Banten, Kabariku – Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Banten menetapkan tiga tokoh penting di Cilegon sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap kontraktor asing yang mengerjakan proyek strategis nasional. Nilai proyek yang diminta tanpa lelang oleh para tersangka disebut mencapai Rp5 triliun.
Ketiga tersangka tersebut yakni Muhammad Salim (54), Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Cilegon, Ismatullah selaku Wakil Ketua Kadin Bidang Industri, dan Rufaji Jahuri dari Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Cilegon.
Penetapan tersangka dilakukan usai gelar perkara pada Jumat malam, 16 Mei 2025. Dalam video yang beredar luas, ketiganya tampak keluar dari ruang pemeriksaan di Ditreskrimum Polda Banten sekitar pukul 22.36 WIB dengan mengenakan baju tahanan. Muhammad Salim yang ditanya wartawan hanya mengacungkan jempol dan enggan memberi banyak komentar.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Banten, Kombes Dian Setyawan, menjelaskan bahwa ketiga tersangka memiliki peran aktif dalam upaya pemaksaan proyek kepada pihak PT Chengda Engineering, kontraktor asal Cina yang tengah membangun pabrik milik PT Chandra Asri Alkalie.
“Salim diduga menggerakkan massa untuk melakukan aksi ke lokasi proyek, Ismatullah menggebrak meja saat meminta proyek tanpa lelang, dan Rufaji mengancam akan menghentikan proyek jika HNSI tidak dilibatkan,” ujar Dian dalam keterangan tertulis.
Sebelumnya, video yang menunjukkan tekanan kepada kontraktor viral di media sosial sejak 9 Mei 2025. Dalam video itu, seorang pria berkemeja putih dan mengenakan helm proyek tampak menekan perwakilan kontraktor agar memberikan proyek senilai Rp5 triliun untuk Kadin tanpa proses lelang.
Kapolres Cilegon AKBP Kemas Indra Natanegara sempat menyebut kejadian itu sebagai kesalahpahaman antara pengusaha lokal dan asing. Namun kasus kemudian diambil alih oleh Ditreskrimum Polda Banten setelah temuan lebih dalam dan bukti yang cukup.
Ketiga tersangka dijerat pasal berbeda sesuai peran masing-masing. Muhammad Salim dijerat dengan Pasal 160 dan 368 KUHP tentang penghasutan dan pemerasan. Ismatullah dikenai Pasal 368 dan 335 KUHP, sementara Rufaji dijerat dengan Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan.
Dalam proses penyidikan, polisi turut menyita sejumlah barang bukti seperti surat-menyurat antara Kadin dan PT Chengda, notulen pertemuan pada 8 dan 22 April 2025, serta tangkapan layar ajakan Muhammad Salim kepada saksi untuk melakukan aksi ke lokasi proyek.
Kasus ini menjadi perhatian publik karena melibatkan elite lokal yang memanfaatkan posisinya untuk menekan investor dalam proyek berskala nasional. Proses hukum terhadap ketiganya kini terus bergulir di bawah pengawasan Polda Banten.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post