanggal 5 Juli 1966 Arif Rachman Hakim ditetapkan sebagai Pahlawan Ampera dan di kemudian hari menjadi salah satu nama jalan di Kota Depok. Sementara Julius Usman juga ditetapkan sebagai Pahlawan Ampera oleh Pangdam VI Siliwangi Mayjen H.R Dharsono lalu di makamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung, satu hamparan dengan Makam Ernest Douwes Dekker dan Kol A.E. Kawilarang. Selanjutnya nama Julius Usman diabadikan sebagai nama salah satu Jalan di Kota Malang.

12 Maret 1967 Soeharto dilantik menjadi Presiden dan di tahun yang sama sekitar 14 Aktivis Mahasiswa yaitu Slamet Sukirnanto, T Zulfadli, Fahmi Idris, Mar”ie Muhammad, Firdaus Wadjdi, Soegeng Sarjadi, Cosmas Batubara, Liem Bian Khoen, Djoni Simanjuntak, David Napitupulu, Zamroni, Yozar Anwar, Salam Sumangat dan Rahman Tolleng diangkat Soeharto menjadi anggota Parlemen (DPR GR) tanpa melalui pemilu.

Hampir di setiap periode Pemerintahan Soeharto aktivis 66 ada yang ditempatkan menjadi menteri, antara lain; Abdul Gafur (Menpora), Abdul Latief (Menaker), Cosmas Batubara (Menteri Perumahan Rakyat), Mar’ie Muhammad (Menteri Keuangan), Akbar Tanjung (Menpora), Fuad Bawazier (Menteri Keuangan). Selain diangkat menjadi anggota parlemen dan menteri, tidak sedikit juga aktivis 66 yang kemudian diangkat menjadi duta besar bahkan ada yang diberi kemudahan dan kesempatan menjadi pengusaha bahkan konglomerat.

Selama 33 tahun Soeharto berkuasa penanaman modal asing merajalela hampir tanpa batas, jutaan hektar lahan diberikan untuk kroni dan perusahaan asing melalui kontrak karya (Freeport, Inco, Rio Tinto dll) menjadi tambang dan kebun sawit. Di sisi lain Orde Baru mengistimewakan para Taipan dengan perlindungan, kemudahan dan fasilitas, seperti Liem Bian Koen, Liem Sioe Liong, Liem Hong Sien, Oei Ek Tjhong, Oei Hwie Tjhong, Cai Daoping, Tjoa To Hing, Oei Hwie Siang, Lie Moe Tie, Poo Tjie Gwan, Tjie Tjien Hoan, Li Bai La, Tjia Han Poen, Liem Yu Chan, Oei Suat Hong menjadi konglomerat yang menguasai ekonomi negara secara dominan hingga hari ini.

Baca Juga  BUMN dan UMKM dalam Cerita dan Angka, Siapa Pahlawan Sesungguhnya?

Kesewenangan, korupsi, kolusi, nepotisme, kekerasan, pelanggaran HAM, monopoli ekonomi dan perampasan hak rakyat mengisi hari hari Indonesia selama 33 tahun. Banyak peneliti menuliskan angka antara 500 ribu hingga 1 juta jiwa manusia meninggal dalam rangkaian kekerasan Orde Baru. Jumlah konflik Agraria tercatat 1.753 kasus dengan luasan lebih dari 10 juta hektar dan korban hampir 1,2 juta KK.

Kampus dikepung panser, dibungkam, aktivis mahasiswa dikirim ke berbagai penjara termasuk Nusakambangan. Satu per satu setiap periode selalu ada aktivis mahasiswa, aktivis buruh, petani ditangkap, diculik bahkan dibunuh. Ada Marsinah, ada Udin Bernas. Kebebasan informasi dikebiri, puluhan media termasuk Tempo, Sinar Harapan, Prioritas dibreidel. Berbeda kata maka izin terbitnya dicabut seketika.

