Jakarta, Kabariku- Daniel Mananta mengungkap adanya sebuah sekolah internasional di wilayah Jabodetabek yang diduga mendukung gerakan LGBT.
Dalam podcast Daniel Mananta Network (DMN) tersebut, Daniel berkesempatan untuk berbicara dengan tokoh agama terkenal Quraish Shihab.

Daniel mengaku terkejut ketika mengunjungi sekolah tersebut untuk mengikuti proses assesment bagi anaknya.
Daniel menghormati mereka yang membuat keputusan sulit terkait identitas LGBT, namun ia khawatir jika gerakan tersebut meresap ke anak-anak di bawah 18 tahun yang sedang mencari jati diri.
Pengalaman Daniel menjadi viral di media sosial dan memicu perhatian masyarakat Indonesia ini, harapannya isu ini membuka diskusi tentang peran orang tua dalam memberikan fondasi moral kepada anak-anak mereka.
Bukan hanya bergantung pada sekolah. Daniel berpendapat bahwa sekolah seharusnya berfokus pada kebenaran, bukan hanya perasaan semata.
Pihak sekolah diduga memiliki pandangan yang berbeda. Daniel menyebut bahwa dalam budaya Barat, sekolah-sekolah mendukung eksplorasi perasaan dan identitas.
“Mereka mengajarkan untuk tidak menghakimi dan membiarkan siswa mengeksplorasi perasaan mereka, termasuk orientasi seksual,” kata Daniel, dikutip Sabtu (5/8/2023).
Sekolah juga mengklaim bahwa apa pun yang dibicarakan oleh siswa dengan konselor adalah rahasia, dan tidak akan dibagikan kepada orang tua.
Daniel menyayangkan pendekatan ini dan merasa bahwa tanggung jawab sekolah seharusnya lebih besar dalam memastikan kesejahteraan siswa secara fisik, mental, dan rohani.
Ia khawatir bahwa sekolah terlalu fokus pada agendanya sendiri, yang mungkin merusak moralitas anak-anak.
Daniel Temukan Tiga Toilet
Selain itu, Daniel mencatat adanya tiga toilet di sekolah tersebut: “Girls,” “Boys,” dan “Gender Netral.”
Daniel berpendapat bahwa sebagai orang tua, penting untuk terlibat aktif dalam pendidikan anak-anak mereka.
Ia mengimbau orang tua untuk lebih mendalam dalam mewawancarai sekolah, memastikan bahwa nilai dan moral yang ditanamkan sesuai dengan keyakinan mereka.
“Meskipun tidak memberikan solusi yang konkret dari pihak pemerintah, kita mendorong orang tua untuk lebih berperan serta dalam pendidikan anak-anak mereka dan lebih selektif dalam memilih sekolah,” ujar Daniel.
Ia juga mengakui bahwa ia berdoa sebelum memilih sekolah untuk anaknya dan merasa bahwa Tuhan membimbingnya.
Daniel Mananta menekankan, berbagi pengalaman ini untuk berbagi wawasan kepada masyarakat, terutama orang tua yang lebih selektif dalam memilih pendidikan anak-anak mereka.
“Pentingnya peran orang tua dalam pendidikan dan perlindungan anak-anak dari pengaruh negatif menjadi fokus utama dalam cerita ini,” ungkapnya.
Penjelasan Quraish Shihab
Quraish Shihab lantas memberikan pandangannya terhadap LGBTQ.
“Orang tua harus mampu mendidik anaknya, harus mampu menjelaskan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi. Salah satunya bahaya terbesar menyangkut lGBT,” kata Quraish Shihab.

Quraish Shihab merasa bahwa bukan perkara mudah untuk mengontrol bagaimana manusia bersikap serta menentukan jalan hidup.
“Kita harus bergandengan tangan bukan untuk membenci mereka, tapi untuk menyelamatkan mereka,” tuturnya.
Quraish Shihab meyakini bahwa segala sesuatu di dunia ini pasti ada batasan, termasuk soal seks.
Quraish pun berujar bahwa persoalan LGBTQ ini tidak bisa didiamkan begitu saja. Ia menilai perlu ada pengarahan soal pemahaman LGBTQ ini.
“Dalam hidup ini ada pembatasan, jadi di bidang seks juga harus ada pembatasan, jangan bicara itu (LGBTQ) kepada anak yang belum mengerti, jangan praktikkan yang bertentangan dengan budaya dan agama, dan naluri manusia yang sehat,” ungkap Quraish Shihab.
Menurutnya, hubungan sesama jenis itu sampai sekarang masih tidak disepakati oleh semua ilmuwan.
“Hasil keputusan bahwa itu adalah normal masih ada perselisihan, ada kekuatan yang lebih besar, ya itu yang menang, itu lebih didengar, padahal tidak,” sambungnya.
Daniel pun mengaku setuju dengan pandangan Quraish mengenai perlu adanya pembatasan terhadap LGBTQ.
Daniel tidak bermaksud untuk membenci orang-orang yang sudah memilih jalan untuk menjadi LGBTQ.
Namun, Daniel khawatir ketika pemahaman LGBTQ tersebut justru ditularkan kepada orang lain termasuk anak-anak.
Daniel pun membayangkan bahwa segala sesuatu yang tidak ada batasan, pasti akan menimbulkan sesuatu yang merugikan.
“Saya setuju dengan pembatasan tersebut sih, karena api kalau nggak dibatasi, akan membakar rumah, hutan, dan menghancurkan semuanya, air kalau tidak dibatasi akan membuat banjir, tsunami, dan lain-lain,” ujar Daniel.
“Tapi air kalau diberikan batas akan memberikan kehidupan, api kalau diberikan batas juga akan memberikan kehidupan, seks kalau nggak dibatasi pasti akan menghancurkan, tapi kalau dibataskan, ya itu namanya pernikahan,” ujarnya.
Cendekiawan muslim Quraish Shihab menambahkan dengan tegas menolak jika ada wacana melegalkan keberadaan kaum LGBT di Indonesia.
Menurut penulis tafsir Al Misbah itu, tidak masalah jika Amerika Serikat (AS) lantas melegalkan adanya pernikahan sesama jenis. Akan tetapi, jika hal itu akan diterapkan di Indonesia ia akan menolaknya.
“Kalau di Indonesia mau diberlakukan, saya paling depan berkata, no (tidak),” tegasnya.
Quraish Shihab berpendapat, ketetapan hukum ditentukan masyarakat oleh suatu negara. Oleh karena itu, ia mengimbau agar tidak mencampuri urusan negara lain.
Ia meyakini, Indonesia memiliki pendapat hukum yang berbeda dan tidak keluar dari tuntunan agama. Ia menegaskan tidak ada agama yang melegalkan LGBT.
“Siapa pun penganut agama tidak setuju itu,” tutup Quraish Shihab.***
Red/K.101
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post