Kabariku- Pengungsi Rohingya terdampar di perairan Aceh, sebanyak 114 imigran etnis Muslim-Rohingya terdampar di perairan Aceh tepatnya Pantai Alue Buya Pasie, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Aceh.
Ratusan etnis Muslim-Rohingya itu dalam upaya meninggalkan tempat asalnya yang dilanda konflik, kini berada di Balai Latihan Kerja (BLK) Lhokseumawe untuk menjalani karantina.
Panglima Laot Bireuen, Badruddin Yunus, mengatakan sebanyak 114 imigran etnis Muslim-Rohingya tiba di Pantai Alue Buya Pasie, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Aceh pada hari Rabu, 6 Maret 2022. Ratusan etnis Muslim-Rohingya itu pertama kali ditemukan oleh nelayan setempat.
“Mereka mendarat sendiri lewat muara Kuala Raja Kabupaten Bireuen. Pada saat itu ada nelayan kami mau ke laut tiba-tiba melihat ada orang banyak duduk di dekat pantai. Ternyata etnis Rohingya,” kata Badruddin dikutip dari VOA, Minggu (10/4/2022).
Badruddin menjelaskan, ratusan etnis Muslim-Rohingya itu terdiri dari 58 laki-laki, 21 perempuan, dan 35 anak-anak. Menurut pengakuan pengungsi Rohingya tersebut, mereka telah berlayar di laut setidaknya selama 25 hari tanpa makanan yang cukup bersama rombongan dua kapal lain. Namun, hanya satu kapal yang menepi ke bibir pantai perairan Bireuen.
“Ada tiga kapal tapi mereka berpisah dengan dua kapal lain. Lalu, mereka merapat ke Bireuen,” jelasnya.
Kedatangan rombongan etnis Muslim-Rohingya itu bukan yang pertama di Biruen. Badruddin menjelaskan, 114 etnis Muslim-Rohingya yang tiba kali ini merupakan kali ketiga pengungsi asal etnis yang sama di Aceh.
Saat ini ratusan etnis Rohingya itu masih menjalani tes rapid antigen COVID-19 dan melakukan vaksinasi di penampungan sementara di Meunasah Alue Buya Pasie, Kecamatan Jangka, Bireuen.
“Ini sudah tiga kali kedatangan pengungsi Etnis Rohingya. Sebelumnya di tahun 2019,” tandasnya.
Kemudian, ratusan etnis Muslim-Rohingya itu diamankan pihak Polsek Jangka, TNI AL Peudada, Koramil 07 Jangka, dan perangkat desa ke Meunasah Desa Jangka Alue Buya Pasie untuk didata.
Dari pemeriksaan tersebut, 74 orang diantaranya merupakan pemegang kartu Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Selain itu, 30 orang pengungsi diketahui telah memiliki kartu vaksin.
Kapolres Bireuen, AKBP Mike Hardy Wirapraja, dalam keteranganya mengatakan besar kemungkinan masih ada etnis Rohingya lainnya yang terdampar di perairan Aceh.
Dia pun menyarankan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bireuen segera berkoordinasi dengan Dirjen Imigrasi untuk langkah-langkah penanganan lebih lanjut.
“Kiranya Pemkab Bireuen meminta petunjuk dari Dirjen Imigrasi. Kemudian untuk langkah awal mendirikan tenda penampungan, MCK, dan menyalurkan logistik serta sembako. Mengingat mereka (etnis Rohingya) kekurangan makanan saat di dalam kapal,” ujar Mike.
Sementara berdasarkan hasil koordinasi Pemkab Bireuen dengan Pemerintah Kota Lhokseumawe. Ratusan orang etnis Rohingya itu akan dikarantina sementara di penampungan BLK, Desa Menasah Mee Kandang, Muara Dua, Kota Lhokseumawe.
Indonesia hingga saat ini masih belum meratifikasi konvensi (didefinisikan sebagai tindakan internasional) Sejak 2011 sampai 2022, diperkirakan ada lebih dari 1.800 pengungsi di pesisir Provinsi Aceh.
Meski gelombang arus pengungsi belum menunjukkan berakhir di Aceh, Pemerintah masih saja kesulitan menyiapkan mekanisme penampungan sementara. Seperti kelompok minoritas Rohingya, yang tiba di dalam negeri menjadi tanggung jawab dari UNHCR, badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi.***
Red/K.101
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post