Jakarta, Kabariku – Kabar duka datang dari dunia olahraga, militer, dan politik Indonesia. Mayor Jenderal TNI (Purn.) Dr. (HC) I Gusti Kompyang Manila, S.I.P atau akrab disapa IGK Manila, tutup usia pada Senin (18/8/2025) di RS Bunda, Jakarta Pusat.
IGK Manila, sosok yang dikenal sebagai prajurit, birokrat, dan tokoh olahraga ini wafat dalam usia 83 tahun, meninggalkan jejak panjang pengabdian untuk bangsa.
Jenazah IGK Manila akan disemayamkan di Kampus Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem, Jakarta. Kemudian akan diberangkatkan ke RS Gatot Soebroto untuk prosesi kremasi pada Rabu (20/8/2025).
Kehidupan pribadi, istri dan anak
IGK Manila lahir di Singaraja, Bali, pada 8 Juli 1942. Masa kecilnya penuh perjuangan. Dikutip dari Bali Post Edisi 17 Januari 1998, ayah IGK Manila yaitu I Gusti Ketut Yatra yang seorang polisi, wafat ketika Manila masih kecil.
Untuk membantu keluarga, IGK Manila pernah menjadi loper koran hingga bekerja di tukang jahit memasangkan kancing.
Perjalanan cintanya dimulai ketika ia berkuliah di Akademi Militer Nasional (AMN) pada 1963. Di sana ia bertemu dengan perempuan pujaannya, Rd Endarni. Setelah lulus AMN pada 1964, keduanya menikah pada 1967. Dalam budaya Bali, istrinya kemudian mendapat nama Jro Wiradja.
Dari pernikahan itu, lahirlah dua putra: Aswini Wijaya (1969) dan Agus Maoro (1971). Salah satunya, Agus, sempat menjadi komentator basket.
Pendidikan dan Karier Militer
IGK Manila menempuh pendidikan militer di AMN dan lulus pada 1964. Ia terus menambah keahliannya melalui berbagai pendidikan, mulai dari Susarbang Paja POM (1965), Raider (1968), Suslapa POM (1974), Seskoad (1977), hingga Tar-4 Manggala Tk Pusat (1998).
Karier militernya sarat pengalaman operasi, mulai dari penumpasan G30S/PKI (1965), Operasi Dwikora (1966), Operasi PGRS (1967), hingga menjadi Komandan Operasi Ganesha (1982) untuk memindahkan ratusan gajah di Sumatera Selatan—sebuah misi nonmiliter yang membuatnya dijuluki Panglima Gajah.
Ia juga tercatat sebagai bagian dari Kontingen Garuda VII (UNEF) di Timur Tengah. Pangkat terakhirnya adalah Mayor Jenderal TNI Angkatan Darat.
Birokrat, Akademisi, dan Olahraga
Selepas dari militer, IGK Manila mengabdi di dunia birokrasi. Ia dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Penerangan (1998–2000) dan kemudian menjabat sebagai Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Kiprahnya di dunia olahraga tak kalah panjang. Ia dikenal sebagai Bapak Wushu Indonesia, sempat menjadi Direktur Akademi Olahraga Indonesia (AKORIN), Wakil Ketua Umum ORARI, hingga manajer sepak bola.
Bersama Timnas Indonesia, ia sukses membawa pulang medali emas SEA Games 1991 di Manila—prestasi yang baru terulang 32 tahun kemudian pada SEA Games 2023 di Kamboja.
Di level klub, ia membawa Persija Jakarta juara Liga Indonesia 2001 dan pernah menjadi bagian dari kesuksesan Bandung Raya pada 1996.
Selain di dunia militer dan olahraga, IGK Manila juga dikenal lewat pengabdiannya di Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem. Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, menyebut almarhum sebagai sosok dengan dedikasi tanpa pamrih.
“Dia bukan sekadar teman biasa, tapi seorang sahabat sejati,” ungkap Paloh.
Menteri BUMN Erick Thohir juga mengenang Manila sebagai sosok mentor.
“Kami pernah bekerja sama saat di Persija dan membawa juara tahun 2001. Saya kehilangan sahabat sekaligus mentor yang loyal dan pekerja keras,” tulisnya di media sosial.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post