Jakarta, Kabariku- Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan (Kabadiklat Kumdil) Mahkamah Agung (MA) Zarof Ricar (ZR) sebagai tersangka kasus dugaan suap dalam putusan tingkat kasasi terhadap Gregorius Ronald Tannur.
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) mengatakan, Kejaksaan Agung melalui Tim Penyidik Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (JAM PIDSUS) menangkap ZR selaku Mantan Pejabat Mahkamah Agung (Non Hakim) pada Kamis 24 Oktober 2024 pukul 22.00 WITA di Bali.

“Agar masyarakat memahami bahwa ini merupakan bagian dari informasi publik yang harus disampaikan. Ini merupakan pembelajaran dan penegakkan hukum murni yang dilakukan oleh institusi Kejaksaan,” ucap Kapuspen Harli dalam konferensi pers di Gedung Kejaksaan Agung, dikutip Senin (28/10/2024) malam.
Selanjutnya Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kejagung Abdul Qohar, menjelaskan, kronologi penggeledahan di rumah Zarof Ricar telah ditemukan uang hampir Rp1 triliun dan 51 kilogram logam mulia (emas antam) yang diamankan Kejagung.
MA menyatakan ZR yang ditetapkan sebagai tersangka baru kasus dugaan suap perkara Gregorius Ronald Tannur bukan lagi tanggung jawab MA karena sudah purnatugas.
“Yang bersangkutan diduga keras telah melakukan tindak pidana korupsi yaitu melakukan pemufakatan jahat suap dan gratifikasi bersama dengan LR, pengacara Ronald Tannur. Ditemukan uang rupiah sejumlah Rp 920.912.303.714 dan 51 kilogram emas di kediaman ZR saat melakukan penggeledahan,” jelas Abdul Qohar.
Qohar mengatakan pemufakatan jahat yang dilakukan ZR adalah melakukan suap bersama dengan LR untuk memuluskan putusan kasasi. MA telah mengabulkan permohonan kasasi penuntut umum dengan menjatuhkan hukuman pidana penjara selama lima tahun kepada Ronald.
“Kasus ini berawal dari keterangan LR. Pengacara Ronald Tannur itu mengaku meminta ZR agar mengupayakan Hakim Agung pada MA untuk menyatakan bahwa Ronald Tannur tidak bersalah pada putusan kasasinya,” ujarnya.

Ia menjelaskan LR menyampaikan kepada ZR akan menyiapkan uang atau dana sebesar Rp5 miliar untuk hakim agung dan untuk ZR diberikan fee (upah) sejumlah Rp1 miliar atas jasanya.
Pada Oktober 2024, LR memberikan uang Rp5 miliar kepada ZR dengan catatan bahwa uang tersebut untuk Hakim Agung berinisial S, A, dan S yang menangani perkara kasasi Ronald Tannur.
ZR ditangkap di sebuah hotel di Bali pada tanggal 24 Oktober 2024. Setelah dilakukan pemeriksaan dan menyita sejumlah barang bukti, penyidik Jampidsus Kejagung sudah menetapkan ZR sebagai tersangka pemufakatan jahat suap dan gratifikasi.
Namun, Qohar mengatakan ZR mengaku menerima sejumlah uang dari tindakan kongkalikong perkara di Mahkamah Agung. Perbuatan sebagai makelar kasus itu diakui ZR telah dilakukannya lebih dari 10 tahun silam.
“Berdasarkan keterangan yang bersangkutan ini dikumpulkan mulai tahun 2012-2022. Karena 2022 sampai sekarang yang bersangkutan sudah purnatugas,” ungkap Qohar.
Usai menangkap ZR, penyidik Kejagung lalu melakukan serangkaian penggeledahan di sejumlah kediaman milik mantan pejabat MA itu di Jakarta. Hasil penggeledahan itu menemukan barang bukti uang hampir Rp1 triliun.
“Yang pertama ingin saya sampaikan bahwa kami penyidik sebenarnya juga kaget ya, tidak menduga, bahwa di dalam rumah ada uang hampir Rp1 triliun dan emas yang beratnya 51 kilogram,” pungkas Qohar.
Tersangka ZR disangkakan dengan Pasal 5 Ayat 1 juncto Pasal 15 jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor). ZR juga disangkakan Pasal 12B jo. Pasal 18 UU Tipikor.

