Peluncuran dan Bedah Buku ‘ALDERA’ Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999

Jakarta, Kabariku Aliansi Demokrasi Rakyat (‘ALDERA’) merupakan Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 yang merekam salah satu etape perlawanan terhadap rezim otoritarianisme Orde Baru pada awal 1990-an hingga kejatuhan Soeharto.

Rekaman memori para pelaku sejarah kaum muda era 90an, Salah satu yang dituangkan dalam buku dengan judul ‘ALDERA‘, bahwa buku ini menangkap wujud dari kekuatan pemuda melakukan perubahan zaman (Reformasi).

Peluncuran dan Diskusi Buku ”Aldera”

Peluncuran dan Diskusi Buku ‘Aldera’ merupakan gambaran ingatan Wujud Kekuatan Pemuda Mengubah Zaman pada era 90an.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasioanal, Dr. Erna Ermawati Chotim, S.Sos., M.Si., menyampaikan, apresiasinya atas dilaksanakan Pelunvcuran buku ALDERA di Universitas Nasional merupakan kampus perjuangan

“Hari ini, 28 Oktober 2022, saya sangat menyambut baik bahwa Universitas Nasional mendapat kehormatan sebagai tuan rumah acara ‘Peluncuran dan Bedah Buku ALDERA’, Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999,” kata Dr. Erna.

Setelah membaca buku ‘ALDERA’, Dr. Erna berpendapat, bahwa buku ini menarasikan kembali tentang spektrum politik kerakyatan dengan konteks, dinamika, dialektikamakro dan mikronya.

“Buku ini menumbuhkan konsep rakyat, bukan hanya sebagai melodi kuasa tapi sebagai pusat produksi nilai keadilan yang terusbertumbuh melampaui relasi kuasa,” ujarnya.

‘ALDERA’ telah menjadi bagian dari poros-poros  gerakan rakyat saat itu. Termasuk gerakan pemikiran yang berkerak dan tumbuh di waktu dan tempat yang sama.

“Saya ingat, saya terlibat dalam salah satu acara didalam konferensi internasional di Jerman 1997. Dimana salah satu yang dibahas adalah demokrasi di Indonesia, saat itu hadir yang kemudian muncul sebagai aktivis tokoh-tokoh nasional penggerak reformasi 1997,” ungkapnya.

Gerakan antar level saat itu saling bersama membangun kesatuan pemikiran dan tindakan yang mengantarkan pada periode transformasi, rezim otoriter ke reformasi demokrasi.

“Melalui narasinya buku ini (ALDERA-red) juga telah mengajak kita membaca kembali sejarah berbagai tokoh dan institusinya sejarah dituliskan oleh para pemenang adalah sebuah ‘kredo’ yang berlaku dimana pun dan mungkin sampai kapan pun,” terangnya.

Sebagai bagian dari pemenang yang berhasil menjadi bagian yang mengakhiri sistem pemerintahan otoriter ke sistem demokrasi.

“Dan sejarah memang selalu berpihak, dan keberpihakan hakiki yang perlu diperjuangkan adalah keberpihakan pada rakyat,” lanjutnya.

Buku ‘ALDERA’ menjadi bagian dari tanggung jawab moral dari para pelaku sejarah untuk disampaikan pada generasi Indonesia kedepan.

Bangsa yang beradab adalah bangsa yang mampu membangun sejarahnya, mencatat dengan detail setiap peristiwa dalam puzle yang terserak. Buku ini diharapkan menjadi rekaman yang sempurna tentang yang terjadi pada suatu masa yang membawa pada kondisi saat ini.

“Melalui harapan  besar tersebut, saya buka acara ‘Peluncuran dan Bedah Buku ALDERA Potret Gerakan Politik kaum Muda 1993-1999, secara resmi,” kata Dr. Erna menutup sambutan dan meresikan acara.

Momen Sumpah Pemuda

Pada kesempatan itu, Rektor diwakili Wakil Rektor Bidang Akademik Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Nasional, Dr. Suryono Efendi, SE., MM., menambahkan, Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, kongres yang disepakati 94 tahun yang lalu merupakan perwujudan dari gerakan pemuda.

“Kemudian kalau kita flashback pada 1993 yang nantibukunya akan dijelaskan, ini adalah juga peran pemuda tidak bisa dipisahkan pada waktu itu tentu saja yang hadir disini merupakan saksi sejarah,” kata Dr. Suryoto.

Pada tahun 1997-1998 UNAS yang dijuluki kampus perjuangan dan menjadi bagian dari reformasi.

“Saya menyambut baik atas dibahasnya buku ALDERA ‘Potret Gerakan Kaum Muda’ yang digagas pak Pius ini, mudah-mudahan menjadi referensi bagipara mahasiswa khususnya dan para dosen untuk melengkapikajian ilmiah dalam konteks pergerakan politik di Indonesia,” paparnya.

Sambutan berikutnya, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Tri Agung Kristanto, menyampaikan ELDERA yang diketahuinya lebih banyak bermain dibelakang layar pada waktu itu.

“Dulu yang lebih banyak dikenal PRD dan SMID yang sebenarnya penggeraknya ya ALDERA. Kalau baca buku ini pergolakan sangat luar biasa termasuk diantaranya mas Pius yang “diadil” oleh teman-temannya kenapa masuk partai politik yang seharusnya ALDERA menjadi partai politik pada waktu itu,” ungkap Tri Agung.

Menurutnya itu merupakan pilihan menarik, dari situ kita bisa belajar banyak sebuah pergerakan adalah pilihan.

“Teman seiring boleh beda pendapat namun yang tidak boleh dilupakan teman tetap teman dan saling mendukung di area mana pun bertugas atau berkegiatan berikutnya,” ujarnya.

Ditegaskannya, Buku ALDERA merupakan buku menarik yang merekamkegiatn pemuda 94 tahun yang lalu dimulai Sumpah Pemuda dan 1993-1999 dimulai dengan ALDERA.

Dr. Tri mengutip Sumpah Pemuda yang disuarakan ALDERA pada waktu itu:

“Bertumpah darah yang satu tanah air unttuk rakyat, Berbangsa yang satu bangsa untuk rakyat dan Menjunjung bahasa persatuan bahasa persatuan untuk rakyat”.

Dari buku ALDERA, Seluruh generasi bangsa bisa belajar untuk kebaikan bangsa Indonesia.***

Red/K.000

Berita juga tayang di WartaPemilu  KLIK disini

Tinggalkan Balasan