• Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Minggu, Juli 13, 2025
Kabariku
Advertisement
  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Daerah
  • Kabar Presiden
  • Kabar Pemilu
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hiburan
  • Teknologi
  • Opini
    • Artikel
    • Edukasi
    • Profile
    • Sastra
Tidak ada hasil
View All Result
Kabariku
  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Daerah
  • Kabar Presiden
  • Kabar Pemilu
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hiburan
  • Teknologi
  • Opini
    • Artikel
    • Edukasi
    • Profile
    • Sastra
Tidak ada hasil
View All Result
Kabariku
Tidak ada hasil
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Kabar Presiden
  • Kabar Pemilu
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hiburan
  • Teknologi
  • Opini
Home Opini

Reformasi dan Kualitas Demokrasi

Redaksi oleh Redaksi
23 Mei 2022
di Opini
A A
0
ShareSendShare ShareShare
oleh
Dr Taufan Hunneman
Dosen UCIC, Cirebon

Kabariku- Peringatan 24 tahun reformasi tahun ini, ditandai dengan peristiwa menarik, yakni kemenangan Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr sebagai Presiden Filipina. Tampak sebuah anomali, reformasi di Indonesia ditandai dengan kejatuhan Soeharto, yang dikenal sangat otoriter saat berkuasa dulu (1966-1998), sementara di negara tetangga, anak seorang diktator (Marcos senior) justru terpilih sebagai presiden.

Sungguh sebuah ujian bagi demokrasi, mengingat kita tidak pernah membayangkan, bahwa anak-cucu Soeharto akan kembali berkuasa di negeri ini. Demokrasi pada dasarnya memang memiliki gagasan menciptakan sirkulasi elite secara adil, mungkin itulah yang terjadi di Filipina saat ini. Indonesia sebagai negara demokrasi besar,  sesuai prinsip demokrasi, layak menyambut gembira siapa pun yang menjadi pilihan rakyat Filipina.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Pelajaran yang bisa kita petik adalah, sudah sepantasnya negara-negara demokratis tidak pernah puas, dan terus meningkatkan kualitas demokrasinya. Seperti baru saja terjadi di Australia, berkat demokrasi, kelompok politisi yang pro-lingkungan, yaitu; Partai Buruh, bisa memenangkan Pemilu.

RelatedPosts

Angin Segar dari Pemerintah: Saatnya Industri Hotel Bangkit Kembali

Koruptor Berlari, Hukum Tertatih

Putusan MK dan Pertanyaan Besar yang Mengiringinya

Ini semacam sinyal, rakyat mulai peduli pada isu lingkungan dan perubahan iklim (climate change), untuk mewujudkan masa depan planet Bumi yang lebih baik.

Kontribusi Generasi 1998
Demokrasi tak bisa menjamin senantiasa menghasilkan pemimpin yang ideal, kira-kira situasi seperti itulah yang baru saja di Filipina. Namun demokrasi yang berkualitas, dapat memastikan perimbangan dan koreksi senantiasa terjadi.

Pada titik ini aktivis generasi 1998 bisa memberikan kontribusinya, untuk membangun demokrasi berkualitas, dan berlanjut pada kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.

Rasanya sudah tiba waktunya bagi Generasi 98 untuk tampil di level lebih tinggi dalam politik nasional.

Bila kita bandingkan dengan Generasi 66, tampilnya Generasi 98 terhitung terlambat.

Pada tahun 1978, Abdul Gafur sebagai eksponen Generasi 66 sudah masuk kabinet sebagai Menteri Pemuda (setara Menpora sekarang). Jadi hanya butuh waktu 12 tahun untuk masuk lingkaran dalam kekuasaan.

Baca Juga  SIAGA '98 Berharap KPK RI Melakukan Pengawasan Sumber Pembiayaan Pembangunan IKN

Begitulah tradisi politik yang selama ini berlaku, komunitas aktivis selalu mendapat ruang pengabdian, baik di pemerintahan maupun DPR RI (DPRD).

Sedikit berbeda bagi  Generasi 74 dan Generasi 78, tokoh sentral mereka tidak sempat muncul menjadi menteri, mungkin karena momentumnya sudah lewat, mengingat Rezim Orde Baru berkuasa demikian lama.

