20 Tahun Tak Bertemu, Aktivis ProDem Gelar Temu Kangen. “Revolusi Belum Selesai Bung”

Temu kangen aktivis ProDem (Foto: aartreya.com

KABARIKU – Ratusan mantan aktivis mahasiswa era 80-an dan 98 yang tergabung dalam ProDem, menggelar acara temu kangen di rumah makan, Jalan Malabar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Minggu (22/12/2019). Hadir dalam kegiatan itu selain aktvis asal Kota Bogor, juga aktivis dari Jabodetabek, Bandung, Riau, dan Medan.

Dasar aktivis, acara temu kangen pun diberi tema cukup provokatif: “Revolusi Belum Selesai, Bung”. Tema itu sengaja diambil untuk menunjukkan bahwa meski usia tak lagi muda, namun peserta temu kangen masih tetap memiliki semangat menyala untuk melanjutkan pergerakan, menyuarakan kebenaran membela kepentingan masyarakat.

Kegiatan temu kangen atau reuni, sekaligus untuk mengenang empat aktivis Bogor yang telah tutup usia. Mereka adalah Darwin Jamal (Mantan Dosen Universitas Pakuan), Imral Gusti (Aktivis Bogor/ Kalteng), Dido (Aktivis Universitas Pakuan), Hery Zulmi (Mantan Anggota DPRD Lubukpakam) dan Didit (Aktivis Prodem Surabaya).

Hadir dalam acara tersebut di antaranya Dedi Ekadibrata (aktivis Universitas Pakuan, pernah ditahan di era Seoharto saat membela petani Cijayanti, Bogor), Sunandar dan Hendrik Dikson Sirait (pernah ditahan era Soeharto saat aksi FAMI di DPR), Indro Cahyono (Dema ITB, pernah ditahan era Suharto), Eki Tarigan (aktivis Universitas Kertanegara), Adi Rianda (aktivis FPPHR) hingga Anto Kusumayuda (aktivis Universitas Nasional/ aktivis Pijar, pernah diburu di masa Suharto).

Gelaran acara yang dipandu Dedi Ekadibrata tersebut, diisi dengan testimoni beberapa penggerak mahasiswa pada era Orde Baru untuk mengenang keempat rekannya yang sudah tiada.

“Seorang Darwin, tak sekedar teman, tapi juga saudara batin. Ia tak pernah memperlihatkan keluh kesahnya melewati hidup, meski dalam kondisi sulit, bertempat tinggal di Bandung. Dan, ia tetap peduli, rela berkorban yang dimiliki demi jalannya perjuangan, juga untuk teman juangnya,” kata Marlin, sembari membacakan puisinya.

Meski usia tak lagi muda, juga rambut para aktivis 80-an dan 98 yang hadir, sudah memutih. Namun, semangatnya tetap meledak-ledak, dalam komitmennya melanjutkan membangun gerakan.

“Kita dulu, nyaris setiap hari dekat dengan bahaya. Setiap kemanapun pergi, kerap kali diikuti intel atau aparat. Bahkan, kita termasuk orang-orang yang diburu di masa Soeharto. Maklum, saat pra reformasi, demokrasi dikebiri. Penjara, diculik atau kematian, seringkali jadi pilihan. Meski pilihan pahit, itu tetap kita lakukan dengan mengadvokasi rakyat, dimulai dari petani, hingga buruh. Saat ini, diantara kita ada yang masuk dalam kekuasaan. Tapi, masih banyak yang diluar kekuasaan. Meski begitu, semangat ideologis bersaudara tak pernah putus. Kita tetap konsisten dengan pergerakan,” tukas Fery Aryanto yang juga eks aktivis mahasiswa Universitas Pakuan.

Ungkapan rasa kangen diantara para aktivis itu sangat terasa. Betapa tidak, beberapa diantaranya ada yang lebih 20 tahun tidak pernah bertemu. Dan, salah satu aktivis yang kerap melakukan pendampingan petani, Adi Rianda meski tak lagi kuat berjalan karena sakit stroke dan duduk di kursi roda, tetap bersemangat datang di gelaran diskusi.

“Setelah 20 tahun lebih ada yang diantara kita tidak pernah bertemu, forum ini seperti mengembalikan ingatan kami ke masa lalu, bahwa pembelaan terhadap yang tertindas itu tak boleh berhenti. Harus tetap bangkit, dan bergerak. Empat rekan kami sudah tiada, dan satu kawan kami, Adi Rianda kini sakit stroke. Tapi, kami memiliki kekayaan bernama semangat serta persaudaraan. Dan, itu akan terus kami jaga,” pungkas aktivis FPPHR, Dedi Kurniawan atau yang akrab disapa Kang Cimot. (Has)

Dari : aartreya.com, judul asli: 20 Tahun Tak Bertemu, Aktivis Prodem 80-an dan 98 Gelar Temu Kangen

Tinggalkan Balasan