oleh:
Taufik Rohman
Kabariku- Hari ini saya membaca berita khusus tentang kedatangan penyidik Polda Jabar ke kediaman Bahar bin Smith (BS) untuk mengantarkan surat SPDP (surat perintah dimulainya penyidikan) atas dugaan tindak pidana yg dilakukan oleh BS atas Laporan salah satu anggota masyarakat.
Riuh sekali berita tersebut ditanggapi Netizen seolah melihat aneh petugas polri berakrab-akrab, bermesra-mesra ngopi dengan BS dalam sebuah pendopo padepokan/pesantren.
Saya ingin menyampaikan beberapa pandangan hasil dari renungan, dan perjalan batin ketika bertugas dilapangan sebagai polisi.
Kenapa orang petugas polisi harus berbaik-baik?
(BUKAN SOWAN yaaa. Diulang BUKAN SOWAN) dengan BS, yang notabene adalah mantan narapidana merupakan tokoh kontroversi, tokoh yang keras, dan di hari terakhir juatru BS juga dilaporkan sebagai melakukan tindak pidana ujaran kebencian berdasarkan SARA.
PERTAMA, dari stockholm Syndrome saya melihat benang merah bahwa petugas polisi yang datang ke padepokan BS untuk mengatarkan SPDP adalah petugas yang pernah juga menjadi penyidik kasus BS sebelumnya. Jadi mereka setidaknya sudah saling mengenal wajah.
Dan dalam imajinasi saya, kemudian BS mengajak duduk lesehan khas pesantren untuk Meminta penjelasan tentang perkara apa dan dimana, maka petugas secara KEWAJIBAN HUKUM HARUS MENEJELASKAN, dan tentu saja BS Menyampaikan NARASI PENOLAKANNYA.
Itu lah proses hukum, jadi bukan hanya sekedar mengantar SPDP saja, kaya belanja online yang sering saya lakukan.
Dalam video yang tersebar kita lebih tertarik/fokus melihat buah dan minuman padahal buah dan minuman sudah ada ketika petugas datang, mungkin disitu disiapsediakan untuk siapapun tamunya.
KEDUA Pseudo familiary atau kedekatan semu. Bahwa meskipun petugas itu tahu BS adalah tokoh yg “beresiko” yang sering membuat gaduh namun Petugas Tetap Harus santun melakukan komunasi, bersedia mendengar keluh kecewanya BS.
Semua Polisi mempercayai bahwa Tersangka, Terdakwa, Narapida ataupun Residivis sekalipun punya masa depan. Jadi siapapun Layak dihargai secara wajar.
KETIGA, Efek video atau foto kebersamaan dalam satu ruangan yang tersebar diberbagai mediamasa ini mempunyai andil besar dalam kekeliruan orang menyampaikan opininya.
Apa yang dilihat sebagai “nampak akrab” belum tentu menunjukkan suasana batin petugas. Karena untuk masuk ke padepokan yang penuh laskar, ada pagar tinggi bergembok, ada pengawal yang terus curiga, dan ketika bertemu dengan BS pun puluhan orang ada disekitarnya.
Foto kebersamaan itu tidak identik artinya punya hati yang sama/klik. Inilah kekeliruan yang sering, Lebih cepat berkomentar, melihat masalah dipermukaan saja dan ga mau melihat secara mendalam.
KEEMPAT, Kesalahan ini yang paling tidak disadari oleh orang yang tidak memiliki profesi “berurusan dengan manusia”. Di lapangan polisi itu dituntut untuk bersikap luwes. Kadang keselamatan diabaikan, SOP disiasati tapi bukan untuk melanggar aturan, tetapi demi pelaksanaan tugas agar efektif dan efisien.
Coba anda bayangkan seandainya mereka datang menyerahkan langsung SPDP kemudian pamit, apa yang terjadi? Mungkin akan datang lagi antar surat-surat berikutnya akan lebih rumit karena berulang-ulang. Tetapi bisa sudah terjalin komunikasi cukuplah pakai WA.
Sikap Luwes ini itu sesungguhnya dibutukan didunia mana saja, karena berurusan dengan manusia adalah perkara yang paling rumit.
Gimmick tidak bisa dibaca benar secara utuh apalagi melalui video, tanpa memahi kontek, situasi dan kemampuan pengendalian emosi. Petugas polisi paham apa yang ada dihati dan di pikirannya tidak semua dapat terkirim dan ditetima dengan tepat oleh yang melihatnya, dan ini bagian dari resiko.
Kenapa kemudian kedatangan penyidik Polisi ke padepokan BS itu menjadi Heboh?
inilah fenomena yang dianggap sial, yang saya berharap akan makin mendewasakan Polisi (dan juga fans dan hatternya). SEMOGA.
-Polisi yang tidak pernah pingin pensiun dan aktif menjadi konsultan hukum GRATIS sejak 2002. Saat ini masih tercatat sebagai Dosen di STH GARUT dan UNIGA GARUT-
Red/K.000
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post