KABARIKU – Program Organisasi PenggeraK (POP) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kini malah menjadi gaduh. Selain tiga organisasi besar yakni PGRI, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menyatakan tak bergabung, juga banyak pihak yang mengkritik.
Siti Hediyati atau Titik Soeharto yang akrab dipanggil Mbak Titik, putra mantan Presiden RI Soeharto, menyarankan anggaran Rp 40 miliar untuk Tanoto Foundation dan Putera Sampoerna Foundaton dalam POP, lebih baik dialihkan untuk membiayai pulsa atau kuota para siswa se-Indonesia dalam rangka mendukung program pembelajaran di rumah atau home learning.
“Dengan begitu, para siswa bisa melaksanakan pembelajaran dari rumah dengan lancar dan tak membebani orangtua. Ini akan lebih bermanfaat,” kata wanita yang kini menjadi pengurus Partai Berkarya ini saat mengikuti shalat Idul Adha di Jakarta, Jumat (31/7/2020).
Menurutnya, sistem pembelajaran di rumah atau home learning sekarang ini mengalami sejumlah kendala akibat keterbatasan sinyal internet yang tak bisa menjangkau semua wilayah di Indonesia.
“Hanya siswa di perkotaan saja yang bisa melaksanakan pembelajaran dari rumah, sementara siswa di desa yang tak ada sinyal internet, tidak bisa,” jelasnya.
Selain keterbatasan sinyal internet, lanjut Mbak Titik, keterbatasan daya beli masyarakat juga menjadi kendala lain.
“Belajar di rumah mengharuskan siswa memiliki kuota, kan kasihan siswa harus sering beli pulsa atau kuota. Padahal untuk makan saja, untuk situasi seperti sekarang perlu bantuan. Selain itu tak semua siswa memiliki HP Android,” ujarnya.
Mbak Titik berharap, situasi pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga masyarakat bisa beraktivitas secara normal.
Ia pun mengimbau agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan agar terhindar dari Covid-19.
“Kenakan masker, jaga jarak dan jauhi kerumunan,” paparnya. (Has)
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post