“Turut berduka cita yang mendalam atas tragedi tewasnya 130 sporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan Malang. Urusan nyawa lebih penting dari apa pun termasuk bisnis pertandingan sepak bola yang kacau balau penyelenggaraannya”
Kabariku– Disatu sisi kita memang belum dewasa dalam berkompetisi, dalam berbagai hal, termasuk sepak bola. Bukan sekali ini saja pendukung sepak bola yang kalah mengamuk. Tapi tidak pernah dijadikan pembelajaran selain reaksi yang berlebihan.
Namun tidak serta merta kesalahan sepenuhnya ada di pihak sporter. Potensi kesalahan juga di pihak penyelenggara, mutu wasit dan terutama sekali terkait banyaknya korban tewas adalah penggunaan bom asap oleh aparat kepolisian yang sangat menyengat dan menimbulkan sesak napas.
Design stadiun yang tidak menunjang proses evakuasi dalam menghadapi situasi berbahaya juga perlu dievaluasi. Dalam hal ini termasuk bagaimana pola pengorganisasian evakuasi dijalankan saat terjadi kerusuhan.
Tentang penggunaan bom asap yang sangat membahayakan jiwa manusia pernah saya rasakan sendiri saat terjebak dalam hiruk pikuk massa ketika demontrasi menolak Omni Bus Law pada akhir 2019.
Penggunaan bom asap dengan jenis yang sangat membahayakan jiwa manusia itu perlu ditinjau ulang. Karena sebelumnya saya yang pada kurun 1990-an banyak terlibat demonstrasi tidak pernah menghadapi jenis bom asap yang membuat mata pedih, kulit melepuh, sesak napas dan mual-mual seperti yang sekarang digunakan
Itu saja dulu catatan saya. Didengar syukur dan kalau tidak didengar mereka memang sudah pekak dengan keadaan.***
Terima kasih
Red/K.102
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post