JAKARTA, Kabariku– Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid, mendukung Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 mengantisipasi ancaman regenerasi kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI).
Kelompok yang memiliki paham jihad dengan kekerasan ini terus berganti wajah dan merekrut masyarakat umum.

Hal itu disampaikan Habib Syakur dalam bincang RRI dengan topik “Mewaspadai Regenerasi Kelompok Teroris Jamaah Islamiyah” pada Minggu (17/10/2021).
“Densus 88 wajib mewaspadai kelompok teroris Jamaah Islamiyah dan juga wajib mengintervensi segala bentuk kegiatannya, baik pelatihan-pelatihannya dan sebagainya,” kata Habib Syakur.
Habib Syakur mengingatkan, berdasarkan pengalaman terdahulu, sudah banyak dampak yang diperbuat oleh kelompok teroris Jamaah Islamiyah.
Karena itu, Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk memberi dukungan kepada Densus Antiteror 88.
“Kita harus memberikan dukungan kepada Densus 88. Karena, Densus 88 mengemban amanah rakyat untuk mewujudkan keutuhan NKRI. Dan, rakyat wajib mendukung sepenuhnya Densus 88. Dan terbukti Densus 88 telah penuh berkhidmat mengabdi kepada rakyat untuk mewujudkan keteduhan NKRI,” paparnya.
Lebih lanjut, Habib Syakur menguraikan, adanya pelatihan-pelatihan oleh kelompok Jamaah Islamiyah memicu kekhawatiran. Kelompok ini, tegas Habib Syakur, adalah orang-orang yang salah memahami agama.
Sebab, kegiatan pelatihan yang mereka lakukan dengan maksud egoisme dan untuk tujuan mereka sendiri. Yaitu, membuat bangsa gaduh, dan Pancasila tidak berdaya.
Oleh karena itu, menurut Habib Syakur, salah satu kunci menangkal paham terorisme, radikalisme, dan intoleran, ialah menguatkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
“Pancasila merupakan ruh seluruh rakyat Indonesia dalam membina komunikasi dan silaturahmi dalam beragama. Singkat cerita analisa saya situasi seperti ini regenerasi kelompok teroris jamaah Islamiyah harus kita awasi ketat,” kata Habib Syakur.
Disisi lain, menurut Habib Syakur, salah satu cara menangkal berkembangnya paham-paham radikala ialah keteduhan dalam menyampaikan nilai-nilai agama.
Dia menegaskan, jika ada orang yang mengaku beragama mengatasnamakan Islam, tapi bertindak brutal, intoleran, itu bukanlah bagian dari Islam.
Jadi, lanjutnya, deteksi dini dari paham-paham radikal, intoleran harus dimulai dari pengawasan di lingkungan keluarga. Artinya, masyarakat harus betul-betul memahami keadaan dan situasi dalam lingkungannya sendiri.
Selain itu, Habib Syakur juga mengingatkan akan pengawasan maupun pendampingan penggunaan media sosial (medsos) oleh anak-anak, terkait kajian-kajian agama.
“Karena pengaruh dari medsos sangat mengerikan. Jujur saja, negeri kita tercinta ini akan sangat terkikis habis peradaban yang sangat luhur ini dengan pengaruh medsos. Maka dari itu kita harus mendampingi putra-putri kita secara arif dan bijaksana dalam menggunakan medsos,” ungkapnya.
Selain anak-anak, sesama masyarakat harus
memperhatikan komunikasi di sekitarnya.Yaitu memastikan bahwa lingkungannya tidak terpapar paham radikalisme, dan Intoleran.
Jika ada yang mencurigakan, lanjut Habib Syakur, maka wajib berkonsultasi dan berkoordinasi dengan RT/RW bahkan lurah. Jadi, RT/RW, Lurah, Babinsa, Babinkamtipmas, juga dijalin komunikasi untuk mengawasi secara dini pengaruh-pengaruh paham radikalisme dan intoleransi.
“Jangan sampai paham teroris itu muncul. Terus terang teroris itu adalah monster yang bisa melumpuhkan, merusak memperhangus jati diri kita sebagai insan suci Pancasila dan insan Indonesia yang sejati,” tutup Habib Syakur.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Identifikasi dan Sosialisasi Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Pol MD Shodiq mengatakan, Densus 88 belum bisa mengintervensi regenerasi kelompok teroris Jamaah Islamiyah. Sehingga regenerasi kelompok tersebut patut diwaspadai.
Shodiq menjelaskan, sebelum kelompok teroris Jamaah Islamiyah melakukan jihad global, mereka akan melakukan pelatihan.
Pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh kelompok Jamaah Islamiyah dapat berlokasi di sekolah atau kamp-kamp di seluruh Indonesia.
Namun demikian, peta persebaran anggota Jamaah Islamiyah telah menurun secara umum, sejak salah satu tokoh dan figur kelompok Jamaah Islamiyah Abu Rusydan ditangkap.
“Setelah puncaknya kemarin kita melakukan penegakan hukum terhadap Abu Rusydan, salah satu tokoh dan figur kelompok Jamaah Islamiyah, secara umum peta Jamaah Islamiyah sudah down,” katanya.
“(Pada masa yang akan datang), mereka akan terus-menerus melakukan regenerasi dan kegiatan (teror) akan terus berjalan. Ini perlu intervensi,” kata Shodiq dalam diskusi bertajuk “Al Jamaah Al Islamiyah Dahulu, Kini, dan Di Masa Mendatang” yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube Kajian Terorisme SKSG UI Official, Selasa (12/10/2021). ***
Red/K.000
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post