• Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
Jumat, Oktober 31, 2025
Kabariku
Advertisement
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Catatan Komisaris
  • Kabar Istana
  • Kabar Kabinet
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Politik
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Lainnya
    • Artikel
    • Kabar Peristiwa
    • Pendidikan
    • Teknologi
    • Ekonomi
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Pariwisata
    • Bisnis
    • Profile
    • Pembangunan
Tidak ada hasil
View All Result
Kabariku
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Catatan Komisaris
  • Kabar Istana
  • Kabar Kabinet
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Politik
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Lainnya
    • Artikel
    • Kabar Peristiwa
    • Pendidikan
    • Teknologi
    • Ekonomi
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Pariwisata
    • Bisnis
    • Profile
    • Pembangunan
Tidak ada hasil
View All Result
Kabariku
Tidak ada hasil
View All Result
  • Home
  • News
  • Dwi Warna
  • Kabar Peristiwa
  • Hukum
  • Kabar Istana
  • Politik
  • Profile
  • Opini
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Kesehatan
  • Seni Budaya
  • Pariwisata
  • Hiburan
  • Teknologi
Home Opini

Gaya Bahasa Politik Prabowo Menurut Pandangan Linguistik

Tresyana Bulan oleh Tresyana Bulan
14 September 2025
di Opini
A A
0
Presiden RI Prabowo Subianto

Presiden RI Prabowo Subianto (dok Kbri)

ShareSendShare ShareShare

oleh :
Dr. J. Anhar Rabi Hamsah Tis’ah, M.Pd            
Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Jakarta
Ahli Linguistik Forensik

Jakarta, Kabariku – Bahasa adalah medium utama dalam dunia politik. Melalui bahasa, seorang politisi membangun citra diri, menyampaikan visi, menggerakkan emosi publik, bahkan meneguhkan relasi kuasa.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Dalam kajian linguistik politik, bahasa tidak dipandang sekadar alat komunikasi netral, tetapi sebagai instrumen ideologis yang sarat makna dan strategi.

RelatedPosts

Belajar dari Jenderal (Purn) Budi Gunawan dan Jenderal (Purn). Sjafrie Syamsoeddin; Mengatasi Krisis Agustus

KADIN Jawa Barat Terpecah, Dunia Usaha Tercuncang: Saatnya Kita Bersatu Kembali!

Lebih dari Sekadar Kain: Batik Kawung Garutan dan Jejak Nilai Kemanusiaan Nusantara

Oleh sebab itu, gaya bahasa para aktor politik kerap menjadi objek kajian akademis karena di dalamnya terdapat dinamika antara bahasa, kekuasaan, dan ideologi.

Prabowo Subianto, sebagai figur politik yang menonjol dalam dua dekade terakhir, menghadirkan gaya komunikasi politik yang khas.

Dengan latar belakang militer dan pengalaman panjang dalam kontestasi politik nasional, gaya bahasanya mengandung ciri yang membedakannya dari politisi lain.

Beliau tidak hanya tampil dengan ketegasan dan retorika militeristik, tetapi juga mengadopsi diksi populis dan nasionalistik yang dekat dengan masyarakat luas. Hal ini menjadikan gaya bahasanya menarik untuk dikaji dari sudut pandang linguistik.

Gaya Diksi

Salah satu ciri menonjol dalam gaya bahasa politik Prabowo Subianto terletak pada pemilihan katanya (diksi) yang memperlihatkan dua corak utama: militeristik dan populis.

Corak militeristik muncul sebagai refleksi dari latar belakangnya sebagai prajurit dan jenderal. Dalam berbagai pidato, beliau sering menggunakan kata-kata seperti berjuang, tempur, disiplin, kedaulatan, garis depan, hingga perang melawan korupsi.

Diksi ini memberi kesan bahwa politik adalah arena perjuangan yang keras, menuntut ketegasan, strategi, dan loyalitas layaknya medan pertempuran.

