Jakarta, Kabariku- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Komjen. Pol. Drs. H. Firli Bahuri, M.Si., memaknai esensi keutamaan Idul Adha dari keteguhan dan keikhlasan serta kerelaan luar biasa untuk tidak korupsi dan berperilaku koruptif.
Firli mencontohkan keluarga ANTIKORUPSI Nabi Ibrahim AS, sejatinya adalah keutamaan Idul Adha yang seyogianya di lestarikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Syukur Alhamdulillah, segenap umat manusia dunia khususnya bangsa Indonesia, dapat kembali bersuka cita di Hari Raya Idul Adha 1444 H, yang jatuh pada Hari Kamis, 29 Juli 2023,” tutur Firli dalam keterangannya diterima Kabariku, Jum’at (30/6/2023).
Idul Adha atau yang biasa disebut Rari Raya Kurban, menurut mantan Kapolda Sumatera Selatan ini, seyogianya tidak sekedar disambut dan rayakan dengan hati gembira, penuh suka cita, namun juga patut dijadikan sebagai momentum refleksi diri, agar menjadi hamba-Nya yang lebih baik lagi.
Firli menuturkan, tidak hanya mengajarkan nilai-nilai religi tentang keesaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Idul Adha juga sarat dengan nilai-nilai serta tauladan yang baik, bagi hidup-kehidupan segenap umat manusia dan alam semesta, tanpa terkecuali.
“Yang saya fahami, esensi dan makna Idul Adha, dapat kita gali dari sejarah keluarga Nabi Ibrahim AS yang terkenal sangat ANTIKORUPSI, semasa hidup hingga akhir hayat mereka,” tutur Firli.
Sedikit Firli berkisah, sejarah keluarga Nabi Ibrahim AS, dimana kisah menakjubkan keluarga sederhana ANTIKORUPSI ini.
“Saya dengar dari Ibu saat meninabobokan kami anak-anaknya sewaktu kecil dalam gubuk yang menjadi istana indah kami, di pelosok Selatan Sumatera,” ucapnya.
Masih kuat melekat diingatannya, perjalanan keluarga kecil Ibrahim AS, yang senantiasa memegang teguh kejujuran, sekalipun mereka berada dimasa-masa sulit, salahsatunya saat turun perintah Allah SWT yang memerintahkan Ibrahim menyembelih Ismail sang buah hati.
Bisa saja Nabi Ibrahim AS dan sang istri Siti Hajar beserta bujang kesayangan mereka yakni Ismail AS, mengkorupsi perintah Allah SWT mengingat tidak ada 1 pun manusia (kecuali iblis dan setan) yang mengetahui hal ini.
Apalagi, iblis dan setan yang terkutuk, mengeluarkan seluruh kemampuan mereka untuk menggoda Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail AS agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT kala itu.
“Subhannallah, Nabi Ibrahim AS tidak bergeming sedikitpun dan tetap teguh dengan akidahnya menjalankan perintah Allah SWT,” kisahnya.
Lanjutkan kisahnya, Bujuk rayu iblis dan setan yang terkutuk agar Nabi Ibrahim AS mengingkari perintah Allah SWT, dijawab keras olehnya dengan melempari kedua makhluk kekal neraka tersebut dengan batu sebanyak 7 kali di sekitar Jumrah Aqabah.
Iblis dan setan yang belum menyerah, lantas mencoba merayu Siti Hajar, isteri Nabi Ibrahim AS, agar membujuk suaminya untuk tidak menyembelih putera kesayangan mereka, Ismail AS.
Iblis dan setan lantas memprovokasi Siti Hajar, dengan membisikkan bahwa perintah Allah SWT tersebut adalah kekejian luar biasa, dimana menyembelih Ismail sama artinya membunuh anak kesayangan yang cukup lama mereka nanti-nantikan.
Bukannya terhasut dengan ‘hate speech’ yang dilontarkan iblis dan setan, Siti Hajar malah menghujani kedua mahluk terkutuk tersebut dengan batu sebanyak tujuh kali di Jumrah Wustha.
Belum juga menyerah, iblis dan setan kemudian melakukan upaya terakhir dengan membujuk Ismail AS, agar menolak dikorbankan ayahnya dengan cara disembelih. Setali tiga uang dengan ayah dan ibunya, Ismail AS melempati penghuni jahanam dengan batu sebanyak tujuh kali di Jumrah Ula.
Keyakinan, keteguhan dan kerelaan luar biasa keluarga Nabi Ibrahim AS dijawab Allah SWT, dimana pisau untuk menyembelih Ismail AS mendadak tumpul, meski Nabi Ibrahim AS berulangkali di asah pisau untuk menjagal anaknya.