Tersangka LR disangkakan dengan Pasal 5 Ayat 1 jo. Pasal 15 jo. Pasal 18 UU Tipikor. Untuk kepentingan penyidikan, ZR kini ditahan di Rutan Kejagung selama 20 hari kedepan.
Sementara itu LR tidak ditahan lantaran sudah menjalani penahanan dalam kasus dugaan suap kepada tiga hakim Pengadilan Negeri Surabaya yang memvonis bebas Ronald Tannur.
Berikut rincian hasil penggeledahan Tim Penyidik JAM PIDSUS pada Kamis 24 Oktober 2024 di rumah ZR yang berlokasi di kawasan Senayan, Jakarta Selatan dan penginapannya di Hotel Le Meridien, Bali.
Dari hasil penggeledahan di rumah ZR di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, ditemukan:
-Mata uang asing sebanyak SGD 74.494.427;
-Mata uang asing sebanyak USD 1.897.362;
-Mata uang asing sebanyak EUR 71.200;
-Mata uang asing sebanyak HKD 483.320;
-Mata uang rupiah sebanyak Rp5.725.075.000.
Jika dikonversikan maka setara dengan Rp920.912.303.714 (Rp920 miliar)
-Logam mulia yaitu jenis emas Fine Gold 999.9 kepingan 100 gram sebanyak 449 buah dan logam mulia emas Antam kepingan 100 gram sebanyak 20 buah sehingga total logam mulia jenis emas antam seberat 46,9 kg.
-1 (satu) buah dompet warna pink ditemukan: 12 (dua belas) keping emas logam mulia PT Antam masing-masing 100 gram; 1 (satu) keping emas logam mulia PT Antam dengan berat 50 gram; dan 1 (satu) buah dompet pink garis yang berisikan 7 keping emas logam mulia PT Antam masing-masing 100 gram dan 3 keping emas logam mulia PT Antam masing-masing 50 gram.
Kemudian ditemukan, 1 (satu) dompet warna hitam berisikan 1 keping emas logam mulia PT Antam dengan berat 1 kg kode JR599; 1 (satu) buah plastik warna abu-abu berisikan 10 keping emas logam mulia PT Antam masing-masing 100 gram; 3 (tiga) lembar certificate diamond NPNEN ISO/IEC17025; -3 (tiga) lembar kwitansi toko emas mulia.
Logam mulia emas Antam tersebut jika dijumlahkan seluruhnya adalah sekitar 51 kg, atau jika dikonversikan setara dengan Rp75.203.830.832 (Rp75 miliar).
Sementara di Hotel Le Meridien Bali tempat ZR menginap, ditemukan :
-1 (satu) ikat uang tunai pecahan Rp100.000 sebanyak 100 lembar totalnya Rp10.000.000;
-1 (satu) ikat uang tunai pecahan Rp50.000 sebanyak 98 lembar totalnya Rp4.900.000;
-1 (satu) ikat uang tunai pecahan Rp100.000 sebanyak 33 lembar totalnya Rp3.300.000;
-1 (satu) ikat uang tunai pecahan Rp100.000 sebanyak 19 lembar, pecahan Rp5.000 sebanyak 5 lembar totalnya Rp1.925.000;
-1 (satu) ikat uang tunai pecahan Rp5.000 sebanyak 35 lembar totalnya Rp175.000;
-Uang tunai dalam dompet sebanyak Rp114.000.
Jika dijumlahkan seluruhnya adalah Rp20.414.000.
Untuk diketahui, Zarof Ricar adalah pria kelahiran Sumenep, Jawa Timur, pada 16 Januari 1962. Ia pensiun dari MA pada 2022. Selain pernah menjabat Kabadiklat Kumdil, ia tercatat pernah menjabat di MA sebagai Direktur Pranata dan Tata Laksana Perkara Pidana Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum. Jabatan lainnya pernah menjadi Sekretaris Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum.
Berdasarkan situs LHKPN KPK, Zarof memiliki kekayaan hingga Rp51,4 miliar. Itu dia laporkan pada 11 Maret 2022 di akhir masa jabatannya. Rinciannya antara lain sebanyak 13 bidang tanah dan bangunan yang tersebar di Jakarta Selatan, Bogor, Tangerang, Denpasar, Solok, Bandung, Pekanbaru, hingga Cianjur, senilai Rp45.508.902.000; kendaraan berupa Toyota Kijang, VW Beetle, dan Toyota Yaris, senilai Rp740 juta; harta bergerak lainnya bergerak lainnya senilai Rp680.000.000; kas dan setara kas sebesar Rp4.424.580.788; harta lainnya sebesar Rp66.489.388. Total kekayaannya adalah Rp51.419.972.176.
Jumlah yang ia laporkan ini jauh lebih sedikit dibandingkan uang yang diamankan jaksa saat menggeledah kediamannya di Jakarta dan penginapannya di Bali.
Jaksa menemukan uang hingga Rp920 miliar lebih dan emas seberat 51 kg. Uang dan emas itu diduga hasil gratifikasi yang diterimanya saat masih berdinas di MA pada periode 2012-2022.***
*Siaran Pers Nomor: PR-902/065/K.3/Kph.3/10/2024
Red/K.101
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post