Generasi 74, Generasi 78, dan seterusnya, yang kemunculannya berdasar sikap perlawanan terhadap rezim yang sedang berkuasa. Menjadi wajar bila jangka waktu perjuangan  mereka juga menjadi  panjang.

Hariman Siregar  (tokoh Malari 1974) misalnya, baru bisa masuk lingkaran kekuasaan di era Habibie, berarti ada penantian sekitar 25 tahun, terhitung sejak tahun 1974 sampai  1998. Itupun hanya sesaat, sesudah Habibie lengser (Oktober 1999), Hariman kembali menepi.

Periode pemerintahan Presiden Jokowi telah memberi posisi menteri kepeda eksponen Generasi 1980-an, seperti Teten Masduki dan Pramono Anung, termasuk jabatan setingkat dibawahnya kepada Fajrul Rachman.

Pada fase berikutnya adalah giliran Generasi 98 yang bakal mewarnai panggung politik nasional. Kalau benar perkiraan  di antara mereka akan masuk kabinet pada tahun 2024, berarti ada penantian sekitar tahun 26 tahun. Hampir sama durasinya dengan perjuangan rakyat Timor Leste untuk mencapai kemerdekaan (1975-2000).

Dalam pembentukan kabinet, sejak Orde Baru hingga sekarang,  selalu ada tempat bagi mantan aktivis pergerakan mahasiswa. Nama-nama seperti Abdul Gafur, Mar’ie Muhammad, Sarwono, Jusman Syafii Djamal, Rizal Ramli, Teten Masduki, dan seterusnya, adalah mantan aktivis, yang juga memiliki kompetensi secara keilmuan, sehingga memang layak untuk menempati posisi menteri.

Tentu yang paling istimewa adalah Mar’ie Muhammad, yang pernah menjadi Menteri Keuangan, posisi yang sangat jarang dipegang mantan aktivis, mengingat persyaratan kompetensi  keilmuannya  sangat tinggi.

Merujuk formasi kabinet seperti itu, sudah selayaknya mantan aktivis gerakan mahasiswa 1998 bisa masuk kabinet pada periode mendatang, yakni tahun 2024.

Baca Juga  Tahlil Pergerakan: Penghormatan untuk Muhammad Rafsanjani (30 Maret 1992 - 11 Maret 2024)

Selama ini ada kementerian yang sedikit “longgar” dalam kompetensi teknis bagi calon menterinya, seperti Kemenaker, Kemenpora, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, Mensekab, atau  KSP, sehingga acapkali dialokasikan bagi mantan aktivis gerakan mahasiswa.

Berdasar bunyi pepatah lama, bahwa kesempatan tidak pernah datang dua kali, rasanya momentum bagi Generasi 98 telah tiba.

Faktor usia perlumenjadi pertimbangan, sebab bila pada formasi kabinet 2024 masih luput juga, ruang bagi Generasi 98 akan semakin sempit. Pada tahun-tahun sesudahnya, akan muncul sejumlah kandidat dari generasi milenial, yang selain lebih muda dari segi usia, dari segi pemikiran juga lebih segar dan canggih. Meskipun mereka tidak pernah memiliki pengalaman sebagai aktivis gerakan mahasiswa, karena zaman memang sudah berganti.

Salah satu ujian terberat bagi Generasi 98 ketika masuk ke lingkaran elite adalah, bagaimana respons mereka terhadap kasus HAM.

Jalan tengah paling fair bagi Generasi 98, khususnya yang menjadi pejabat publik setingkat menteri, adalah dengan membebaskan mereka dari beban isu HAM masa lalu, termasuk pada peristiwa yang sebenarnya mereka bagian dari korban.

Biarkan mereka bekerja dengan tenang, kita masih percaya pada komitmen kerakyatan mereka. Sedikit meminjam tagline Generasi 66 dulu, jalan perjuangan mereka adalah demi ampera.

