Pendidikan merupakan ujung tombak dalam menciptakan generasi Indonesia Emas tahun 2045. Di dalam prosesnya, pendidikan tidak hanya berfokus untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang cerdas secara intelektual, tetapi juga harus memiliki karakter yang tangguh dan berdaya saing.
Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Bidang Pembelajaran dan Sekolah Unggul, Arif Jamali, mengatakan bahwa pendidikan bermutu termasuk di dalamnya pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting dalam rangka mempersiapkan anak Indonesia agar mampu menghadapi tantangan zaman.
“Tantangan ke depan akan jauh lebih besar dibandingkan hari ini. Kita tidak bisa memprediksi pergeseran budaya, kecanggihan teknologi, dan pola pikir anak-anak kita. Karena itu, pendidikan karakter menjadi penopang utama dalam membentuk anak-anak Indonesia menjadi generasi yang tangguh,” ujarnya ketika membuka kegiatan Fasilitasi dan Advokasi Kebijakan Penguatan Karakter 2025 di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, Medan, Senin (15/9).
Arif mengungkapkan, bahwa pendidikan karakter seyogianya dapat diterapkan melalui dua cara, yaitu dengan mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran dan dengan melaksanakan kegiatan kokurikuler yang mendukung proses pembelajaran.
Menurutnya, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah mengembangkan pembelajaran mendalam (deep learning) yang juga mencakup pendidikan karakter. “Pendidikan karakter yang ada di dalam pembelajaran mendalam itu tidak hanya transfer ilmu, tapi ada kebermaknaan. Anak-anak harus tahu apa yang dipelajari itu bermanfaat untuk kehidupan mereka,” tuturnya.
Selain itu, pendidikan karakter juga harus berkesadaran dan menggembirakan. “Menggembirakan itu bagaimana guru bisa membangun suasana pembelajaran yang dapat membangun motivasi dan semangat belajar anak,” imbuh Arif.
Lebih lanjut, Arif mengatakan bahwa pendidikan karakter yang dilakukan melalui kegiatan kokurikuler dapat diwujudkan dalam tiga bentuk, yaitu proyek lintas mata pelajaran, implementasi Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH), serta program-program yang disesuaikan dengan kekhasan masing-masing satuan pendidikan.
Tanggung Jawab Bersama
Namun demikian, Arif menegaskan, bahwa pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab satuan pendidikan, melainkan seluruh pemangku kepentingan juga memegang peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, Catur Pusat Pendidikan yaitu keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan media.
“Pendidikan karakter tidak bisa diserahkan ke satuan pendidikan saja, tapi tanggung jawab bersama. Tujuan akhirnya adalah menjadikan anak-anak kita memiliki karakter yang tangguh. Saya berharap dari kegiatan kita hari ini, G7KAIH dapat menjadi program besar Dinas Pendidikan di Sumatera Utara, kita evaluasi dampaknya ke depan,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Kepala SMP Negeri 1 Medan, Rohanim, mengatakan bahwa implementasi G7KAIH di satuan pendidikan telah memiliki dampak positif bagi murid. Hal itu terlihat antara lain dari menurunnya jumlah murid yang terlambat hadir ke satuan pendidikan.
“Anak-anak yang biasa terlambat sekarang mulai berkurang. Kami tanyakan ke orang tua itu karena mereka (anak-anak) sekarang tidurnya lebih cepat, tidak lagi asik bermain gadget di malam hari. Ini menjadi salah satu pembiasaan baik bagi anak–anak yang ada di dalam G7KAIH yaitu tidur cepat,” tutur Rohanim.
Ia pun menyatakan bahwa keberhasilan implementasi G7KAIH juga memerlukan peran dari orang tua, terutama dalam membimbing dan membiasakan anak dari rumah. Tidak sekadar memberikan paraf di dalam jurnal harian, namun juga memastikan anak menanamkan nilai-nilai karakter lewat pembiasaan 7KAIH.
Senada dengan Rohanim, Kepala Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Sumatera Utara, M. Basir Hasibuan, menekankan pentingnya peran lintas sektoral dalam implementasi G7KAIH. Ia berharap G7KAIH dapat diimplementasikan di seluruh satuan pendidikan dan terutama menjadi kebiasaan baik bagi murid.
“Setelah dari kegiatan ini, kami dari Dinas Pendidikan akan membuat Surat Edaran menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah tentang Pembiasaan G7KAIH dan mekanisme untuk melihat implementasinya apakah sudah berjalan dengan baik di satuan pendidikan atau belum,” pungkasnya.
Kegiatan Fasilitasi dan Advokasi Kebijakan Penguatan Karakter 2025 yang diselenggarakan di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dihadiri oleh perwakilan dari berbagai pihak, di antaranya Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan Komite Sekolah SMA, SMK, SLB, Komunitas Parenting, Organisasi Keagamaan, Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI), Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI), dan juga media sebagai bagian dari catur pusat pendidikan.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post