Oleh: Bimo Putranto
Pendiri Rumah Keluarga Bersama/RKB
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” (Ir. Soekarno)
Kabariku – Kehadiran Megawati Soekarnoputri di Istana Merdeka pada 31 Agustus 2025 menjadi penanda penting dalam dinamika politik nasional. Di tengah gelombang demonstrasi dan situasi sosial yang menghangat, pertemuan Megawati dengan Presiden Prabowo Subianto bersama para pimpinan partai politik menunjukkan upaya serius untuk menjaga stabilitas negara.
Saya melihat langkah Megawati tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga strategis. Kehadiran beliau menegaskan bahwa di atas semua perbedaan politik, ada kepentingan lebih besar: bangsa dan rakyat. Pertemuan ini menepis keraguan publik bahwa elite politik terbelah. Justru sebaliknya, Megawati dan Prabowo tampil sebagai sosok negarawan yang memberi teladan kebersamaan di tengah krisis.
Kehadiran seluruh ketua umum partai politik di Istana menegaskan pentingnya rekonsolidasi nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Ini menjadi momentum politik yang berharga: bangsa Indonesia menunjukkan kematangan, bahwa elite politik masih bisa duduk bersama ketika kepentingan rakyat menuntut.
Menepis Teori Konspirasi dan Dalang
Di tengah berkembangnya teori konspirasi dan tudingan adanya “dalang” di balik huru-hara, saya menilai pertemuan di Istana adalah bantahan nyata. Aspirasi masyarakat yang mengemuka melalui demonstrasi semestinya dipahami lebih dahulu sebagai peristiwa alamiah, lahir dari akumulasi kekecewaan atas kondisi sosial-politik pasca reformasi yang belum sepenuhnya menjawab harapan rakyat.
Justru teori dalang berbahaya karena bisa menutup pintu pemahaman yang lebih jernih. Beberapa pihak bahkan mencoba mereduksi situasi ini dengan usulan jalan pintas, seperti pencopotan Kapolri atau reshuffle kabinet. Menurut saya, langkah semacam itu bukanlah solusi sejati. Yang dibutuhkan adalah kebijakan yang menyentuh akar masalah, bukan pengorbanan simbolis.
Tugas Seorang Negarawan
Saya meyakini, Prabowo sebagai presiden sah pilihan rakyat harus membaca gejolak ini sebagai alam bawah sadar kegelisahan publik. Banyak janji reformasi yang dirasakan masyarakat belum terwujud. Kini publik menaruh harapan besar agar Prabowo menyempurnakan pekerjaan rumah para pendahulunya dengan cepat dan menyentuh akar masalah.
Kemarahan publik yang sporadis dan militan harus ditangkap dalam bingkai negara hukum, negara demokrasi, dan negara kesejahteraan. Inilah momentum bagi Prabowo untuk mengeliminasi kekuatan pragmatis yang masih membayangi, sekaligus menegaskan dirinya sebagai presiden tanpa bayang-bayang masa lalu.
Reformasi bukan milik elit semata, melainkan milik rakyat. Di sinilah kepemimpinan Prabowo diuji: apakah mampu mengembalikan reformasi ke pangkuan rakyat atau hanya menjadi jargon politik semata.
Pertemuan para elite politik, termasuk Megawati dan Prabowo, juga akan sangat membantu aparatur keamanan dalam menstabilisasi situasi di lapangan. Namun, bila stabilisasi tidak tercapai, maka sepatutnya dilakukan langkah penataan kelembagaan dan kebijakan, agar negara tidak hanya bertahan secara simbolis, tetapi juga mampu menjawab persoalan substantif.
Gejolak dan Stabilitas Pasar
Yang menarik, gejolak politik beberapa hari terakhir tidak terlalu berdampak serius pada Bursa Efek Indonesia. Memang benar, IHSG sempat jatuh 2,27% ke level 7.771 poin pada 29 Agustus 2025, salah satu pelemahan harian terdalam di Asia. Namun pasar cepat menstabilkan diri, ditutup melemah 1,53% di level 7.830 poin pada akhir pekan. Secara year-to-date, IHSG bahkan masih tumbuh 10,63%.
Direktur BEI Jeffrey Hendrik menegaskan bahwa pelemahan ini hanyalah koreksi teknikal, bukan krisis fundamental. Dalam keterangannya, ia menyebut: “Investor tidak perlu panik, karena pasar kita masih solid, dan pergerakan ini lebih bersifat teknis jangka pendek” (CNBC Indonesia, 29/8/2025).
Sementara itu, analis Mirae Asset, Nafan Aji Gusta Utama, mengatakan: “Kondisi ini wajar dan historis, karena bulan September cenderung bearish sebelum rebound di Oktober” (Kontan, 30/8/2025).
Bank Indonesia juga memastikan stabilitas tetap terjaga. Deputi Gubernur BI Juda Agung menekankan: “Likuiditas perbankan aman, rupiah terjaga, dan tidak ada tanda kepanikan pasar” (Kompas, 30/8/2025).
Bagi saya, hal ini membuktikan kelas menengah dan kaum profesional masih memiliki kepercayaan penuh terhadap Presiden Prabowo. Apalagi dengan hadirnya Megawati di Istana, pasar membaca sinyal stabilitas politik semakin terjaga.
Pernyataan Menteri Pertahanan
Apa yang disampaikan Menteri Pertahanan, Syafrie Syamsudin dalam konprensi pers Minggu, 31 Agustus 2025 bahwa perlunya bekerja bersama-sama dan kerja bersama-sama, saya memaknai sebagai evaluasi simbolik kepada aparat keamanan khususnya di lapis pimpinan.
Simpulan
Gejolak politik memang harus disikapi dengan hati-hati, tetapi tidak boleh ditutup dengan teori konspirasi. Aspirasi rakyat harus dipahami sebagai peringatan agar pemerintah tidak lengah. Pertemuan Megawati, Prabowo, dan seluruh ketua umum partai adalah simbol kebersamaan elite bangsa yang menenangkan.
Data bursa efek pun menunjukkan kepercayaan pasar tetap kuat, menandakan keyakinan pada arah kepemimpinan nasional.
Saya percaya, jika Presiden Prabowo mampu menjawab kegelisahan rakyat dengan keberanian mengambil keputusan, tanpa bayang-bayang masa lalu, maka Indonesia akan melangkah menuju demokrasi yang matang dan negara kesejahteraan yang nyata.
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post