Pinjaman luar negeri dan pasar bebas disetujui dan sebagai imbasnya tenaga kerja asing secara bertahap memasuki Indonesia sebagai bagian dari kontrak investasi dari berbagai PMA.

Setelah berkali kali perlawanan mahasiswa dipatahkan, embrio pembangkangan mahasiswa yang lebih besar mulai merebak di tahun 1996. Salah satunya adalah tragedi April Makasar Berdarah dengan 3 korban jiwa yaitu Syaiful Bya, Andi Sultan Iskandar dan Tasrif. Lalu tahun 1997 beruntun terjadi penculikan mahasiswa dan aktivis pemuda. Mereka diculik dan tidak pernah kembali. Di antaranya; Dedy Hamdun, Abdul Naser, Yani Afri, Sony, Nova Al Katiri, M Yusuf, Ismail, Petrus Bimo, Herman Hedrawan, Suyat, Wiji Thukul, Ucok Munandar, Hendra Hambali, Yahdin Muhidin dan Leonardus Nugroho (jasadnya ditemukan dengan luka tembak)

1998 gemuruh truk militer dan panser kembali meraung membelah jalan berdebu, namun kali ini bukan untuk mengangkut dan mengawal mahasiswa berdemonstrasi melainkan untuk berhadapan dengan mahasiswa. Dari 1998 hingga 1999 merupakan periode perlawanan mahasiswa yang bersimbah darah. Derap sepatu lars, suara kokangan senjata, letusan dan dentuman berbaur dengan orasi dan teriakan menjadi suara yang didengar setiap hari.

Satu satu mahasiswa gugur, ditembak mati di jalan tempat mereka sampaikan aspirasi, yaitu; Moses Gatotkaca (8 Mei 98), Hedriawan Sie, Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan dan Herry Hartanto (Trisakti 12 Mei 98), kemudian Engkus Kusnadi, Heru Sudibyo, Sigit Prasetyo, Teddy Wardani dan Bernardus Realino Norma serta satu pelajar Lukman Firdaus (Semanggi Satu, November 1998).

Satu mahasiswa UI, Yap Yun Hap ditembak mati di Semanggi 28 September 1999. Di hari yang sama dua mahasiswa Lampung juga meninggal dunia yaitu M Yusuf Rizal dan Saidatul Fitria. Satu mahasiswa Palembang, Meyer Adriansyah meninggal pada tanggal 5 Oktober 1999.

Baca Juga  Tanah Rakyat Berkekuatan Hukum dan Belum Dibayar Pemprov DKI

Reformasi tidak gratis, rReformasi dibayar tunai dengan darah dan nyawa puluhan mahasiswa dan aktivis (di luar dari ribuan lainnya yang luka dan cacat). Reformasi lahir dari darah, keringat, air mata, luka dan memar puluhan ribu mahasiswa.

Di atas seluruh pengorbanan itulah kebebasan dibuka, demokrasi dibangun dan Indonesia merangkai kembali harapan-harapannya di atas kesetaraan tanpa diskriminasi.

Berikutnya puluhan partai baru berdiri, kebebasan pers terbuka lebar, banyak organisasi buruh, tani dan organisasi rakyat dideklarasikan, jabatan Presiden dibatasi 2 periode. Pileg, Pilpres dan Pilkada dilakukan dengan pemilihan langsung dan suara terbanyak. Pemimpin baru bermunculan, polisi dan tentara dipisahkan dari ABRI menjadi lebih profesional dalam tupoksi masing masing, Newmont dan Freeport kembali ke pangkuan Bumi Pertiwi, kembali dimiliki bangsa sendiri.

Reformasi memang belum sempurna tapi pelan-pelan buah-buah reformasi mulai tumbuh dan dinikmati banyak orang, termasuk mereka yang menolak reformasi, termasuk para pembenci reformasi, bahkan juga dinikmati oleh mereka yang menembak, menculik, menyiksa dan membunuh mahasiswa.

