Teddy Wibisana: Kondisi Rupiah Bukan Hal Utama yang Membahayakan Perekonomian

Teddy Wibisana. (*)

KABARIKU – Situasi kurs memang menekan, tapi semua negara mengalaminya. Situasi ini harus kita lihat secara komprehensif (cadangan devisa, stabilitas sosial politik, dan terjaga/tidaknya inflasi).

Demikian diungkapkan Teddy Wibisana, praktisi ekonomi asal Jakarta dalam pesan WhatsAppsnya, Jumat (20/ 3/2020) untuk mengomentari tertekannya rupiah oleh dollar Amerika sekarang ini.

“BI menegaskan bahwa cadangan devisa kita cukup untuk 7.4 bulan dalam membiayai impor dan utang LN,” katanya.

Ditambahkan Teddy, nilai tukar kita tertekan tetapi cadangan devisa kita hanya turun USD 1.3 miliar, dari USD 131.7 menjadi 130.4 miliar. Itu pun lebih disebabkan oleh adanya pembayaran hutang luar negeri, bukan untuk intervensi dalam rangka menjaga stabilisas kurs.

Artinya, lanjutnya, BI melihat kondisi nilai tukar rupiah saat ini bukan sebagai hal yang utama yang akan membahayakan perekonomian kita. Atau setidaknya bagi BI menjaga ketahanan devisa lebih penting dibanding memaksakan diri menjaga nilai tukar.

“Corona memaksa kita untuk menurunkan aktivitas ekonomi dalam rangka menekan penyebaran virusnya. Sampai seberapa jauh aktivitas ekonomi harus ditekan? Seberapa efektif pembatasan melalui sosial distancing? Apakah kita sudah harus melakukan lockdown?” ungkapnya.

Menurut Teddy, yang harus dijaga ketika keputusan lockdown diambil adalah kesiapan mental masyarakat, dan terjaganya arus distribusi barang terutama pangan. Kesiapan itu harus ada sebelum keputusan diambil. Jangan sampai, begitu diumumkan kapan diberlakukan lockdown, terjadi penyerbuan bahan pangan di pasar, dan arus distribusi stoknya terhambat.

“Efek psikologis harus dijaga dengan melakukan tindakan yang menunjukan kesigapan kita, sebelum lockdown dilakukan. Jaringan pasar modern dan tradisional harus tetap buka, tetapi setiap kios mengoptimalkan penjualan via on line/sms. Juga sarana kesehatan: apotik, puskesmas, dan pelayanan umum lainnya, harus mulai bisa ‘jemput bola’ mendatangi warga, untuk menghindari kerumunan. Termasuk pengecekan terhadap Covid-19,” bebernya.

Menurut Teddy, anggap ini sebagai latihan, seperti menerapkan lockdown bertahap. (Has)

Tinggalkan Balasan