Tapanuli Tengah, Kabariku – Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) sejak Selasa (25/11/2025) mengisolasi total wilayah Tapteng dan sebagian Tapanuli Utara (Taput).
Curah hujan ekstrem sejak Senin malam memicu longsor besar dan genangan air di berbagai titik, menutup akses utama antar-daerah termasuk jalur lintas Sumatera.
Akses jalan darat Tarutung-Sibolga tertimbun longsor lebih kurang ada 57 titik longsoran yang menutup bahu jalan. Mobilitas barang dan orang melalui jalan darat dari Tapanuli Utara dan Humbang ke arah Tapanuli Tengah hanya bisa dilalui dengan jalan kaki.

Material longsor yang menumpuk tebal membuat kendaraan tidak dapat melintas, sementara tim penyelamat kesulitan menembus area terdampak. Sejumlah jembatan dari arah Tapanuli Selatan juga putus terbawa arus.
Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, menegaskan seluruh akses keluar-masuk Tapteng lumpuh total.
“Seluruh wilayah Tapanuli Tengah terisolasi. Akses jalan dari semua arah tidak dapat dilintasi,” ujarnya, Kamis (27/11/2025).
Masinton menjelaskan, kondisi warga yang mengungsi dalam kondisi memprihatinkan.
“Warga yg mengungsi membutuhkan makanan dan pakaian. Kami mengupayakan Genset dan starlink, utk memudahkan koordinasi pemerintahan,” jelasnya.

Bupati dan Rombongan Sempat Terjebak Longsor
Pada Selasa malam, Bupati Masinton dan rombongan turut menjadi korban terjebaknya akses saat melintas di jalur yang tertutup material.
“Empat mobil bisa mundur dan keluar dari lokasi, satu mobil tertimpa longsor dan rusak berat,” ungkapnya.
Selain jalur darat, jaringan listrik dan internet padam sepenuhnya di wilayah terdampak. Kondisi ini membuat komunikasi darurat terhambat dan menyulitkan koordinasi bantuan.
“Jalur yang memungkinkan hanya akses udara via bandara Pinangsori, Tapanuli Tengah dan akses kapal laut via Pelabuhan Sibolga,” katanya.
21 Korban Meninggal Belum Bisa Dievakuasi
Sebanyak 21 warga di Desa Sibalanga, Kecamatan Adiankoting, dilaporkan meninggal dunia akibat tertimbun longsor. Hingga kini, tim penyelamat belum dapat mengevakuasi korban karena akses menuju lokasi masih tertutup total.
Dengan jalur darat terputus total, pengiriman bantuan sementara hanya bisa dilakukan melalui Bandara Pinangsori dan Pelabuhan Sibolga. Pemerintah daerah memperkirakan waktu minimal tiga hari untuk membuka kembali akses utama.
“Prioritas kami sekarang adalah membuka jalan, mengevakuasi korban, dan memastikan bantuan segera sampai kepada warga,” tegas Masinton.
Upaya penyaluran logistik dan evakuasi masih berlangsung, namun terhambat hujan yang belum mereda dan medan yang dipenuhi lumpur. Beberapa desa bahkan hanya dapat dijangkau menggunakan perahu karet.
Pemerintah daerah mengimbau warga di zona rawan untuk tetap waspada dan segera mengungsi bila kondisi memburuk.
“Hari ini kami rapat forkopimda untuk menentukan status bencana,” tutup Masinton.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com



















Discussion about this post