Hari ini, setelah 22 tahun kemana para pejuang Reformasi itu? Aktivis 98 berbeda dengan aktivis 66. Jika aktivis 66 demonstrasi dalam rentang waktu 60 hingga 90 hari, kemudian menikmati jabatan dan kekuasaan selama 33 tahun, maka itu berbanding terbalik dengan aktivis 98, karena sejak 22 tahun lalu hingga hari ini tidak ada “hak hak istimewa” tidak ada “kemanjaan” tidak ada “kemudahan dan kesempatan lebih” yang diperoleh aktivis 98 seperti yang dulu pernah dinikmati aktivis 66.

Aktivis 98 adalah anomali dari sejarah gerakan mahasiswa pada umumnya. Mereka tidak punya pemimpin tunggal, dominasi pergerakan tidak dimonopoli kampus negeri, bergerak hampir di 27 propinsi. Beberapa perbedaan besar antara aktivis 66 dan 98 antara lain adalah :

Aktivis 66 berdemonstrasi dalam rentang waktu 60 hari hingga 90 hari.

Aktivis 98 embrionya dimulai sejak 1996 dan mulai reda di tahun 2000 atau lebih dari 1300 hari.

Aktivis 66 mendapat dukungan militer.

Aktivis 98 direpresi oleh militer.

Aktivis 66 meninggal 2 orang.

Aktivis 98 meninggal lebih dari 30 orang.

Aktivis 66 meninggal 2 orang dan keduanya diberi gelar pahlawan lalu diabadikan jadi nama jalan.

Aktivis 98 dari 30 lebih yang meninggal tidak satu pun diberikan gelar pahlawan dan tidak ada yang diabadikan menjadi nama jalan.

Baca Juga  Tiga Menteri Dibalik Perpanjangan Masa Jabatan Presiden, Adian Napitupulu: "Lempar Batu Sembunyi Tangan"

Aktivis 66 beberapa bulan setelah Soeharto dilantik sebagian diangkat menjadi anggota DPR tanpa melalui Pemilu.

Aktivis 98 sampai hari ini selama 22 tahun, sudah 5 presiden tapi tidak ada aktivis 98 yang diangkat secara istimewa jadi anggota DPR tanpa Pemilu.

Aktivis 66 setiap periode pemerintahan Orde Baru selama 33 tahun selalu ada yang diangkat jadi menteri sebagai representasi ide yang diperjuangkan generasinya.

Aktivis 98 selama 22 tahun tidak ada yang menjadi menteri sebagai representasi ide generasi Reformasi.

Aktivis 66 diberi kemudahan dari negara untuk menjadi pengusaha dan membangun konglomerasi.

Aktivis 98 tidak mendapatkan kemudahan dari negara untuk menjadi pengusaha dan membangun konglomerasi.

Tulisan ini merupakan perbandingan sejarah dari dua generasi yang berbeda dalam banyak hal termasuk beda pilihan geraknya. Tulisan ini perbandingan dua generasi dengan segala kekurangan, kelemahan dan kesalahan yang mungkin terjadi dalam proses sejarah itu sendiri.

Memilih entah berkolaborasi, entah berkonspirasi atau berjalan sendiri dalam perjuangan akan memiliki konsekwensinya masing masing. Apakah kelak menjadi yang disayang atau mungkin menjadi yang dibuang karena menjadi generasi yang tidak diinginkan. Apakah menjadi bagian dari kekuasaan dengan seluruh kewenangan dan kekayaan atau hidup dengan berselimut kesepian di pinggiran. Apakah menjadi “kuda tunggangan” dari cita-cita orang lain atau menjadi tuan dari cita cita generasi itu sendiri.

Semua pilihan punya harganya masing masing, harga yang harus dibayar entah sekarang atau kemudian.

Semoga para anak muda “pembangkang”, pemuda pemudi yang “minim kesabaran” para pemuda/i “penjawab zaman” para pemuda/i “pengukir sejarah” bisa belajar dan memilih pola 66 atau pola 98 dengan segala kelemahan dan kekurangannya, atau justru mampu mencari pilihan pola yang baru dan keluar dari pilihan dua generasi itu.

