oleh:
Zeng Wei Jian
Kabariku- Like it or not, diakui atau ngga, Lieus Sungkharisma telah ikut beri warna dalam politik kontemporer Indonesia.
His sudden death bikin kaget semua orang. Chinese writer Sima Qian berkata, “Though death befalls all men alike, it may be weightier than Mount Tai or lighter than a feather”.
Pembenci extrimnya tetap mencaci. Haters moderatnya beri final tribute. Pertarungannya selesai. Ahoker Kanjeng Norman, Jokowi-mania Immanuel Ebenezer, Habib Kribo and friends datang melayat.
Bahkan Anggota Dewan Habiburokhman, Wakil Ketua DPR Profesor Sufmi Dasco Ahmad sampai Menhan Prabowo Subianto datang ke rumah duka.
Kematian Lieus Sungkarisma ternyata is not lighter than a feather.
Dari spectrum etnis Tionghoa, setelah 50 tahun pasca era Siauw Giok Tjan, Go Gien Tjwan, dan Oei Tju Tat, baru Lieus Sungkharisma yang terjerat Pasal Makar/Subversif.
Dia dibebaskan dari penjara dengan Jaminan Don Dasco; atas perintah Ketua Umum Prabowo Subianto.
Saya dan Lieus Sungkharisma telah saling kenal dari tahun 1999. Rasanya, diantara semua aktivis Tionghoa, saya paling banyak menghabiskan waktu dengan Lieus Sungkharisma. Tempur bareng. Mikir bersama. Diusir dan nyaris digebukin Ahoker sebalai-kota.
Menghadiri persidangan Buni Yani di Bandung. Ke Genting Highland hanya makan duren. Mendobrak Penjara Cipinang bezoek Ahmad Dani.
Banyak nama dari Kelompok Anti Pemerintah bertanya soal kabar kematiannya. Padahal secara garis politik, Lieus Sungkharisma dan saya sudah split sejak Rekonsiliasi MRT Jokowi-Prabowo.
Dia trus bersama Oposisi. Saya patuh pada perintah pimpinan Partai Gerindra. Dia ambil jarak. Karena saya dimusuhi Kelompok Oposisi tersebut. Pencari muka sering menghasut supaya Lieus Sungkharisma memusuhi saya.
Di level pribadi, saya dan Lieus Sungkharisma tidak bermusuhan. Ga ada masalah. Di ruang politik, tidak pernah saling serang. Saya paham dia. Saya membiarkan dia bereksperimen dan bermanuver.
Diantara semua Tionghoa, dia paling total berpolitik. Totalitasnya mengharuskan dia jual beberapa aset. Mobil, tanah, dan lain-lain. Buat biaya aktivitas.
Lieus Sungkharisma manusia biasa. Pasti ada salah, keliru, dan khilaf. His story has reached the last frontier. He is No more.
Dikepala saya, hanya ingat slide-slide kebaikannya yang sebenarnya cukup banyak.
Kematiannya membuat Saya ga ingat lagi kesalahannya.
“It is all forgiven and forgotten. Good bye Bang Lieus. You did great job. Rest in Peace”.***
THE END
Red/K.104
BACA juga Berita menarik Seputar Pemilu KLIK disini
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post