Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri menyampaikan pidato politiknya di Kongres V PDI Perjuangan Bali, Kamis (8/8/2019). (Foto: pdiperjuangan.id)
KABARIKU – Megawati Sukarnoputri kembali ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam Kongres V PDIP di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Bali, Kamis malam (8/8/2019).
Penetapan Presiden RI ke-5 sebagai ketum partai berlambang banteng untuk periode 2019-2024, dilakukan secara aklamasi. Ini artinya, seluruh DPD dan DPC se-Indonesia secara bulat sepakat memilihnya untuk kembali menjadi ketua umum.
Usai terpilih, Megawati mengatakan, dirinya diberi mandat oleh kongres sebagai formatur tunggal partai. Oleh karena itu, penentuan jabatan apa saja yang diperlukan di DPP dan siapa saja yang akan mengisinya, merupakan hak prerogatifnya.
“Sebagai ketua umum saya diberi hak prerogatif untuk membentuk DPP,” ujarnya.
Ia menegaskan, di DPP nanti tak ada jabatan Ketua Harian dan Wakil Ketua Umum.
“Ketua Harian tak ada, Wakil Ketua Umum juga tak ada,” ujar putri Presiden RI pertama itu.
Megawati memimpin PDIP sejak tahun 1999. Ia pun merupakan pendiri partai tersebut. Dengan demikian, ia telah memimpin PDIP selama empat periode, atau lima periode dengan periode 2019-2024. (Ref)
Megawati Sukarnoputri memiliki nama lengkap Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri. Ia lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947.
Ia merupakan Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001 sampai 20 Oktober 2004 dan merupakan presiden wanita Indonesia pertama.
Megawati menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR ini diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999–2001, ia menjabat Wakil Presiden pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sejak memisahkan diri dari Partai Demokrasi Indonesia pada tahun 1999.
Ibunda Megawati, Fatmawati, merupakan gadis kelahiran Bengkulu yang bertemu Sukarno, (Presiden RI pertama dan juga ayahanda Megawati) saat Sukarno diasingkan pada masa penjajahan Belanda.
Megawati lahir dalam pergolakan mempertahankan kemerdekaan, tepatnya saat Agresi Militer Belanda. Ia lahir ketika ayahandanya diasingkan pihak Belanda ke Bangka.
Megawati juga tercatat sempat kulaih di Univeristas Padjadjaran Bandung dalam bidang pertanian,. Selain itu sempat pula menjadi mahasiswa Universitas Indonesia di Fakultas Psikologi. (Ref)