Karena biar bagaimanapun setiap generasi akan memiliki masalahnya sendiri, tantangannya sendiri, dan setiap generasi akan mencari jawaban serta jalan keluar dari masalah di zamannya. Setiap generasi akan melahirkan pejuang pejuangnya, pemimpin-pemimpinnya dan mengukir sejarahnya sendiri.

Akhir kata, di tengah perbedaaan-perbedaan antara kita, izinkan saya menyampaikan salam hormat untuk para senior aktivis 45, 66, 74, 78, 80 an, salam hormat untuk semua aktivis 98 dimanapun berada, salam hormat untuk semua aktivis yang sudah ada, yang sedang ada dan mereka yang akan ada. (*)

Adian Napitupulu, SH
Sekjen PENA 98 (Persatuan Nasional Aktivis 98)

Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com

Tags: adian napitupuluaktivis 66
ShareSendShareSharePinTweet
ADVERTISEMENT
Post Sebelumnya

Baru Beberapa Hari Bebas, Bahar Bin Smith Kembali Ditangkap

Post Selanjutnya

Forum DKI: Jaksa Agung Harus Segera Tuntaskan Tragedi Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II

RelatedPosts

Momen pertemuan Jenderal (Purn) Budi Gunawan dan Jenderal (Purn). Sjafrie Syamsoeddin di Kantor Kemenko Polkam (12/12/2024). (dok Instagram @bgunawan)

Belajar dari Jenderal (Purn) Budi Gunawan dan Jenderal (Purn). Sjafrie Syamsoeddin; Mengatasi Krisis Agustus

28 Oktober 2025

KADIN Jawa Barat Terpecah, Dunia Usaha Tercuncang: Saatnya Kita Bersatu Kembali!

28 Oktober 2025
akademisi UNIGA: Desi Qoriah, SE., M.Hum.,

Lebih dari Sekadar Kain: Batik Kawung Garutan dan Jejak Nilai Kemanusiaan Nusantara

16 Oktober 2025

Kamtibmas Diantara Penegakan Hukum dan Penertiban Sipil; POLRI atau SATPOL PP?

4 Oktober 2025
Appe Hutauruk

Ketika Kejahatan Berdaulat, Hukum Harus Berani

2 Oktober 2025
Ilustrasi : Presiden Prabowo Saat Doorstop di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (27/9/2025)

Kebebasan Pers, Governance, dan Transparansi Program MBG

28 September 2025
Post Selanjutnya
Koordinator Forum Diskusi Kebangkitan Indonesia (Forum DKI) Bandot DM.

Forum DKI: Jaksa Agung Harus Segera Tuntaskan Tragedi Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II

Komisi Kejaksaan Tindaklanjuti Informasi Aliran Dana Hibah KONI ke Pejabat Kejagung

Discussion about this post

KabarTerbaru

Kepala BNN RI, Suyudi Ario Seto, memberkan sambutan dalam acara launching Program “Jaga Jakarta Tanpa Narkoba” melalui Apel Kebangsaan di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat, pada Rabu (30/10/2025)

Aksi Kolaborasi Menuju Indonesia Bersinar: “Jaga Jakarta Tanpa Narkoba”

31 Oktober 2025
Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto berikan sambutan saat menutup rapat roordinasi Sinkronisasi Program dan Kegiatan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian dengan Pemerintah Daerah Tahun 2025 di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat (Foto: Kemendagri)

Wamendagri Bima Arya Dorong Percepatan Pembangunan 80 Ribu Gerai Kopdeskel Merah Putih

31 Oktober 2025
Menteri Agama, KH Nasaruddin Umar dalam sebuah acara di Jakarta (Foto: Humas Kemenag)

Vatikan Akan Kembali Kunjungi Indonesia Desember 2025, Bahas Tindak Lanjut Deklarasi Istiqlal

