Jakarta, Kabariku – Badan Gizi Nasional (BGN) membentuk dua tim investigasi untuk menelusuri kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Tim pertama melibatkan Polri, Badan Intelijen Nasional (BIN), serta lembaga terkait, sementara tim kedua adalah tim independen yang terdiri dari para ahli lintas disiplin.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menjelaskan tim gabungan tersebut bekerja sama dengan Deputi Pemantauan dan Pengawasan (Tauwas) BGN, Dinas Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta pemerintah daerah.
“Di tim investigasi ini kita bentuk dua. Dari dalam ada Deputi Tauwas, itu pemantauan dan pengawasan, nanti akan bekerja sama, di situ ada Kepolisian, BIN, Dinkes, BPOM, dan juga pemda setempat untuk mengadakan investigasi,” kata Nanik saat jumpa pers di Kantor BGN, Jakarta,melansir dari Antara.
Ia mengungkapkan, pihaknya sudah meminta bantuan BIN dan Polri agar penyelidikan tidak hanya berhenti pada persoalan Standar Operasional Prosedur (SOP). “Saya minta gini. Apapun harus dilihat dari berbagai sisi. Kan dari SOP kami melakukan perbaikan. Tapi, kemudian saya, kebetulan Kepala BIN kan nelfon, pokoknya saya minta BIN turun sekarang. Kan dari kepolisian sekarang udah turun,” jelas Nanik.
Selain itu, BGN juga membentuk tim independen yang beranggotakan ahli kimia, farmasi, chef, dan pakar lainnya untuk mendalami penyebab keracunan MBG yang marak terjadi sepanjang 2025.
Meski begitu, Nanik menegaskan tidak semua hasil penyelidikan akan diumumkan secara terbuka. “Kalau yang tidak membahayakan keadaan negara ya kami buka, ya kan ini menyangkut masyarakat, misalnya apa? Kan tadi sudah saya buka, kebanyakan (penyebab keracunan) karena salah SOP, tapi kalau yang politis-politis kan tidak usah dibuka nanti jadi ribut,” ujarnya.
Sepanjang Januari hingga September 2025, BGN mencatat 70 kasus keracunan MBG dengan total 5.914 penerima terdampak. Rinciannya, 1.307 korban dari sembilan kasus di Sumatera, 3.610 korban dari 41 kasus di Pulau Jawa, serta 997 korban dari 20 kasus di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara.
Adapun hasil pemeriksaan menemukan berbagai bakteri penyebab keracunan, mulai dari E. Coli pada air, nasi, tahu, dan ayam; Staphylococcus Aureus pada tempe dan bakso; Salmonella pada ayam, telur, dan sayur; Bacillus Cereus pada mie; hingga Coliform, PB, Klebsiella, dan Proteus dari air yang terkontaminasi.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post