Jakarta, Kabariku – Ole Romeny kini menjadi sorotan setelah mencetak gol kemenangan bagi Timnas Indonesia atas Bahrain dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (25/3). Gol tersebut lahir pada menit ke-24, hasil kerja sama apik dengan rekannya di Oxford United, Marselino Ferdinan.
Selebrasi unik yang dilakukan Ole Romeny, yaitu dengan menaruh tangan di bawah dagu, memiliki makna mendalam: sebuah pesan untuk selalu ‘menegakkan kepala’ dalam menghadapi segala situasi. Gol itu ia dedikasikan untuk neneknya dan seluruh masyarakat Indonesia yang telah mendukungnya.
Saat ini, Ole Romeny bermain untuk Oxford United di EFL Championship sekaligus membela Timnas Indonesia. Ia lahir di Nijmegen, Belanda, pada 20 Juni 2000 dengan nama lengkap Ole Lennard ter Haar Romenij. Pada 8 Februari 2025, ia resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) karena memiliki garis keturunan Indonesia dari neneknya yang berasal dari Medan, Sumatera Utara.
Garis Keturunan Ole Romeny
Dalam sebuah wawancara, Romeny pernah mengungkapkan bahwa ibu dan neneknya lahir di Indonesia. Namun, masih banyak yang belum mengetahui secara pasti siapa mereka. Berdasarkan catatan portal sejarah Historia.id, terungkap bahwa ibu Ole Romeny adalah Catherine Frederique ter Haar Romenij. Namun wanita ini tidak lahir di Medan, melainkan di Haarlem pada 24 Juni 1963. Sementara ayahnya, Petrus Gerardus Wilhelmus Burgers, lahir di Wijchen pada 16 Mei 1959.
Jejak keturunan Indonesia Romeny berasal dari garis ibunya, yaitu sang nenek, Helene Wilhelmina Degenaars, yang lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 2 April 1923. Helene adalah putri dari Thomas Degenaars, seorang pria kelahiran Dordrecht, Belanda, pada 3 Juni 1895, yang merantau ke Hindia Belanda pada 1918.
Ketika berada di Singapura pada 1920, Thomas bertemu dengan Trintje Wilhelmine Fortuin, yang kemudian menjadi istrinya. Mereka pindah ke Medan dan dikaruniai tiga anak: Tom (lahir 30 Oktober 1921), Helene Wilhelmina (lahir 2 April 1923, nenek Ole), dan Robert Degenaars (lahir 2 Mei 1925).
Thomas aktif dalam organisasi kepanduan Nederlandsch-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) cabang Medan. Sementara itu, putranya yang sulung, Tom, juga aktif dalam kepanduan Kale Koppen Kamstam di Cimahi ketika menempuh pendidikan di Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa uwak (paman dari ibu) Ole Romeny pernah tinggal di Cimahi, Jawa Barat.
Tragedi Keluarga di Masa Perang
Saat Jepang menginvasi Asia Tenggara pada 1942, Thomas Degenaars ditangkap oleh pasukan Jepang di Kutacane, Aceh, dan dipenjara di Kamp Tawanan Perang Glugur, Medan. Putranya, Tom, juga ditangkap dan dikirim ke Kamp Tawanan Perang Juliana di Seram Selatan. Sementara itu, Robert, yang masih bersekolah, bersama keluarganya dipaksa masuk ke salah satu kamp interniran di Belawan.
Para tawanan tersebut kemudian dikumpulkan di Pelabuhan Belawan dan rencananya akan dikirim ke Pekanbaru untuk dijadikan pekerja paksa dalam pembangunan jalur kereta api. Mereka diangkut dengan kapal Harugiku Maru, bekas kapal kargo SS Van Waerwijck milik Koninklijke Paketvaart-Maatschappij (KPM) yang telah direbut oleh Jepang.
Namun, di tengah perjalanan, kapal Harugiku Maru dicegat oleh kapal perang Inggris yang tidak mengetahui bahwa kapal tersebut membawa tawanan. Akibat serangan itu, kapal terbakar dan tenggelam, menewaskan banyak tawanan, termasuk Thomas , kakek Ole Romeny.
Namun, benarkah kisah tragis ini? Tentu masih diperlukan penelitian sejarah lebih lanjut, terutama karena Ole Romeny sendiri pernah menyebut bahwa ibunya juga lahir di Medan. Bagaimanapun, jejak keluarga Romeny menunjukkan keterkaitan kuat dengan Indonesia, baik melalui garis keturunan maupun sejarah panjang keluarganya di Tanah Air.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post