Partisipasi Generasi milenial
Jadwal Pemilu 2024 sudah ditetapkan, yaitu 14 Februari. Bagi kaum muda atau generasi milenial,  Pemilu 2024 menjadi krusial, karena mereka tak sekadar sebagai pemilih, namun ada sebagian dari mereka yang akan tampil sebagai caleg. Bahkan tidak tertutup kemungkinan ada yang  masuk formasi pasangan capres – cawapres.

Meminjam konsep politik era Orde Baru, yaitu floating mass (massa mengambang). Kini generasi milenial bukan lagi sekadar pemilih pasif, namun mereka sudah pada posisi game changer (penentu permainan), dalam politik nasional.

Pelaksanaan pemilu (2024) yang bebas dan damai, sama artinya dengan menjaga optimisme terhadap kualitas demokrasi di Indonesia. Mengingat pemilu yang bebas dan aspiratif, adalah kriteria penting dalam sistem politik demokratis. Setelah jadwal pemilu disepakati, selanjutnya tentu ada ruang partisipasi bagi generasi milenial.

Baca Juga  Saatnya yang Muda Berkarya

Sebagai generasi yang akrab dengan informasi digital dan media sosial, kompetensi ini akan menjadi modal penting dalam Pemilu 2024. Melalui berbagai platform, banyak anak muda tergerak aktif menyuarakan kepedulian mereka atas berbagai isu. Dalam konteks Pemilu, yang diperlukan adalah pengawasan, terutama saat rekapitulasi suara sejak  di TPS di tingkat kelurahan.

Penggunaan teknologi bisa menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan pemilu. Permasalahan terbesar dalam pemilu di negeri kita, bukan pada pemungutan suara, tetapi pada proses rekapitulasi yang berjenjang.

Berdasar pengalaman Pemilu sebelumnya, potensi manipulasi  biasanya terjadi pada saat penghitungan suara secara manual, itu sebabnya dibutuhkan instrumen teknologi elektronik untuk meminimalisir kemungkinan manipulasi.

Pada fase ini dibutuhakan partisipasi generasi milenial dalam fungsi kontrol, sebagai bagian dari elemen masyarakat sipil.

Dengan partisipasi generasi milenial, diharapkan pengalaman pahit Pemilu 2019 tidak lagi terulang. Pemilu 2019 yang digelar secara serentak, terbukti amat rumit dan melelahkan, ketika mengakibatkan sejumlah petugas KPPS jatuh sakit, bahkan ada sebagian yang meninggal dunia.

Pemilu yang seharusnya dilaksanakan secara damai dan ceria, pada beberapa titik justru berujung duka.

Dengan mengedepankan nilai perdamaian dalam pemilu, praktik politik identitas akan sirna. Turnamen olahraga bisa menjadi metafora, bahwa tidak semua atlet bisa naik podium, bahwa ada juga yang gagal.

Demikian juga dalam pemilu, bagi yang gagal tentunya tetap berjiwa besar, sembari bersiap untuk pemilu berikutnya, bila masih ada kesempatan dan minat.

Dengan partisipasi penuh generasi milenial, Pemilu 2024 diharapkan bisa berlangsung damai. Tidak hanya dalam gimik politik, tetapi harus bisa direalisasikan di lapangan.

Kesepakatan damai diantara para kontestan yang biasa digelar menjelang pemilu, bukan lagi sekadar formalitas.***

23 Mei 2022

Red/K.101

 

Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com

Tags: Dr Taufan HunnemanGenerasi 98Kontribusi generasi 1998Partisipasi Generasi milenialReformasi dan Kualitas DemokrasiUniversitas Catur Insan Cendekia Cirebon
ShareSendShareSharePinTweet
ADVERTISEMENT
Post Sebelumnya

Ngaku Mendapat Wangsit Cabuli Dua Kakek, Pelaku Ditangkap Polres Garut

Post Selanjutnya

KPK Sebut Kajian ICW ‘Salah Kaprah’ Dalam Menghitung Kerugian Negara

RelatedPosts

E.S. Hartono

Angin Segar dari Pemerintah: Saatnya Industri Hotel Bangkit Kembali

3 Juli 2025

Koruptor Berlari, Hukum Tertatih

1 Juli 2025
Muhammad Lukman Ihsanuddin

Putusan MK dan Pertanyaan Besar yang Mengiringinya

30 Juni 2025

Pentingnya Pemerataan Pembangunan, Jawa Selatan sebagai Solusi Jitu atau Masalah Baru?

