KABARIKU – Sebanyak delapan aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ditangkap pihak Polri di dua kota berbeda, yakni di Medan dan Jakarta.
Penangkapan di Jakarta dilakukan terhadap Anton Permana, Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, dan Kingkin. Sedangkan di Medan dilakukan terhadap Juliana, Devi, Khairi Amri, dan Wahyu Rasari Putri.
Anton Permana dan Jumhur Hidayat merupakan petinggi KAMI, sementara Syahganda Nainggolan merupakan anggota Komite Eksekutif KAMI.
Ketua Komite Eksekutif KAMI, Ahmad Yani mengatakan pihaknya akan memberikan pendampingan hukum kepada mereka atau melakukan gugatan perlawanan.
“Kita berikan pendampingan hukum atau kita melakukan gugatan perlawanan,” kata Ahmad Yani di Bareskrim Polri, Selasa (13/10/2020).
Menurut Yani, aktivis KAMI ditangkap dengan kasus yang berbeda. Aktivis KAMI di Medan ditangkap terkait aksi, sedangkan aktivis di Jakarta terkait cuitan di media sosial.
“Sementara kasus Pak Jumhur kita tak tahu, statusnya apa juga kita tak tahu. Beda dengan pak Syaganda yang wajib harus didampingi,” tutur Yani.
Terkait penangkapan tersebut, KAMI pun menyampaikan 7 poin pernyataan sebagai protes.
1.KAMI menyesalkan dan memprotes penangkapan tersebut sebagai tindakan represif dan tidak mencerminkan fungsi Polri sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat. Penangkapan mereka, khususnya Dr. Syahganda Nainggolan, jika dilihat dari dimensi waktu, dasar Laporan Polisi tanggal 12 Oktober 2020 dan keluarnya sprindik tangal 13 Oktober 2020 dan penangkapan dilakukan beberapa jam kemudian, pada hari yang sama tanggal 13 Oktober, jelas aneh atau tidak lazim dan menyalahi prosedur, Lebih lagi jika dikaitkan dengan Pasal 1 angka 14, Pasal 17 dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP dan Putusan MK Nomor 21/PUI-XII /2014, tentang perlu adanya minimal dua barang bukti, dan UU ITE Pasal 45 terkait frasa “dapat menimbulkan” maka penangkapan para Tokoh KAMI, patut diyakini mengandung tujuan politis, dengan menggunakan instrumen hukum.
2. Pengumuman pers Mabes Polri oleh Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono tentang penangkapan tersebut KAMI nilai:
a. Mengandung nuansa pembentukan opini (framing).
b. Melakukan generalisasi dengan penisbatan kelembagaan yang bersifat tendensius.
c. Bersifat prematur yaitu mengungkapkan kesimpulan dari proses pemeriksaan yang masih berlangsung.
3.Semua hal di atas, termasuk membuka nama dan identitas seseorang yang ditangkap, menunjukkan bahwa Polri tidak menegakkan prinsip praduga tak
bersalah (presumption of innocence), yang seyogya harus diindahkan oleh Lembaga Penegak Hukum/Polri.
4.KAMI menegaskan bahwa ada indikasi kuat handphone beberapa Tokoh KAMI dalam hari-hari terakhir ini diretas/dikendalikan oleh pihak tertentu
sehingga besar kemungkinan disadap atau “digandakan” (dikloning). Hal demikian sering dialami oleh para aktifis yang kritis terhadap kekuasaan
negara, termasuk oleh beberapa Tokoh KAMI. Sebagai akibatnya, “bukti percakapan” yang ada sering bersifat artifisial dan absurd.
5.KAMI menolak secara kategoris penisbatan atau pengaitan tindakan anarkis dalam unjuk rasa kaum buruh, mahasiswa dan belajar dengan Organisasi KAMI. KAMI mendukung mogok nasional dan unjuk rasa kaum buruh sebagai bentuk penunaian hak konstitusional, tapi KAMI secara kelembagaan belum ikut serta, kecuali memberi kebebasan kepada para pendukungnya untuk bergabung dan membantu pengunjuk rasa atas dasar kemanusiaan. Polri justeru diminta untuk mengusut tuntas, adanya indikasi keterlibatan pelaku profesional yang menyelusup ke dalam barisan pengunjuk rasa dan melakukan tindakan anarkis termasuk pembakaran (sebagaimana diberitakan oleh media sosial).
6.KAMI meminta Polri membebaskan para Tokoh KAMI dari tuduhan dikaitkan dengan penerapan UU ITE yang banyak mengandung “pasal-pasal karet” dan patut dinilai bertentangan dengan semangat demokrasi dan konstitusi yang memberi kebebasan berbicara dan berpendapat kepada rakyat warga negara.
7.KAMI mengucapkan terima kasih dan memberi penghargaan tinggi kepada berbagai pihak yang bersimpati kepada para Tokoh KAMI yang ditahan, antara lain ProDem, LBH Muslim, para akademisi/pengamat, dan para netizen serta pendukung KAMI yang terus menggemuruhkan pembebasan para Tokoh KAMI tersebut.
Sementara itu, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono mengatakan, penangkapan terhadap aktivis KAMI terkait demo omnibus law yang berakhir anarkis.
Awi menyampaikan, penangkapan kedelapan orang itu bermula dari percakapan di grup WhatsApp.
“Kedelapan orang tersebut diduga memberikan informasi menyesatkan dan bermuatan suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA) serta penghasutan,” paparnya. (Ref)
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post