Sukabumi, Kabariku – Jejak pertahanan militer masa kolonial kembali mencuri perhatian publik setelah ditemukannya kompleks benteng bawah tanah berskala besar di Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Kawasan yang selama puluhan tahun hanya dianggap hutan biasa oleh masyarakat lokal itu ternyata menyimpan struktur pertahanan raksasa peninggalan Belanda dan Jepang yang diduga menjadi salah satu pusat operasi paling rahasia di Jawa Barat pada masa Perang Dunia II.
Penemuan ini bukan hanya membuka kembali memori kelam masa pendudukan, tetapi juga berpotensi mengubah pemahaman sejarah pertahanan kolonial di Indonesia, sebab bentuk dan kelengkapan fasilitasnya menunjukkan bahwa wilayah tersebut pernah menjadi titik strategis yang sengaja disamarkan dari pengawasan publik maupun musuh.
Temuan ini pertama kali diungkap budayawan sekaligus mantan Kapolda Jabar, Irjen Pol (Purn) Dr. Anton Charliyan, yang menyebut kawasan tersebut menyimpan rangkaian fasilitas militer berskala besar yang selama puluhan tahun terkubur dan tak tersentuh publik.

Bentang Area Diduga Capai 1.000 Hektare
Struktur pertahanan yang ditemukan membentang dari Sukaraja hingga Puncak Gunung Padang dan Sukalarang, dengan luas diperkirakan mencapai 500 hingga 1.000 hektare. Lokasi ini mencakup bukit, lembah, dan hutan rapat—kondisi ideal untuk pertahanan tersembunyi.
Di Dusun Tegal Panjang, tim peneliti menemukan berbagai fasilitas yang mengindikasikan kompleks militer berskala besar, seperti: helipad, rumah sakit, kantor telegraf, pabrik mesiu dan pengolahan logam.
Juda ditemukan jalur lori dan rel kereta; pos pantau; benteng pembatas; asrama prajurit; terowongan dan gua bawah tanah.
“Dari temuan fasilitasnya, jelas ini bukan markas biasa. Skala dan sistem pertahanannya menunjukkan wilayah ini pernah menjadi pusat operasi kolonial yang sengaja disembunyikan,” ujar Anton Charliyan, Sabtu (15/11/2025).

Struktur Tapal Kuda yang Sulit Diserang
Didampingi peneliti independen Ambu Zahwa dan tokoh masyarakat setempat, Abah Anton menjelaskan bahwa struktur pertahanan berbentuk tapal kuda itu dirancang agar tidak mudah terlihat dari udara dan sulit diserang dari arah belakang.
Penjelasan ini diperkuat kesaksian warga yang sejak lama mengetahui kawasan tersebut sebagai lokasi kolonial yang sangat tertutup.
“Banyak yang mengira Sukabumi hanya punya jejak sekolah polisi kolonial, padahal bukti lapangan menunjukkan kemungkinan besar di sini pernah berdiri pusat pendidikan dan pertahanan militer Belanda dan Jepang,” ujarnya.
Peneliti menduga bahwa sekolah polisi kolonial di Sukabumi dulu bisa saja merupakan kedok untuk pelatihan kader militer. Proses identifikasi artefak dan struktur masih berlangsung.

Warga: Siapa yang Melanggar Bisa Dieksekusi
Nama lokasi Bukit Larangan di Legok Cempaka Putih diyakini berasal dari masa kolonial, ketika kawasan ini dijaga superketat.
Menurut warga Desa Cireunghas, sebelum 1945 tempat ini merupakan markas strategis yang hanya bisa dimasuki personel tertentu.
“Dulu tempat ini sangat dijaga. Siapa pun yang masuk tanpa izin bisa dieksekusi,” ungkap Mang Hasan, tetua kampung setempat.
Ia juga menjelaskan bahwa benteng yang ditemukan membentang sepanjang 1-2 kilometer, dengan tinggi sekitar 4 meter dan ketebalan tembok sekitar 1 meter-menandakan konstruksi militer kelas berat. Kondisi geografis yang dikelilingi bukit menjadikan posisinya sangat strategis.
Disebut “Hiroshima Indonesia”
Sejumlah warga bahkan menyebut kawasan itu sebagai “Hiroshima Indonesia”. Sebutan ini muncul karena lokasi tersebut diduga pernah menjadi sasaran bombardir Sekutu pada 1945 ketika Jepang berada di ambang kekalahan.
Di sekitar benteng, terdapat pula situs sejarah lain seperti Maqom Tua Gunung Karamat yang diyakini peninggalan Prabu Taji Malela serta Gua Rangga Gading yang disebut-sebut berkaitan dengan tokoh Prabu Rangga Gading Anteg.
Hingga kini, situs pertahanan Cireunghas belum tercatat resmi dalam sejarah nasional. Para pemerhati sejarah berharap pemerintah membuka kerja sama dengan Jepang dan Belanda untuk membuka arsip-arsip rahasia yang dapat mengungkap peran strategis kawasan ini.
“Lokasi ini sangat potensial menjadi situs wisata sejarah dan pengingat perjalanan bangsa. Ini warisan penting yang harus dijaga,” tegas Abah Anton.
Dengan potensi historis dan geografis yang luar biasa, benteng rahasia Cireunghas berpeluang besar dikembangkan sebagai kawasan konservasi sejarah dan budaya yang bernilai tinggi bagi generasi mendatang.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com



















Discussion about this post