Dengan kata lain, penggunaan diksi militeristik memperkuat citra dirinya sebagai pemimpin tegas dan berani, yang siap “bertarung” demi kepentingan bangsa.

Namun di sisi lain, gaya diksi Prabowo juga sarat dengan nuansa populis. Beliau kerap menyebut istilah rakyat kecil, wong cilik, petani, nelayan, atau buruh dalam pidatonya.

Pemilihan kata-kata ini mencerminkan upaya untuk menghadirkan kedekatan emosional dengan masyarakat akar rumput.

Secara linguistik, penggunaan istilah tersebut bukan sekadar penyebutan profesi atau kelompok sosial, tetapi sarana membangun identitas politik yang berpihak pada rakyat banyak.

Melalui diksi populis ini, Prabowo menegaskan dirinya sebagai representasi suara rakyat sekaligus antitesis dari “elit” politik dan ekonomi yang dianggap jauh dari realitas masyarakat bawah.

Perpaduan dua corak diksi ini militeristik dan populis memberikan warna yang unik dalam retorika Prabowo. Beliau bukan hanya berbicara sebagai mantan prajurit yang tegas dan disiplin, tetapi juga sebagai figur populis yang memahami penderitaan rakyat.

Baca Juga  Dihadapan 1.451 Hakim, Presiden Prabowo: Jadilah Penegak Hukum yang Kuat dan Berintegritas

Dari perspektif linguistik politik, gaya diksi semacam ini menjadi strategi komunikasi yang efektif, karena mampu memadukan kekuatan simbolik (otoritas militer) dengan kedekatan emosional (populisme) sehingga pesan politiknya mudah diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.

Retorika dan Strategi Persuasi

Retorika merupakan seni berbicara yang bertujuan memengaruhi, meyakinkan, dan menggerakkan audiens. Dalam konteks politik, retorika menjadi alat utama seorang pemimpin untuk membangun legitimasi sekaligus mengarahkan opini publik.

Gaya bahasa Prabowo Subianto memperlihatkan strategi retorika yang khas, yaitu perpaduan antara ketegasan, emosionalitas, dan simbolisme perjuangan.

Prabowo kerap menggunakan repetisi sebagai teknik retoris. Pengulangan frasa atau kalimat tertentu, seperti “rakyat butuh makan, rakyat butuh pekerjaan, rakyat butuh keadilan,” bukan hanya mempertegas pesan, tetapi juga membantu audiens mengingat gagasan yang disampaikan.

Dalam linguistik retorika, repetisi berfungsi sebagai penekanan sekaligus penanaman ide dalam benak pendengar.

Beliau memanfaatkan hiperbola untuk menimbulkan efek emosional yang kuat. Misalnya, pernyataan bahwa “bangsa ini bisa hancur jika tidak berubah” merupakan bentuk dramatisasi yang menggugah rasa cemas sekaligus urgensi pada pendengar.

Hiperbola dalam retorika politik berfungsi untuk menciptakan kesadaran krisis yang kemudian dihubungkan dengan solusi yang ditawarkan oleh sang politisi.

Prabowo sering menggunakan metafora perjuangan. Politik dipersonifikasikan sebagai medan tempur, dengan ungkapan seperti “ini adalah pertempuran untuk masa depan bangsa” atau “kita harus berada di garis depan membela rakyat.

” Metafora ini menyalurkan identitas militernya sekaligus membangkitkan semangat kolektif audiens. Metafora perjuangan juga mengubah politik menjadi sesuatu yang heroik, penuh tantangan, dan menuntut keberanian.

Strategi retoris ini sejalan dengan konsep klasik Aristoteles tentang ethos, pathos, dan logos. Ethos tampak dalam citra dirinya sebagai pemimpin berkarakter kuat dan berpengalaman.

Pathos hadir dalam ungkapan emosional yang menggugah rasa bangga, takut, atau harapan rakyat. Sementara logos tercermin dari argumen yang menekankan perlunya kedaulatan ekonomi, kesejahteraan rakyat, dan ketahanan nasional.

