Buku ALDERA merupakan potret kegilaan kaum muda pada masanya
Pius Lustrilanang
Jakarta, Kabariku- Buku ALDERA: Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 mendapatkan penghargaan MEGA BEST SELLER dari Penerbit Buku Kompas atau PBK sebagai buku dengan penjualan terbanyak dalam waktu tercepat, kurang dari empat bulan.
Tak hanya itu, Inisiator penulisan buku adalah Tokoh Pergerakan Mahasiswa era 98, Dr. Pius Lustrilanang, S.IP., M.Si., CFrA., CSFA., juga mendapatkan penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan rekor kuliah umum dan bedah buku dengan peserta terbanyak.

Buku ALDERA menggambarkan kisah gerakan para aktivis muda tahun 1993-1999. Berbicara tentang gerakan mahasiswa, perjuangan Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) era 90’an adalah sebuah sejarah yang tidak dapat dilupakan. Semangat perjuangan di era tersebut diabadikan dan terangkum dengan apik dalam Buku ALDERA.
Penghargaan dari PBK bagi Pius, dan Yayasan Aliansi Demokrasi Rakyat (ALDERA) sebagai mendukungnya diserahkan oleh Direktur Bisnis Kompas Lukminto Wibowo, di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (31/1/2023) malam.
Pendiri Muri, Jaya Suprana, melalui video, menilai banyak organisasi mahasiswa pada era Orde Baru yang berjuang. Namun, Aldera mampu memantik gerakan di sejumlah daerah hingga puncaknya Orde Baru tumbang.
”Buku ini menjadi penjaga lilin semangat perjuangan kaum muda untuk tetap berkontribusi bagi Tanah Air,” ujar Jaya Suprana.

Pius, yang kini menjadi anggota VI Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), menerima langsung penghargaan itu.
Hadir pula Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo, Direktur Operasional Muri Yusuf Ngadri, serta sejumlah aktivis demokrasi dan Aldera.
Dari generasi 70-an ke 80-an hingga 90-an perjuangan terus dilanjutkan dan dimenangkan. Kini sudah waktunya api perjuangan itu diwariskan.
Buku yang mencatat perjuangan Aldera itu terjual 100.000 eksemplar lebih dalam waktu kurang dari empat bulan. Buku itu dijadikan acuan kuliah umum dan bedah buku, yang puncaknya meraih rekor Muri atas kuliah umum dan bedah buku dengan 3.000 peserta di Universitas Negeri Manado.
Buku itu juga menghimpun dan merekonstruksi kepingan catatan sejarah seputar gerakan mahasiswa pada 1990-an, dengan tim penulis Teddy Wibisana, Nanang Pujalaksana, dan Rahadi T Wiratama. Buku berisi 308 halaman dalam bahasa Indonesia dengan ukuran 14,5 sentimeter x 21 sentimeter.
Potret Kegilaan
Pius yang juga merupakan penggagas dan inspirator utama buku itu mengatakan, buku ALDERA merupakan potret kegilaan kaum muda pada masanya.
Mereka rela mengorbankan masa mudanya untuk mewujudkan sebuah negara demokratis.
”Butuh waktu 20 tahun untuk mewujudkannya. Dari generasi 70-an ke 80-an hingga 90-an perjuangan terus dilanjutkan dan dimenangkan. Kini sudah waktunya api perjuangan itu diwariskan,” ujarnya.
Perjuangan dimulai dari idealisme pribadi yang berkembang menjadi idealisme beberapa orang, dan akhirnya berwujud gerakan masif yang tidak hanya di Jawa Barat, tetapi juga berskala nasional.
Gerakan masif itu memicu penculikan para aktivis, salah satunya Pius. Dia diculik oleh sekelompok orang tak dikenal, disekap, dan disiksa selama dua bulan.
“Buku yang digagas Pius merupakan sejarah yang berhasil mengubah nasib bangsa. Semangat perjuangan pada saat pergantian dari Orde Baru ke Reformasi harus dilanjutkan pada generasi saat ini,” kata Budiman.
Periode itu juga merupakan masa mencekam bagi dunia pers. Kebebasan pers dikekang, diberedel, dan dikontrol pemerintah. Momen itu menentukan banyak elemen masa depan dan arah gerak bangsa Indonesia.***
Red/K.000
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post