oleh
Lukas Luwarso
Kabariku- Sebulan masyarakat Indonesia disuguhi kisah tragis, tragedi drama manusia, bernuansa fiksi, tentang kematian Brigadir Joshua.
Drama “tembak-menembak” antara Brigadir Joshua (J) dan Bharada Elieser (E), sesama Polisi, di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo pada 8 Juli 2022 ini mulai terungkap faktanya.
Namun selama satu bulan sebelum fakta terungkap, narasi fiksi dan spekulasi beredar liar.
Fiksi pertama adalah versi aktor utama, Irjen Ferdy Sambo. Upaya memfiksikan fakta pembunuhan Joshua diawali empat hari setelah peristiwa.
Pada 12 Juli, Kepolisian mengeluarkan rilis untuk media tentang tragedi ini.
Kenapa perlu waktu empat hari?
Karena Polisi harus “istirahat” saat liburan Idul Adha, 9 Juli. Selain itu, Polisi perlu waktu untuk merancang fiksi, mengumpulkan “fakta”.
Menurut Kepolisian, seperti disampaikan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto, peristiwa “tembak-menembak” di Duren Tiga dipicu aksi pelecehan seksual Brigadir J pada Putri Candrawathi, Istri Ferdy Sambo.
Brigadir J masuk ke kamar Putri melakukan pelecehan. Putri berteriak minta tolong. Bharada E mendengar teriakan itu dan segera masuk ke rumah, mendapati Brigadir J turun tangga dan menembaknya.
Terjadilah aksi tembak-menembak antara Brigadir J dan Bharada E. Brigadir J tewas dalam adegan kekerasan ala film laga ini. Kematian yang wajar, tidak ada yang janggal.
Narasi fiktif resmi versi Polisi ini sepertinya meyakinkan, pada awalnya.
Apalagi didukung oleh Ketua Komisi Kepolisian Nasional, Benny Mamoto, lembaga pengawas polisi, yang mengaku ikut turun langsung ke lokasi dan melihat bukti-bukti.
Namun narasi fiktif ini kemudian dipersoalkan oleh pengacara keluarga Brigadir J, Kamarudin Simanjuntak.
Simanjuntak berteriak, mengajak publik untuk merekonstruksi fakta, melihat sejumkah kejanggalan, berdasarkan foto-foto hasil visum.
Menurutnya, ada kisah mengerikan, aksi sadisme, penyiksaan dan pembunuhan terencana. Brigadir J tewas bukan akibat adegan tembak-menembak, tapi disiksa.
Simanjuntak menunjukkan foto dan video hasil visum, yang diambil secara sambil lalu. Menjelaskan secara terinci, sejumlah luka akibat benda tajam hingga peluru di tubuh Brigadir J. Ada sejumlah sayatan, beberapa luka tembak, luka memar, pergeseran rahang, luka di bahu, di kaki, di telinga serta di berbagai tubuh lainnya.
Kemudian beredar pula narasi versi lain, “fakta berbasis rekaman CCTV” di koridor jalan tol.
Menurut satu media online, Brigadir J dihabisi di jalan tol rute Jakarta-Magelang. Aksi pembunuhan itu terekam kamera CCTV jalan tol.
Akun YouTube “Skema Politik” menulis secara bombastis, “Fakta Baru! Kebenaran Akhirnya Terungkap, Brigadir J Dihabisi Karena Ini,” pada 20 Juli 2022.
Narasi ini dibenarkan oleh Simanjuntak, Brigadir J disiksa sebelum dibunuh di jalan tol. Namun kemudian diketahui tayangan ini hoax, info palsu.
Selama satu bulan, narasi-kontra-narasi versi polisi (tembak-menembak) melawan versi pengacara (penyiksaan dan pembunuhan terencana) memasuki pikiran publik.
Antara fakta, fiksi, atau spekulasi tidak diketahui.
Sampai keluarnya narasi Bharada E, yang menyampaikan pengakuan didepan Penyidik Kepolisian.
Dalam pengakuan didepan penyidik, Bharada E menyampaikan, tidak ada baku tembak antara dirinya dengan Brigadir J.
Narasi baku tembak adalah rekayasa.
Ia mengaku ikut membunuh Brigadir J, bersama anggota polisi lainnya. Atas perintah atasannya, Irjen Freddy Sambo.
Pengakuan ini selanjutnya disampaikan Kapolri, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, secara resmi kepada publik.
Diluar penjelasan resmi Kapolri, beredar berbagai isu, rumor, dan teori konspirasi, tentang apa motif Irjen Ferdy Sambo membunuh ajudannya ini.
Dari kisah asmara, perselingkuhan, kecemburuan, istri muda, hingga adanya persaingan faksi-faksi “mafia” di Kepolisian.
Dikisahkan, Freddy Mambo kariernya melejit karena kemampuannya menggalang dana gelap dari sindikat perjudian atau narkoba.
Kasus pembunuhan Brigadir J menjadi pintu masuk untuk menyingkirkan jaringan “faksi Ferdy Mambo” oleh faksi Kepolisian lainnya.
Mirip kisah perseteruan antar-mafia, di film-film Hollywood, namun ini terjadi di tubuh Kepolisian Indonesia.
Sulit divalidasi sejauh mana berbagai rumor dan konspirasi itu adalah fakta. Karena fakta hanya bisa divalidasi jika terdapat data dan informasi, sebagai bukti.
Fakta kematian Brigadir J akan tetap menjadi fiksi insiden tembak-menembak, kalau saja Kepolisian solid satu suara.
Konspirasi fiktif yang diorkestrasi Ferdy Mambo berbenturan dengan realitas faktual persepsi publik.
Fakta dan fiksi terkait peristiwa adalah rekonstruksi dan reinterpretasi manusia.
Tidak ada fakta yang sepenuhnya terlepas dari deskripsi interpretasi atau tafsir.
Fakta dan fiksi aksi Ferdy akan terus digali, dan akan terkuak fakta-fakta baru, atau fiksi-fiksi lain di institusi Kepolisian.***
11 Agustus 2022
Red/K.000
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post