Maka, retorika dan strategi persuasi Prabowo bukan sekadar alat penyampaian pesan politik, tetapi juga sarana membangun citra kepemimpinan.

Gaya retoriknya mampu menggerakkan emosi sekaligus menanamkan keyakinan bahwa dirinya adalah pemimpin yang siap memperjuangkan kepentingan bangsa.

Dimensi Pragmatik

Dalam kajian linguistik, pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam konteks tertentu untuk mencapai tujuan komunikasi. Bahasa politik, khususnya, tidak pernah netral, beliau selalu diarahkan untuk membentuk citra, menjaga hubungan sosial, serta memengaruhi persepsi publik.

Gaya bahasa Prabowo Subianto menunjukkan adanya fleksibilitas pragmatik yang tinggi, di mana beliau mampu menyesuaikan pilihan ujaran dengan situasi, lawan bicara, dan tujuan politik yang ingin dicapai.

Baca Juga  Yusril Ihza Mahendra: Saya Menyayangkan Pencabutan Gugatan "Ijazah Palsu Jokowi"

Dari sisi tindak tutur (speech acts), Prabowo kerap menggunakan directive acts berupa ajakan, misalnya melalui kata “mari” atau “ayo” yang mengandung makna partisipatif dan membangun solidaritas. Prabowo juga sering memakai commissive acts berupa janji atau komitmen, seperti “saya akan berjuang demi rakyat” atau “saya pastikan keadilan ditegakkan.

” Sementara itu, expressive acts juga muncul, misalnya ketika beliau menyatakan rasa sedih melihat kondisi rakyat miskin atau rasa bangga atas perjuangan bangsa. Variasi tindak tutur ini memperlihatkan bagaimana Prabowo mengombinasikan perintah, janji, dan ekspresi emosi untuk membangun kedekatan dengan audiens.

Fleksibilitas pragmatik terlihat dari kemampuannya mengubah gaya bahasa sesuai konteks. Saat kampanye, bahasanya cenderung konfrontatif, ditandai dengan kritik keras terhadap lawan politik dan penyebutan krisis bangsa secara hiperbolis.

Namun, dalam situasi rekonsiliasi atau kerjasama politik, gaya bahasanya berubah menjadi rekonsiliatif, ditandai dengan diksi yang lebih sejuk seperti “persatuan, kebersamaan, rekonsiliasi, dan gotong royong” .

Pergeseran ini menunjukkan bahwa bahasa politik bukanlah ekspresi statis, melainkan strategi dinamis yang disesuaikan dengan kebutuhan komunikasi dan kepentingan politik.

Aspek kesantunan berbahasa (politeness strategy) juga tampak dalam retorikanya. Walaupun sering tegas dan keras, Prabowo tidak jarang menggunakan sapaan inklusif seperti “saudara-saudara sekalian” untuk menjaga citra ramah dan menghormati pendengar.

Dengan demikian, strategi kesantunan ini berfungsi sebagai mekanisme face-saving act untuk mengurangi kesan agresif sekaligus memperkuat solidaritas.

Dari perspektif pragmatik, fleksibilitas bahasa politik Prabowo menunjukkan kecerdasan komunikatif dalam mengelola situasi. Beliau mampu membangun jarak dan kedekatan secara bergantian, menyesuaikan diri dengan audiens, serta mengontrol makna agar pesan politiknya diterima dengan efektif. Inilah yang menjadikan gaya bahasanya tidak hanya tegas dan emosional, tetapi juga adaptif sesuai tuntutan politik.

Ideologi dalam Bahasa Politik

Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, melainkan juga sebagai medium ideologis yang mampu membentuk cara pandang, keyakinan, dan sikap masyarakat. Dalam ranah politik, bahasa kerap dipakai untuk meneguhkan legitimasi kekuasaan sekaligus mengonstruksi realitas sosial sesuai dengan kepentingan aktor politik.