16 Juni 2025
Kiri: Oki Muraza. Kanan: Oki Muraza di hadapan Presiden Prabowo Subianto dalam momen IPA Convex 2025 di Jakarta Mei 2025 lalu.

Profil Wadirut Pertamina Oki Muraza: Dosen dan Peneliti Terkemuka di Arab Saudi

14 Juni 2025

Strategi Prabowo Memerdekakan Palestina

31 Mei 2025
Post Selanjutnya

KPK Sebut Kajian ICW 'Salah Kaprah' Dalam Menghitung Kerugian Negara

Kapolres Garut Berikan Penghargaan Kepada Purn Anggota Polri yang Menjabat Kepala Desa di Wilayah Kabupaten Garut

Discussion about this post

KabarTerbaru

Yunita Ababil

Kabar Duka, Pedangdut Senior Yunita Ababil Meninggal Dunia di Depok

13 Juli 2025
Gadis Tionghoa Singkawang/ screenshot YouTube Ric snt

Singkawang: Puisi Keberagaman Indonesia yang Indah dan Gadis Oriental Jadi Bait Paling Memikat

13 Juli 2025

Mantan Wakil Ketua KPK Mundur dari Seleksi Komisi Yudisial, Ini Alasan Nawawi Pomolango

12 Juli 2025
Kejaksaan Agung

Rotasi Besar-besaran di Kejaksaan: Inilah Daftar 11 Kajati Baru, Harli Siregar Pimpin Kejati Sumut

12 Juli 2025

Dede Kusdinar Terima Penghargaan dari Bupati Garut atas Dedikasi Bangun Desa dan Perkuat Ekonomi Rakyat

12 Juli 2025

Kapolri Terima Penghargaan dari ITUC-AP, Tegaskan Komitmen Polri Kawal Kesejahteraan Buruh dan Stabilitas Industri

11 Juli 2025

KPK Perkuat Nilai Kemanusiaan dan Antikorupsi Lewat Aksi Sosial Salurkan 162 Beasiswa

11 Juli 2025
Kapuspenkum Kejaksaan Agung Harli Siregar

Kantor GoTo Digeledah Kejagung Terkait Kasus Chromebook: Dua CEO-nya Sahabat Bisnis Nadiem

11 Juli 2025
Ketua Panitia Munas 1 BMI, R. Aditiya Utama bersama Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas)/Istimewa

BMI Siap Gelar Munas: Sejumlah Nama Ramaikan Bursa Calon Ketua Umum, Termasuk Staf Khusus AHY

11 Juli 2025

Kabar Terpopuler

  • Sumber foto: id.linkedin.com

    Geger Kematian Diplomat Muda Arya Daru di Menteng, Tengah Siap Bertugas ke Finlandia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bu Guru Salsa yang Viral karena Video Syur, Kini Bahagia Dinikahi Duda PNS

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menpora dan Utusan Khusus Presiden Ground Breaking Creative Space KMHDI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabar Duka, Pedangdut Senior Yunita Ababil Meninggal Dunia di Depok

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rotasi Besar-besaran di Kejaksaan: Inilah Daftar 11 Kajati Baru, Harli Siregar Pimpin Kejati Sumut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tina Talisa Resmi Jadi Komisaris Pertamina Patra Niaga, Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • BMI Siap Gelar Munas: Sejumlah Nama Ramaikan Bursa Calon Ketua Umum, Termasuk Staf Khusus AHY

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
[sbtt-tiktok feed=1]
Kabariku

Kabariku adalah media online yang menyajikan berita-berita dan informasi yang beragam serta mendalam. Kabariku hadir memberi manfaat lebih

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2024 Kabariku - partner by Sorot Merah Putih.

Tidak ada hasil
View All Result
  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Daerah
  • Kabar Presiden
  • Kabar Pemilu
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hiburan
  • Teknologi
  • Opini
    • Artikel
    • Edukasi
    • Profile
    • Sastra

© 2024 Kabariku - partner by Sorot Merah Putih.