Jakarta, Kabariku – Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) sekaligus tokoh ekonom visioner, pendidik, dan politisi nasional, Kwik Kian Gie, tutup usia pada Senin malam, 28 Juli 2025, pukul 22.00 WIB dalam usia 90 tahun.
Jenazahnya disemayamkan di Rumah Duka RSPAD, Jakarta.
Ucapan belasungkawa mengalir dari para tokoh bangsa. Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, dalam unggahan Instagram @sandiuno menulis:
“Selamat jalan, Pak Kwik Kian Gie. Ekonom, pendidik, nasionalis sejati. Mentor yang tak pernah lelah memperjuangkan kebenaran. Yang berdiri tegak di tengah badai, demi kepentingan rakyat dan negeri. Indonesia berduka.”
Profil Kwik Kian Gie dan Kisah Unik Mendirikan Sekolah
Kwik Kian Gie lahir di Juwana, Pati, Jawa Tengah, pada 11 Januari 1935 dari keluarga Tionghoa. Ia adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Kwik Hway Gwan (juga dikenal sebagai The Kwie Kie), merupakan pengusaha hasil bumi.
Saat pendudukan Jepang, ayahnya dipenjara dan aset keluarga disita, memaksa keluarganya pindah ke Semarang.
Kisah unik Kwik bermula saat remaja, ketika ia menjabat sebagai Ketua Pusat Perhimpunan Pelajar Sekolah Menengah Indonesia, organisasi pelajar yang memiliki 13 cabang di Pulau Jawa.
Saat harus pindah ke Surabaya, Kwik Kian Gie kecewa karena tidak menemukan SMA dengan mutu pendidikan yang baik. Maka, ia mendirikan SMA Erlangga Surabaya—sekolah yang ia kelola sekaligus ia sendiri menjadi siswanya.
Yang luar biasa, Kwik merekrut guru-guru terbaik dan memberi gaji dua kali lipat dari sekolah lain, untuk memastikan kualitas pengajaran. Hasilnya, tingkat kelulusan ujian nasional sekolah itu mencapai 98%. Ia lulus pada tahun 1955, membuktikan bahwa idealisme dan keberanian bisa berjalan bersama, bahkan di usia muda.
Menemukan Cinta di Negeri Asing
Kwik Kian Gie kuliah di Fakultas Hukum UI, lalu pada 1956 melanjutkan ke Nederlandse Economische Hogeschool (sekarang Erasmus University Rotterdam), dan lulus pada 1963.
Di Belanda inilah Kwik Kian Gie menemukan pasangan hidupnya, Dirkje Johanna de Widt, seorang perempuan Belanda yang kemudian menjadi istrinya.
Pasangan ini menikah dan menetap di Belanda beberapa tahun. Kwik sempat bekerja di Kedutaan Besar RI di Den Haag sebelum kembali ke Indonesia.
Dirkje dikenal sebagai sosok pendiam dan sangat mendukung perjuangan suaminya. Ia setia mendampingi Kwik dalam berbagai fase hidupnya, baik sebagai akademisi, pejabat negara, maupun oposisi kritis.
Pasangan ini dikaruniai tiga anak. Dirkje meninggal dunia pada tahun 2020, mendahului sang suami.
Pada 1987, Kwik mendirikan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII) bersama Djoenaedi Joesoef dan Kaharuddin Ongko, sebagai bentuk kontribusinya di bidang pendidikan.
Sementara di ranah politik, Kwik bergabung dengan PDI Perjuangan, dan menduduki berbagai jabatan strategis:
• Wakil Ketua MPR RI (1999)
• Menko Ekuin di era Presiden Abdurrahman Wahid (1999–2000)
• Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas di era Megawati Soekarnoputri (2001–2004)
Kwik Kian Gie telah pergi, namun gagasan dan integritasnya akan terus hidup, menjadi cermin bagi mereka yang mencintai Indonesia.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post