Gaya bahasa Prabowo Subianto menjadi contoh yang menarik, karena pilihan diksi, retorika, dan strategi komunikasinya sarat dengan muatan ideologis.

Bahasa Prabowo merepresentasikan nasionalisme yang kuat. Istilah seperti tanah air, ibu pertiwi, bangsa Indonesia, dan rakyat Indonesia digunakan secara berulang untuk meneguhkan identitas kolektif.

Bahasa ini menciptakan rasa memiliki dan kebanggaan nasional, sekaligus menekankan pentingnya kedaulatan politik, ekonomi, dan budaya.

Dengan cara ini, Prabowo membangun ideologi bahwa segala kebijakan politik harus berlandaskan pada kepentingan bangsa di atas kepentingan asing maupun elit tertentu.

Baca Juga  RR Sosok Pemimpin Ideal Ditengah Ancaman Ekonomi dan Disintegrasi, Ini Kata Dos Santos

Gaya bahasanya sarat dengan populisme linguistik. Prabowo juga sering mengonstruksi oposisi biner antara rakyat kecil versus elit.

Penyebutan kelompok petani, nelayan, buruh, dan wong cilik menjadi simbol bahwa dirinya berpihak pada rakyat banyak. Sebaliknya, penggunaan istilah “elit” atau “kelompok tertentu” kerap digunakan untuk menggambarkan pihak yang jauh dari realitas masyarakat.

Strategi ini sesuai dengan ciri ideologi populis, yaitu membangun citra kedekatan dengan rakyat sambil menghadirkan lawan imajiner yang menjadi sumber masalah.

Bahasa politik Prabowo juga mengandung ideologi kolektivitas emosional. Pidato-pidatonya sering membangkitkan perasaan bangga sekaligus cemas, misalnya melalui metafora perjuangan atau hiperbola ancaman.

Dengan membangkitkan emosi bersama, beliau menciptakan solidaritas politik yang didasarkan pada perasaan senasib. Dalam perspektif kritis, hal ini sejalan dengan pandangan Norman Fairclough bahwa bahasa politik adalah praktik ideologis yang meneguhkan dominasi sekaligus menciptakan hegemoni.

Jadi, ideologi dalam bahasa politik Prabowo dapat dipahami sebagai perpaduan antara nasionalisme, populisme, dan kolektivitas emosional.

Melalui bahasa, Prabowo bukan hanya menyampaikan pesan politik, tetapi juga membentuk realitas simbolik yang menegaskan dirinya sebagai pemimpin bangsa sekaligus representasi suara rakyat.

Kesimpulan

Gaya bahasa politik Prabowo Subianto memperlihatkan bahwa bahasa bukan sekadar sarana komunikasi, tetapi juga instrumen ideologis dan strategis dalam arena politik.

Dari analisis linguistik, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasanya memiliki empat ciri utama.

Pertama, dalam aspek diksi, Prabowo memadukan corak militeristik dengan populis. Diksi militeristik menegaskan citra tegas dan disiplin, sementara diksi populis membangun kedekatan emosional dengan rakyat kecil.

Kedua, dalam aspek retorika dan persuasi, Prabowo menggunakan repetisi, hiperbola, dan metafora perjuangan sebagai strategi untuk menggugah emosi, memperkuat pesan, sekaligus meneguhkan citra heroik.

Ketiga, dari sisi pragmatik, gaya bahasanya fleksibel, beliau mampu bersikap konfrontatif dalam situasi kampanye namun rekonsiliatif dalam momen persatuan, dengan variasi tindak tutur yang menekankan ajakan, janji, dan ekspresi emosi.

Keempat, dalam dimensi ideologi, bahasa politik Prabowo sarat dengan nasionalisme, populisme linguistik, serta kolektivitas emosional yang membangun solidaritas dan legitimasi kepemimpinannya.

Dengan demikian, gaya bahasa politik Prabowo merupakan perpaduan yang khas antara retorika militer, populisme rakyat, dan ideologi nasionalis.