Kisah ibrahim menyembelih Ismail lalu diganti berkurban seekor hewan sembelihan, seperti termakjub dalam surat Ash-Shaffat Ayat 107: وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ (wa fadaināhu biżib-ḥin ‘aẓīm) yang artinya: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
“Kisah hidup-kehidupan keluarga Nabi Ibrahim AS, tentunya mengajarkan kita tentang arti dari sebuah tekad , keteguhan, keyakinan, keikhlasan serta kerelaan luar biasa, yang sejatinya dimiliki oleh setiap umat manusia,” Firli meriwayatkan.
Firli menegaskan, hal inilah yang dapat menangkal semua bujuk rayu iblis beserta setan yang terkutuk, yang hingga akhir zaman nanti akan terus menggoda dan menghilangkan sisi-sisi kemanusiaan untuk membangkitkan nafsu binatang seluruh keturunan Adam dan Hawa, agar berperilaku layaknya se-ekor tikus yang rakus, tamak sehingga senantiasa merasa kurang dan tidak pernah cukup dengan apa yang dimiliki atau diperolehnya.
Jelas, kata Firli, tauladan yang diberikan keluarga Nabi Ibrahim AS dan keutamaan Idul Adha, adalah momentum baik bagi kebangkitan umat untuk melawan rasa tamak dan perilaku koruptif, yang seyogianya kita mulai dari diri sendiri.
“Dalam kacamata penanganan korupsi, tauladan kisah keluarga Nabi Ibrahim AS ditambah trisula strategi pemberantasan korupsi KPK yaitu pendekatan pendidikan masyarakat untuk membentuk mindset dan culture set baru anti korupsi,” ujarnya.
Lebih jauh Firli menjelaskan, pendekatan pencegahan yang tujuan utamanya menghilangkan kesempatan dan peluang untuk korupsi, dan pendekatan penindakan dimana ketiganya adalah core business KPK dalam pemberantasan korupsi serta dilaksanakan secara holistik, integral sistemik, dan sustainable, adalah resep yang pas untuk mengentaskan kejahatan korupsi di bumi pertiwi.
“Apalagi melihat tingginya animo serta dukungan segenap komponen bangsa kepada KPK, kami yakin, Insya Allah menjadi solusi terbaik agar Indonesia cepat terlepas dari laten korupsi yang menggurita di negeri ini,” terang Firli.
Firli mengingatkan, korupsi bukan hanya kejahatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara, tapi juga termasuk kejahatan kemanusiaan dunia karena telah masuk sampai fase berjejaring, dimana dampak destruktifnya pada setiap tatanan kehidupan umat manusia, dapat meluluh lantakkan peradaban manusia.
“Harus diakui, kejahatan sangat hebat karena dapat dilakukan secara sistimatik, terstruktur dengan dampak sistemik,” katanya.
Dari penelitian dan data empiris menyebutkan korupsi terbukti dapat menciptakan fantasi, mendorong kreativitas calon-calon koruptor untuk beradaptasi, berinovasi, dan memodifikasi modus-modus baru kejahatan korupsi, agar tidak terungkap apalagi tertangkap saat mereka beraksi.
“Kita sebagai bagian dari umat manusia, seyogianya senantiasa waspada, mawas diri, saling mengingatkan serta menguatkan satu dengan lainnya, agar tidak tergoda apalagi larut dan tenggelam ke dalam surga fatamorgana korupsi yang dihembuskan saitan terkutuk,” kata Firli.
“Ingat, dosa korupsi dunia-akhirat, bukan hanya bagi pelakunya, namun bagi siapa saja yang ikut turut serta menjadi bagian atau makan uang kejahatan korupsi,” lanjutnya.
Ibadah kurban seyogianya menjadi momentum bagi kita untuk menjagal sifat-sifat binatang yang sejatinya ada dalam diri kita.
“Terakhir saya ingatkan kepada seluruh umat, bahwasanya bukan penyembelihan hewan kurban kambing, sapi atau domba yang menjadi esensi dari perayaan Idul Adha, Hari Raya Kurban,” ucapnya.
Sekalilagi Firlimengingatkan, Keteguhan dan keikhlasan serta kerelaan luar biasa untuk tidak korupsi dan berperilaku koruptif seperti yang dicontohkan keluarga ANTIKORUPSI Nabi Ibrahim AS, sejatinya adalah keutamaan Idul Adha yang seyogianya dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Selamat merayakan Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriyah, mari kita rayakan Hari Raya Kurban dengan Semangat ANTIKORUPSI,” Ketua KPK menutup.***
Red/K.101
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post