Indonesia tengah bersiap menyongsong satu abad kemerdekaan pada tahun 2045. Di tengah momentum ini, pendidikan tinggi dituntut untuk tidak berhenti sebagai ruang reproduksi pengetahuan, melainkan sebagai motor transformasi bangsa.
Indonesia memiliki lebih dari 4.300 perguruan tinggi. Namun, masih terdapat tantangan ketimpangan kualitas dan relevansinya. Tahun 2024, Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi (PT) baru mencapai 32,00%, sementara APK PT Singapura sudah di atas 90%. Di samping itu, terdapat 1,01 juta sarjana menganggur. Padahal, Sumber Daya Alam Indonesia menjadi salah satu yang besar di dunia. Inilah yang disebut oleh Presiden Prabowo sebagai Paradoks Indonesia.
Untuk menghadapi hal ini, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Fauzan merumuskan sejumlah strategi untuk memperkuat peran kampus dalam membawa perubahan baik bagi bangsa. Hal ini disampaikan dalam orasi ilmiah pada Dies Natalis ke-68 Universitas Padjadjaran di Bandung, Kamis (11/9).
Baca Juga : Peluang Industri Semikonduktor Dorong Perekonomian Indonesia yang Berdaya Saing Global
Keempat strategi tersebut antara lain:
- Penguatan tata kelola, kepemimpinan, dan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul.
- Transformasi akademik dan digitalisasi kurikulum.
- Pembangunan ekosistem inovasi, riset, dan keberlanjutan.
- Kolaborasi pentahelix antara akademisi, pemerintah, industri, masyarakat, dan media.
Upaya ini sejalan dengan kebijakan nasional untuk memperluas akses pendidikan tinggi, memperbaiki kualitas dosen, serta mendorong riset yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
“Perguruan tinggi tidak boleh berhenti sebagai ruang reproduksi pengetahuan. Sebagai Kampus Berdampak, universitas harus hadir sebagai problem solver, penjawab keresahan masyarakat, dan penggerak transformasi bangsa. Produk riset jangan hanya berhenti di prototipe, tetapi harus dihilirisasi kepada masyarakat,” tegas Wamen Fauzan.
Senada, Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto melalui visi Asta Cita menekankan pembangunan manusia unggul dan penguasaan ilmu pengetahuan sebagai pilar kemandirian bangsa. Pendidikan tinggi menjadi instrumen utama dalam mencetak SDM produktif, inovatif, dan berdaya saing global.
Baca Juga : Wakil Dubes Jerman Temui Mahasiswa Peserta Program IISMA, Dukung Persiapan Mahasiswa Sebelum Keberangkatan
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto kerap menegaskan arah kebijakan Kemdiktisaintek, yakni Diktisaintek Berdampak, bertujuan menghadirkan pendidikan tinggi yang inklusif, adaptif terhadap disrupsi, serta mampu memberi solusi nyata bagi masyarakat.
Di akhir, Wamen Fauzan mempertegas kolaborasi antarlembaga untuk mewujudkan perguruan tinggi sebagai lokomotif bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
“Mari wujudkan tata kelola yang mendorong deelitisasi dan mengutamakan kebermanfaatan. Perguruan tinggi, industri, media, dan masyarakat bahu-membahu memperluas akses, menumbuhkan mutu, memperkuat relevansi, dan memberi dampak,,” pungkas Wamen Fauzan.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post