Kajian linguistik atas gaya bahasa ini menunjukkan bagaimana bahasa politik digunakan tidak hanya untuk menyampaikan gagasan, tetapi juga untuk membangun citra diri, memengaruhi opini publik, dan meneguhkan hegemoni dalam ruang politik Indonesia.

Oleh karena itu, analisis gaya bahasa politik Prabowo memberi gambaran yang lebih luas tentang hubungan erat antara bahasa, kekuasaan, dan ideologi dalam praktik komunikasi politik kontemporer.***

Jakarta, 14 September 2025

Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com

Tags: Ahli Linguistik ForensikGaya Bahasa Politik PrabowoIdeologi dalam Bahasa PolitikPresiden Prabowo SubiantoUniversitas Muhammadiyah Jakarta
ShareSendShareSharePinTweet
ADVERTISEMENT
Post Sebelumnya

Polda Metro Jaya Buka Posko dan Hotline 24 Jam Laporan Orang Hilang Pasca Kerusuhan

Post Selanjutnya

Tinjau Langsung Lokasi Banjir di Bali, Presiden Prabowo Pastikan Instruksi Penanganan Bencana Terlaksana

RelatedPosts

Momen pertemuan Jenderal (Purn) Budi Gunawan dan Jenderal (Purn). Sjafrie Syamsoeddin di Kantor Kemenko Polkam (12/12/2024). (dok Instagram @bgunawan)

Belajar dari Jenderal (Purn) Budi Gunawan dan Jenderal (Purn). Sjafrie Syamsoeddin; Mengatasi Krisis Agustus

28 Oktober 2025

KADIN Jawa Barat Terpecah, Dunia Usaha Tercuncang: Saatnya Kita Bersatu Kembali!

28 Oktober 2025
akademisi UNIGA: Desi Qoriah, SE., M.Hum.,

Lebih dari Sekadar Kain: Batik Kawung Garutan dan Jejak Nilai Kemanusiaan Nusantara

16 Oktober 2025

Kamtibmas Diantara Penegakan Hukum dan Penertiban Sipil; POLRI atau SATPOL PP?

4 Oktober 2025
Appe Hutauruk

Ketika Kejahatan Berdaulat, Hukum Harus Berani

2 Oktober 2025
Ilustrasi : Presiden Prabowo Saat Doorstop di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (27/9/2025)

Kebebasan Pers, Governance, dan Transparansi Program MBG

28 September 2025
Post Selanjutnya

Tinjau Langsung Lokasi Banjir di Bali, Presiden Prabowo Pastikan Instruksi Penanganan Bencana Terlaksana

Komisioner Kompolnas Mohammad Choirul Anam atau Cak Anam

Kompolnas Ingatkan Reformasi Melahirkan Polri untuk Wujudkan Negara Demokratis yang Humanis

Discussion about this post

KabarTerbaru

Presiden Prabowo Subianto akan menggelar rapat khusus membahas utang proyek kereta cepat Bandung-Jakarta (Whoosh) senilai US$ 7,27 miliar.(Foto:Istimewa)

Presiden Prabowo akan Gelar Rapat Polemik Kereta Cepat Whoosh secara khusus, Inilah Poin pembahasannya

30 Oktober 2025
Ketua DPR RI Puan Maharani soroti 110 WNI korban penipuan online di Kamboja dan tekankan perlunya perlindungan pekerja migran sejak pra-keberangkatan.(Foto:Ist)

Ketua DPR RI Puan Maharani Soroti 110 WNI Korban Penipuan Online: “Negara Harus Lindungi Warga”

30 Oktober 2025
MKD DPR menolak pengunduran diri Rahayu Saraswati, keponakan Presiden Prabowo, dan ia tetap menjadi anggota DPR 2024-2029.(Foto: Istimewa)

MKD Tolak Pengunduran Diri Rahayu Saraswati, Tetap Jadi Anggota DPR 2024-2029

30 Oktober 2025

KPK Imbau Publik Tetap Gunakan Whoosh: Proses Penyelidikan Tak Ganggu Layanan Transportasi

