Jakarta, Kabariku – Modus penipuan digital kian berkembang dan kali ini menyasar pengguna aplikasi WhatsApp dengan memanfaatkan fitur share screen atau berbagi layar atau share screen.
Federal Bureau of Investigation atau Biro Investigasi Federal (FBI) pada Sabtu (4/10/2025) mengeluarkan peringatan resmi kepada masyarakat dunia agar lebih waspada terhadap teknik kejahatan siber ini yang telah menyebar di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, India, hingga Indonesia.
Fitur share screen atau berbagi layar pada WhatsApp memungkinkan pengguna membagikan tampilan layar perangkat mereka kepada orang lain secara real-time. Sayangnya, celah ini kini dimanfaatkan pelaku kejahatan siber untuk mengintip informasi sensitif seperti kata sandi, kode OTP, detail rekening bank, hingga isi pesan pribadi.
Modus “Phantom Hacker Scam” Mengincar Korban
Mengutip laporan Forbes, FBI mengungkap para pelaku kejahatan menggunakan teknik social engineering (rekayasa sosial) untuk mengelabui korban. Dalam skema bernama phantom hacker scam, pelaku akan menghubungi target melalui panggilan telepon atau pesan dengan menyamar sebagai pihak resmi, seperti bank atau lembaga pemerintahan.
Mereka kemudian memberi tahu korban bahwa akun atau rekeningnya sedang diretas dan harus segera diamankan. Pelaku lantas mengarahkan korban untuk memindahkan dana ke rekening “aman” yang sebenarnya milik pelaku. Agar proses “bantuan” berjalan lancar, korban diminta mengaktifkan fitur share screen.
Pada tahap inilah aksi kriminal berlangsung. Pelaku dapat memantau seluruh aktivitas korban di layar secara langsung, termasuk saat korban mengetikkan kata sandi atau informasi perbankan. Akibatnya, pelaku bisa mengambil alih akun korban, menguras saldo rekening, hingga menyalahgunakan data pribadi untuk tindak kejahatan lainnya.

Sudah Terjadi di Indonesia
Kasus serupa ternyata juga pernah menimpa pejabat publik di Indonesia. Wali Kota Jakarta Pusat, Arifin, mengaku pernah hampir menjadi korban penipuan lewat fitur share screen WhatsApp.
Ia menerima panggilan dari seseorang yang mengaku sebagai petugas kecamatan dan meminta dirinya mengaktifkan KTP Digital.
Pelaku kemudian mengarahkan Arifin untuk mengaktifkan fitur berbagi layar. Beruntung, ia menyadari adanya indikasi penipuan dan tidak mengikuti instruksi tersebut.
“Jangan pernah memberikan informasi pribadi maupun akses WhatsApp kepada orang yang tidak dikenal. Pastikan setiap informasi resmi hanya melalui kanal pemerintah yang sah,” ujar Arifin melalui akun Instagram pribadinya.
Tips Aman dari Penipuan Share Screen WhatsApp
Agar tidak menjadi korban modus penipuan berbasis share screen, berikut langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan oleh para ahli keamanan digital:
Verifikasi Identitas Penelpon
Pastikan pihak yang menghubungi berasal dari lembaga resmi, seperti bank atau instansi pemerintah. Jangan mudah percaya pada panggilan atau pesan dari nomor tak dikenal.
Gunakan Share Screen Hanya dengan Orang Terpercaya
Batasi penggunaan fitur ini hanya untuk keluarga atau rekan kerja yang benar-benar dikenal dan dapat dipercaya.
Aktifkan Otentikasi Dua Faktor (2FA)
Fitur keamanan dua lapis ini penting untuk mencegah peretasan akun perbankan maupun WhatsApp.
Perbarui Aplikasi WhatsApp Secara Berkala
Pembaruan aplikasi sering kali mencakup peningkatan keamanan. Pastikan Anda selalu menggunakan versi terbaru.
Edukasi Orang Terdekat
Bagikan informasi mengenai modus ini kepada keluarga dan teman agar mereka juga terhindar dari ancaman serupa.
Segera Hubungi Bank Jika Jadi Korban
Jika terlanjur menjadi korban, segera hubungi pihak bank untuk memblokir rekening agar dana tidak sempat disalahgunakan.
Blokir Nomor Mencurigakan
Langsung blokir nomor yang mengirimkan pesan mencurigakan, terutama jika berisi promosi atau permintaan data pribadi.
Fenomena phantom hacker scam menunjukkan bahwa pelaku kejahatan siber semakin kreatif memanfaatkan fitur teknologi populer seperti share screen untuk melancarkan aksinya. Oleh karena itu, kewaspadaan dan literasi digital menjadi kunci utama dalam melindungi diri dari ancaman siber yang terus berevolusi.
Tim Siber BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) mengimbau, kejahatan siber kini tidak hanya soal peretasan sistem, tapi juga bagaimana pelaku memanipulasi psikologi korban. Karena itu, kesadaran digital dan kehati-hatian dalam membagikan akses menjadi pertahanan pertama yang paling penting.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post