Untuk pertama kalinya dalam sejllarah, dunia memperingati Hari Danau Sedunia (World Lake Day) sebagai momentum penting yang menegaskan kembali komitmen global untuk melindungi danau sebagai penyangga kehidupan dan pusat keanekaragaman hayati. Peringatan ini berakar dari Resolusi UNEA-6/14 tentang Sustainable Lake Management yang diinisiasi oleh Indonesia dan disahkan secara aklamasi pada Sidang Majelis Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEA) ke-6 tahun 2024. Melalui resolusi ini, Indonesia mengajak negara-negara di dunia memperkuat kolaborasi lintas batas dalam pengelolaan danau secara terpadu, berkelanjutan, dan berbasis ilmu pengetahuan.
Komitmen tersebut diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2021 tentang Penyelamatan Danau Prioritas Nasional, yang membawa visi penyelamatan 15 danau prioritas sebagai proyek strategis nasional dalam menjaga ketahanan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Namun, pemerintah menegaskan pentingnya pengelolaan menyeluruh terhadap seluruh danau di Indonesia melalui pendekatan konservasi terpadu agar tetap lestari dan berdaya dukung tinggi bagi kehidupan. Upaya ini menjadi fondasi bagi pembangunan berkelanjutan yang menjamin manfaat danau tidak hanya dirasakan saat ini, tetapi juga diwariskan kepada generasi mendatang.
Komitmen tersebut tidak hanya tercermin dalam kebijakan, tetapi juga dalam langkah nyata di lapangan. Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, membagikan pengalamannya saat mengunjungi Danau Mahakam Cascade di Kalimantan Timur, menyusuri Danau Melintang dan Danau Jempang, serta berdialog langsung dengan masyarakat Tanjung Isuy dan Muara Enggelem.
“Dulu, danau itu tenang, tetapi kini hampir 60 kapal tongkang per hari lewat melalui Sungai Mahakam. Gangguan suara mengacaukan sonar pesut Mahakam, mamalia air tawar yang langka menjadi ikon di kawasan itu,” jelas Menteri Hanif.
Meski tantangan kian kompleks, harapan tetap tumbuh dari inisiatif warga. “Anak – anak muda mulai memetakan zona lubuk dan jalur migrasi pesut dengan bantuan GPS, warga mulai berdiskusi terbuka, dan membentuk forum – forum kolaboratif,” ujar Menteri Hanif.
Pemerintah memastikan bahwa program penyelamatan danau akan berbasis data ilmiah dan daya dukung lingkungan. Upaya strategis yang dilakukan antara lain pengendalian Keramba Jaring Apung (KJA) seperti di Danau Toba yang menargetkan pengurangan dari 11.827 menjadi 3.333 petak, penguatan peran pemerintah daerah dan penegakan hukum terhadap perambahan, okupasi ilegal, dan pencemaran, penerapan pendekatan ekohidrologi serta adaptasi perubahan iklim, hingga mendorong pembiayaan hijau melalui APBN, Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), mekanisme jasa lingkungan, dan skema carbon offset. Partisipasi publik juga menjadi pilar penting melalui Gerakan Bersama Bersihkan Danau serta program Adopsi Danau oleh universitas.
“Saya ingin semua danau memiliki rencana aksi yang konkret, berbasis data, dan dirancang bersama masyarakat. Dan saya mohon agar kepala daerah menjadikan ini sebagai prioritas,” tegas Menteri Hanif.
Dalam momentum World Lake Conference ke-20 di Brisbane, Australia, Indonesia juga mengusulkan pembentukan Pusat Koordinasi Regional untuk Pengelolaan Danau Berkelanjutan di Asia-Pasifik. Pusat ini akan menjadi wadah kolaborasi bagi para ilmuwan, pembuat kebijakan, dan komunitas lintas negara untuk berbagi pengalaman, teknologi, serta pendekatan lokal dalam menghadapi tantangan pengelolaan danau yang tidak mengenal batas negara.
Momentum Hari Danau Sedunia menjadi pengingat bahwa danau adalah jantung ekosistem yang menopang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati, dan ketahanan lingkungan. Indonesia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan danau-danau tetap hidup, lestari, dan memberi kehidupan – bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk anak cucu di masa depan.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post