31 Oktober 2025
Direktorat Pelindungan WNI Kemlu RI dengan KBRI Yangon dan KBRI Bangkok, berhasil memulangkan 26 WNI dari perbatasan Thailand-Myanmar (Foto: Kemlu RI)

Kemlu RI Pulangkan 26 WNI Korban Online Scam dari Perbatasan Thailand–Myanmar

31 Oktober 2025
Mantan Juru Bicara KPK, Johan Budi, dalam acara Hari Jadi ke-74 Humas Polri, Jakarta, Kamis (30/10/2025) (Foto: Hana Syarif)

Komunikasi Humanis dan Transparan Dinilai Kunci Pulihkan Kepercayaan Publik terhadap Polri

31 Oktober 2025
Wakil Wali Kota Bandung terpilih periode 2025-2030, H. Erwin, S.E., M.Pd., atau yang akrab disapa Kang Erwin. (Foto: Humas kota Bandung).

Kejari Bandung Dalami Dugaan Korupsi, Wakil Wali Kota Erwin Diperiksa Sebagai Saksi

31 Oktober 2025
dok PPATK

PPATK Kolaborasi Data Lintas Lembaga: “Operasi Lebah Madu” Berantas Korupsi dan Judi Online

31 Oktober 2025
Presiden Prabowo Subianto akan menggelar rapat khusus membahas utang proyek kereta cepat Bandung-Jakarta (Whoosh) senilai US$ 7,27 miliar.(Foto:Istimewa)

Presiden Prabowo akan Gelar Rapat Polemik Kereta Cepat Whoosh secara khusus, Inilah Poin pembahasannya

30 Oktober 2025
Ketua DPR RI Puan Maharani soroti 110 WNI korban penipuan online di Kamboja dan tekankan perlunya perlindungan pekerja migran sejak pra-keberangkatan.(Foto:Ist)

Ketua DPR RI Puan Maharani Soroti 110 WNI Korban Penipuan Online: “Negara Harus Lindungi Warga”

30 Oktober 2025

Kabar Terpopuler

  • Senator asal Papua, Agustinus R. Kambuaya, menyatakan dukungan kepada putra Papua Frans Pigome dan Florentinus Beanal untuk menempati posisi strategis di PT Freeport Indonesia.(Foto:Istimewa)

    Senator Agustinus Kambuaya: Frans Pigome dan Florentinus Beanal Layak Pimpin Freeport

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu “Prabowo for Global Peace” Viral, Angkat Citra Indonesia sebagai Pembawa Perdamaian Dunia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jarang Terungkap, Inilah Orang Tua dan Tiga Saudara Kandung Menlu Sugiono Beserta Pekerjaannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • TNI Siap Dikerahkan ke Gaza, Tunggu Perintah Langsung Presiden Prabowo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Brigjen Asep Guntur Rahayu, Sosok di Balik Ketegasan dan Nurani Penegakan Hukum KPK

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Tujuh  Anak Try Sutrisno: Dari Jenderal, Dosen, hingga Psikolog di Amerika Serikat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua DPR RI Puan Maharani Soroti 110 WNI Korban Penipuan Online: “Negara Harus Lindungi Warga”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Kabariku

Kabariku adalah media online yang menyajikan berita-berita dan informasi yang beragam serta mendalam. Kabariku hadir memberi manfaat lebih

Kabariku.com Terverifikasi Faktual Dewan Pers dan telah mendapatkan Sertifikat dengan nomor: 1400/DP-Verifikasi/K/VIII/2025

Kabariku

SOROTMERAHPUTIH.COM BERITAGEOTHERMAL.COM

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2025 Kabariku.com

Tidak ada hasil
View All Result
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Catatan Komisaris
  • Kabar Istana
  • Kabar Kabinet
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Politik
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Lainnya
    • Artikel
    • Kabar Peristiwa
    • Pendidikan
    • Teknologi
    • Ekonomi
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Pariwisata
    • Bisnis
    • Profile
    • Pembangunan

© 2025 Kabariku.com