Budiman Sujatmiko dan Cita-citanya Membangun Desa Mandiri Teknologi Digital

Budiman Sujatmiko. (*)

KABARIKU – Di tengah kesibukannya mengurus komunitas Inovator 4.0, Budiman Sujatmiko ternyata tetap setia memperjuangan cita-cita besarnya, yakni mendorong desa-desa di Indonesia untuk mandiri dan penuh inovasi.

Jika di komunitas Inovator 4.0 Budiman dan kawan-kawan ilmuwannya berupaya mendorong Indonesia sukses landing di Revolusi Industri 4.0, maka kegitannya kali ini mendorong masyarakat pedesaan agar melek dan mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang kini terus berkembang, terutama teknologi digital.

“Selamat pagi ibu-ibu Bapak-bapak kepala desa dan pengurus BUMDesa se-Kabupaten Garut, kami bangga bisa bertemu dengan Bapak dan ibu sekalian , meskipun hanya lewat media sosial,” kata Budiman Sujatmiko dalam sambutannya lewat teleconference saat timnya menggelar sosialisasi bertema “Kemandirian Digital dari Desa untuk Indonesia”, Kamis (23/7/2020).

Sosialisasi digelar di Garut selama dua hari sejak Rabu (22/7/2020) di Aula Dinas Pemberdayaan Desa Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Garut. Hadir dalam kesempatan itu para pejabat Pemkab Garut, para kepala desa dan pengurus BUMDesa se-Kabupaten Garut.

Budiman dan desa memang tak terpisahkan. Sejak menjadi aktivis hingga politisi PDI Perjuangan, kegiatannya tak lepas dari upaya untuk membangun desa.

Seperti diketahui, Budiman Sujatmiko merupakan salah satu anggota DPR RI yang menggagas sekaligus salah satu tim penyusun UU Desa. Ketika masih di gedung DPR RI, pendiri RepDEM (organisasi sayap PDI Perjuangan) ini pun menjadi jangkar politik bagi masyarakat dan pegiat pembangunan desa. Salah satu karyanya di antaranya adalah terwujudnya Parade Nusantara (2009) di bawah pimpinan Sudir Santosa, dan Budiman Sudjatmiko sebagai pembinanya.

Sekarang ini, upayanya membangun desa, dilakukan Budiman lewat wadah koperasi. Namanya, Koperasi Satelit Desa Indonesia (KSDI). Dengan koperasi itu, Budiman mencoba membantu desa-desa di Indonesia agar melek teknologi digital sekaligus mengambil benefit dan profit dari keberadaannya.

Di KSDI Budiman duduk sebagai Ketua Dewan Pengawas sementara Joko Widodo duduk sebagai Dewan Pembina.

“Lewat wadah KSDI, kami ingin mendorong masyarakat desa melek digital sekaligus mengambil manfaat darinya. Intinya, elemen masyarakat desa harus menjadi subjek dari banjirnya teknologi digital, bukan hanya objek. Masyarakat desa kini harus jadi pengunggah mengenai potensi-potensi desanya sehingga dikenal dunia, bukan hanya pengunduh,” paparnya.

Budiman menjelaskan, KSDI akan terus berjuang agar teknologi digital menjadi bagian kehidupan masyarakat desa, bukan hanya masyarakat kota.

Usai Budiman Sujatmiko memberikan sambutan, aplaus berupa tepuk tangan pun bergema di aula DPMD. Semua yang hadir tahu siapa tokoh yang baru saja berbicara.

Budiman lahir di Cilacap, Jawa Tengah, 10 Maret 1970. Keluarganya membesarkan dengan suasana kental dengan keagamaan. Ia mulai memperhatikan kemiskinan yang menjerat rakyat kecil saat mendapati pengasuhnya bunuh diri karena jeratan utang.

Masa kecilnya ia habiskan di Bogor, menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor. Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cilacap dan lulus tahun 1986. Kemudian pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Bogor dan lulus tahun 1989. Pendidikan tinggi sebenarnya ia tempuh di Universitas Gajah Mada, namun kemudian aktivisme membuatnya drop out. Ia baru kembali melanjutkan pendidikannya selepas dipenjara ke Ilmu Politik di Universitas London dan Master Hubungan Internasional di Universitas Cambridge, Inggris.

Pada tahun 1996, Budiman mendeklarasikan PRD (Partai Rakyat Demokratik) yang kemudian menyebabkannya dirinya dipenjara oleh pemerintah Orde Baru dan divonis 13 tahun penjara karena dianggap sebagai dalang insiden peristiwa 27 Juli 1996. Peristiwa ini disebut juga Sabtu Kelabu, satu peristiwa penyerbuan kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia di Jl. Diponegoro, Jakarta.

Namun Budiman hanya menjalani hukuman selama 3,5 tahun setelah diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada 10 Desember 1999.

Pada akhir 2004 ia bergabung ke PDI Perjuangan, dan membentuk REPDEM (Relawan Perjuangan Demokrasi), sebuah organisasi sayap partai.

Pada tanggal 11 September 2018, Inovator 4.0 Indonesia dideklarasikan dengan Budiman Sudjatmiko sebagai ketua umumnya. Komunitas ini berisikan akademisi, ahli rekayasa, peneliti, programmer, seniman, dokter dan lainnya yang berhubungan dengan komputasi kuantum, rekayasa genetik, pertanian presisi, kecerdasan buatan, drone, otomatisasi, sumber energi terbarukan, pendidikan, manajemen talenta, dan sosial budaya untuk memicu lompatan Indonesia menuju Revolusi Industri 4.0.

Pada tanggal 19 Agustus 2019, Budiman Sudjatmiko bersama berbagai ahli, talenta, dan akademisi PhD Inovator 4.0 Indonesia dari luar negeri menemui Presiden Republik Indonesia dan membuat pernyataan siap pulang untuk ikut membangun negeri dan menularkan pengetahuan yang telah mereka dapat kepada talenta-talenta lainnya di Indonesia, terutama di desa. (Ref)

Tinggalkan Balasan