30 Oktober 2025
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto didampingi Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa usai mengikuti ratas yang dipimpin Presiden Prabowo di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Rabu (29/10/2025)

Ekonomi Indonesia Tetap Solid, Pemerintah Siapkan Lanjutan Program Unggulan 2026

30 Oktober 2025
PT Nusantara Swadesi Mining bantu ratusan siswa SD di Purwakarta lewat program NSM Berbagi untuk dukung Indonesia Emas 2045.(Foto: Istimewa)

Peringati Sumpah Pemuda, PT NSM Bantu Perlengkapan Sekolah untuk Ratusan Siswa di Purwakarta

29 Oktober 2025
Polda Metro Jaya siagakan patroli banjir di Mampang, pantau debit air 60 sentimeter. Situasi aman, warga diminta waspada terhadap potensi genangan susulan.(Foto: Istimewa)

Polda Metro Jaya Turunkan Tim Samapta Antisipasi di Titik Rawan Banjir Jakarta Selatan

29 Oktober 2025
Biaya haji 2026 ditetapkan Rp87,4 juta atau turun Rp2 juta dari tahun lalu. Komisi VIII DPR RI yakin Presiden Prabowo Subianto belum sepenuhnya puas dengan hasil efisiensi tersebut.(Foto:Istimewa)

Biaya Haji 2026 Turun Rp2 Juta Jadi Rp87,4 Juta, Komisi VIII DPR RI Yakin Presiden Prabowo Belum Puas

29 Oktober 2025
MKD DPR RI akan menggelar sidang etik terhadap lima anggota DPR nonaktif pekan depan. Ketua MKD Nazaruddin Dek Gam menyebut jadwal pasti masih menunggu rapat pimpinan.(Foto: Istimewa)

MKD DPR RI Jadwalkan Sidang Etik Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Uya Kuya, Eko Patrio, dan Adies Kadir Pekan Depan

29 Oktober 2025

Kabar Terpopuler

  • Senator asal Papua, Agustinus R. Kambuaya, menyatakan dukungan kepada putra Papua Frans Pigome dan Florentinus Beanal untuk menempati posisi strategis di PT Freeport Indonesia.(Foto:Istimewa)

    Senator Agustinus Kambuaya: Frans Pigome dan Florentinus Beanal Layak Pimpin Freeport

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu “Prabowo for Global Peace” Viral, Angkat Citra Indonesia sebagai Pembawa Perdamaian Dunia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jarang Terungkap, Inilah Orang Tua dan Tiga Saudara Kandung Menlu Sugiono Beserta Pekerjaannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • TNI Siap Dikerahkan ke Gaza, Tunggu Perintah Langsung Presiden Prabowo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Brigjen Asep Guntur Rahayu, Sosok di Balik Ketegasan dan Nurani Penegakan Hukum KPK

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Tujuh  Anak Try Sutrisno: Dari Jenderal, Dosen, hingga Psikolog di Amerika Serikat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puan Maharani: Pemuda Harus Terlindungi dari Judi Online, Kekerasan, dan Diskriminasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Kabariku

Kabariku adalah media online yang menyajikan berita-berita dan informasi yang beragam serta mendalam. Kabariku hadir memberi manfaat lebih

Kabariku.com Terverifikasi Faktual Dewan Pers dan telah mendapatkan Sertifikat dengan nomor: 1400/DP-Verifikasi/K/VIII/2025

Kabariku

SOROTMERAHPUTIH.COM BERITAGEOTHERMAL.COM

  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2025 Kabariku.com

Tidak ada hasil
View All Result
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Catatan Komisaris
  • Kabar Istana
  • Kabar Kabinet
  • Dwi Warna
  • Hukum
  • Politik
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Lainnya
    • Artikel
    • Kabar Peristiwa
    • Pendidikan
    • Teknologi
    • Ekonomi
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Pariwisata
    • Bisnis
    • Profile
    • Pembangunan

© 2025 Kabariku.com