Ini Sikap Sekjen SPP Agustiana Soal Pro Kontra Revisi UU KPK

Sekjen SPP Agustiana (paling kanan) berfoto bersama para petani.*

KABARIKU – Sekjen SPP (Serikat Petani Pasundan), Agustiana, yang juga salah satu tokoh pendukung reformasi agraria, mengingatkan, pro kontra soal Revisi UU KPK yang kini menyedot perhatian publik, tidak sampai mengabaikan RUU Pertanahan.

“Kalau orang berhenti satu dua hari tak ngomongin korupsi dan Perppu atau tidak, negara ini takan terjadi bencana dan takan ada orang mati kelaparan. Tapi apabila persoalan agraria berhenti diperhatikan meskipun sejenak, maka ratusan ribu ha tanah negara hak rakyat akan diambil para koruptor, dan entah berapa banyak yang kelaparan karena gagal panennya,” jelasnya dalam pesan WhatsApp ke Kabariku, Selasa (8/10/2019).

Oleh karena itu Agustiana mengingatkan, membahas perppu atau tidak memang penting, tapi jangan sampai menihilkan para petani sebagai warga negara sehingga seolah petani tak ada.

“Sebagai masyarakat yang terkait dengan sektor agraris, kami merasa iri, muak, enek, marah dan sakit hati karena perdebatan dan pemberitaan soal RUU revisi KPK yang berujung Perppu atau tidak, hampir tiap detik dibicarakan, mulai dari presiden, politisi, akademisi, ketua parpol, aktivis, tokoh nasional, mahasiswa. Padahal sejarah terbukti, negara ini merdeka bukan oleh kelas tengah yang memiliki arogansi kelas, bukan juga oleh LSM atau NGO anti korupsi, tapi oleh rakyat masyarakat agraris. Jadi masih banyak masalah rakyat yang lebih menyakitkan daripada urusan perppu,” ungkapnya.

Menurut Agustiana, RUU Pertanahan merupakan ancaman serius terhadap hajat hidup masyarakat agraris yang notabene paling banyak populasinya. Sebagai warga negara, lanjutnya, kehidupan ekonomi kaum agraris paling miskin, akses informasi dan pendidikannya paling rendah.

“Ironisnya, pemilik hak politik terbanyak di negeri ini nyaris tak pernah disuarakan, termasuk oleh lembaga bantuan hukum yang sebelumnya getol membela petani. Bahkan organisasi yang besar seperti HKTI dan KTNA pun kini nyaris diam. Padahal korupsi yang paling parah, paling rakus, paling jahat dan paling meruksak rakyat adalah korupsi di sektor agraria dan lingkungan,” tegasnya.

Di sisi lain, tambah Agustiana, permasalahan dan penderitaan keseharian kaum agraris . saat ini justru sangatlah membutuhkan perhatian.

“Jutaan petani hancur tanamannya karena kekeringan. Saudara-saudara kami yang migrasi ke Papua khususnya Wamena, rumahnya dibakar, kebun ladang dan harta bendanya habis tak bersisa. Sementara mudik ke kampung asal tak ada yang menjamin kehidupan mereka, termasuk negara,” bebernya.

Agustiana menandaskan, jika kaum agraris terus menerus tak diperhatikan, maka negara dikhawatirkan goncang akibat krisis pangan dan inflasi. (Ref)

Tinggalkan Balasan