Jakarta, Kabariku – Suasana di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, mendadak riuh penuh semangat pada Selasa 21 Mei 2025. Ratusan aktivis lintas generasi – dari era 70-an hingga 2000-an – tumplek blek dalam sebuah sarasehan bersejarah untuk memperingati 27 tahun Reformasi.
Acara ini bukan sekadar nostalgia, melainkan sebuah perenungan serius tentang arah bangsa di masa awal pemerintahan Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Dibuka pukul 13.15 WIB oleh Haris Moty, sarasehan ini langsung menghidupkan atmosfer dengan pidato pembuka dari legenda pergerakan mahasiswa 1974, Hariman Siregar. Ia menyinggung paradoks sejarah:
“Reformasi menjatuhkan Soeharto setelah 32 tahun berkuasa. Kini, 27 tahun kemudian, menantunya menjadi Presiden. Itulah takdir politik Indonesia,” ujar Hariman dengan nada getir sekaligus reflektif.
Suara-suara dari Aktivis
Sarasehan ini menghadirkan lebih dari belasan narasumber yang pernah terlibat langsung dalam denyut Reformasi. Mereka datang dari latar belakang berbeda, namun disatukan oleh semangat kritik dan kepedulian terhadap arah bangsa.
Salah satunya, Syahganda Nainggolan, mantan tapol era Orde Baru dan Jokowi, dengan lantang menyatakan bahwa “Reformasi telah dibajak oligarki. Hanya 1 persen elite yang kini menguasai 50 persen kekayaan nasional.”
Namun, ia melihat secercah harapan pada figur Prabowo. Menurutnya, Prabowo adalah sosok yang memiliki keinginan kuat membawa Indonesia kembali ke semangat asli UUD 1945 dan cita-cita pendiri bangsa.
“Jika para benalu dari rezim lama disingkirkan, Prabowo bisa sukses,” ujarnya penuh keyakinan.
Dari dunia akademik, Feri Amsari menyoroti mangkraknya pelaksanaan Pasal 33 UUD 1945.
“Ekonomi bangsa ini telah dikuasai segelintir oligarki. Kalau Prabowo serius menjalankan konstitusi, reshuffle kabinet adalah keniscayaan,” tegas dosen hukum tata negara dari Unand ini.
Tak ketinggalan, Rocky Gerung, sang filsuf kritis yang juga dikenal sebagai kawan lama Prabowo, menyindir kecenderungan kabinet yang lebih bercorak neoliberal.
“Sebagai seorang yang punya visi sosialisme, Prabowo butuh menteri-menteri yang sehaluan. Saatnya amputasi kabinet, bukan tambal sulam,” katanya tajam, namun tetap elegan.
Loyalis Bicara: Kritik Diterima
Menariknya, kritik-kritik pedas ini tidak membuat kubu pendukung Prabowo merasa tersudut. Habiburokhman, Ketua Komisi III DPR sekaligus loyalis Prabowo, justru mengapresiasi masukan para narasumber. Ia menyebut kritik sebagai bagian dari dinamika demokrasi yang sehat.
Gubernur NTT Melki Laka Lena juga memberikan apresiasi atas pidato Prabowo dalam retret di Magelang yang menurutnya sangat progresif. Ia melihat adanya tekad besar dari Prabowo untuk membawa perubahan nyata.
Sementara itu, Masinton Pasaribu, Bupati Tapanuli Tengah, dengan lugas menyatakan, “Reformasi belum selesai. Kita harus kawal terus.”
Pandangan serupa disampaikan oleh fasilitator acara, Andrianto Andri, yang menekankan pentingnya membedakan karakter pemerintahan Prabowo dengan rezim sebelumnya.
“Dalam bukunya Paradoks Indonesia, Prabowo sudah punya visi yang jelas. Kalau setengah saja bisa diwujudkan, Indonesia bisa jadi negara maju tepat di usia 100 tahun kemerdekaan 2045,” ungkapnya optimis.
Andri juga menyoroti pentingnya Prabowo segera merombak kabinet.
“Banyak menteri yang kinerjanya biasa-biasa saja, Saatnya dibersihkan,” tegasnya.
Saatnya Prabowo Pilih Jalan Ideologis
Acara yang berlangsung hingga sore ini menjadi penanda bahwa para aktivis lintas generasi masih punya energi dan nyali untuk bersuara. Tokoh-tokoh seperti Adhyaksa Dault,Jumhur Hidayat, Faisol Reza, Agus Jabo, Kastorius Sinaga, Hery Sebayang, Ariza Patria, Yudi Chrisnandi, Hatta Taliwang, hingga Erwin Moeslim turut hadir dan memberi warna tersendiri dalam diskusi terbuka ini.
Kesimpulan utama dari sarasehan ini jelas: Prabowo harus segera melakukan reshuffle kabinet untuk menyelaraskan visi pemerintahan dengan cita-cita Reformasi yang sesungguhnya. Sinergi dengan para aktivis ideologis adalah kunci keberhasilan pemerintahan barunya.
Reformasi belum usai, dan sejarah belum selesai ditulis. Para aktivis kini menunggu: akankah Prabowo mengambil jalan perubahan sejati?***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post