Kabariku- Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru bertajuk ‘Partai dan Calon Presiden: Kecenderungan Sikap Pemilih Menjelang 2024′. Hasilnya, elektabilitas PDIP masih unggul dengan 22,1 persen.
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani mengatakan hal itu saat menyampaikan hasil survei terbaru SMRC bertajuk ‘Partai dan Calon Presiden: Kecenderungan Sikap Pemilih Menjelang 2024’ secara daring, Kamis (7/10/2021).
Hasil survei ini menunjukkan jika Pemilu diadakan sekarang, PDIP mendapat dukungan terbesar, yakni 22,1 persen, disusul Golkar 11,3 persen, PKB 10 persen, Gerindra 9,9 persen, Demokrat 8,6 persen, PKS 6 persen, dan NasDem 4,2 persen.
“Sementara partai-partai lain di bawah 3 persen, dan yang belum tahu 18,8 persen,” kata Deni.
Menurut Deni, dilihat dari data tren hasil survei 2020-2021, PDIP cenderung mengalami penurunan.
Pada survei Maret 2020, PDIP mendapatkan dukungan 25,9 persen suara publik atau mengalami penurunan sekitar 3,8 persen pada survei September 2021 menjadi 22,1 persen.
“Suara PDIP sempat naik menjadi 27,4 persen pada Oktober 2020, tapi setelah itu terus mengalami penurunan sampai sekarang,” jelsnya.
Partai Gerindra juga mengalami hal yang sama. Pada survei Maret 2020, dukungan publik pada partai ini sebesar 13,6 persen. Suara Gerindra kemudian menurun menjadi 9,9 persen pada September 2021.
Sementara itu, pada periode yang sama, sejumlah partai terlihat mengalami penguatan dukungan.
“Partai-partai yang mengalami penguatan dalam dua tahun terakhir adalah Golkar, PKB, Demokrat, PKS, dan NasDem,” lanjut Deni.
Deni menyimpulkan bahwa terjadi persaingan yang cukup ketat antara partai Golkar, Gerindra, dan PKB untuk memperebutkan posisi kedua setelah PDIP.
Survei opini publik ini digelar pada 15 – 21 September 2021 melalui tatap muka atau wawancara langsung.
Terdapat 981 responden yang valid terpilih secara acak (multistage random sampling) dari seluruh populasi Indonesia yang berumur minimal 17 tahun atau sudah menikah.
Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).
Dalam presentasinya, Deni Irvani juga menjelaskan banyak faktor yang menentukan pemilih memilih seorang calon presiden.
“Secara psikologis, kognisi (pengetahuan) tentang calon adalah syarat dasar bagaimana pemilih memilih. Pemilih memilih calon A bisa karena hanya tahu A, tidak tahu calon yang lain,” jelasnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Anies Baswedan, diprediksi bakal mendulang suara terbanyak pertama dan kedua, apabila keduanya maju sebagai calon presiden 2024 mendatang.
Bila pemilih tahu semua calon yang bersaing maka yang menentukan bukan lagi ‘tahu’ tapi faktor lain, termasuk ‘suka’ pada calon. Kondisi saat ini, tingkat pengetahuan publik pada nama-nama tokoh calon presiden belum merata.
“Pada hari H nanti, pemilih akan tahu calon-calon yang maju karena jumlah calon sedikit dan biasanya sama-sama mampu melakukan sosialisasi secara masif. Tidak akan ada perbedaan tingkat tahu calon bagi seorang pemilih,” kata Deni.
Survei SMRC menemukan, apabila pemilih tahu enam calon (Prabowo, Anies, Ganjar, Sandi, Ridwan, dan AHY), Ganjar konsisten unggul dari calon lain di semua simulasi.
Dalam simulasi semi terbuka 42 nama, Ganjar mendapat dukungan terbesar 24,3%, selanjutnya Anies 14,4%, Prabowo 11,4%, Sandi 6,1%, Ridwan Kamil 4,2%, AHY 3,2%.
Jika jumlah calon dikurangi menjadi 15 nama, Ganjar unggul dengan dukungan 28,2%, disusul Anies 16,5%, Prabowo 12,4%, Sandi 6,5%, Ridwan Kamil 5%, AHY 4%. Dalam simulasi 8 nama, Ganjar juga unggul dengan dukungan 28,7%, disusul Anies 20,4%, Prabowo 13,6%, Ridwan Kamil 6,3%, Sandi 6,1%, dan AHY 4,7%.
Data yang dihimpun SMRC dalam berbagai survei menunjukkan ada tiga nama yang selalu muncul di urutan teratas untuk calon presiden dukungan publik: Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Kalau Pilpres diadakan sekarang dan pemilih sama-sama tahu ketiga calon tersebut maka, dalam simulasi 3 nama, Ganjar akan dipilih oleh 43,9%, disusul Anies 24,6%, dan Prabowo 21,7%.
“Keunggulan tajam Ganjar dalam simulasi ini menunjukan bahwa Ganjar lebih mampu menarik pemilih calon-calon selain Prabowo dan Anies,” kata Deni.
Menurut Deni, dalam situasi demikian, Ganjar unggul sangat jauh, sementara suara untuk Prabowo dan Anies tidak berbeda signifikan secara statistik. Perbedaan di bawah margin of error untuk sampel yang tahu ketiga nama tokoh tersebut (±4%).
“Bila Ganjar tidak maju, lanjut Deni, maka persaingan antara Anies dan Prabowo akan ketat. Tapi, Deni menambahkan, kalau dilihat dari tren, Anies memiliki peluang lebih baik dari Prabowo. Anies lebih mampu menarik pemilih di luar pemilih Prabowo,” tegas Deni menutup. ***
*Survei Nasional 15 – 21 September 2021
Red/K.000
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post