Karawang, Kabariku – Dunia usaha Jawa Barat kembali dilanda kegaduhan akibat dualisme organisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang belum menemukan titik akhir. Dua kubu – dua musyawarah provinsi (Musprov), dan dua klaim legalitas membuat para pelaku usaha di daerah merasa lelah dan bingung menentukan arah.
Ditengah situasi yang kian keruh, Ketua Kadin Kabupaten Karawang H. Emay Ahmad Maehi angkat bicara dengan gaya lugas khasnya—tegas, satir, namun berpijak pada logika dan kepedulian terhadap marwah organisasi.
“Kita ini pengusaha, bukan pemain sirkus,” tegas H. Emay membuka pernyataannya di Karawang, Sabtu (11/10/2025).
“Kalau setiap Musprov selalu ada dua versi, dua klaim, dua SK, lalu apa yang mau kita bangun? Dunia usaha butuh kepastian, bukan tontonan rebutan kursi.”
Emay menegaskan, Kadin Karawang berdiri tegak mendukung hasil Musprov Hotel Preanger Bandung yang memilih H. Nizar Sungkar, S.H. sebagai Ketua Kadin Jawa Barat yang sah.
Menurutnya, Nizar memiliki legalitas kuat secara AD/ART serta visi konkret terhadap arah pembangunan ekonomi Jawa Barat ke depan.
“Nizar itu orang lapangan, bukan sekadar organisatoris. Dia tahu dunia usaha butuh iklim sehat, bukan iklim politik berasap. Dan yang terpenting, Musprov Preanger itu sah secara prosedural, bukan hasil musyawarah bayangan di tempat gelap,” ujarnya dengan nada satire.
Desak Kadin Indonesia Bertindak Bijak
Meski demikian, H. Emay menilai persoalan dualisme ini sebaiknya tidak dibumbui kepentingan politik sesaat. Ia menyerukan agar Kadin Indonesia turun tangan dengan bijak dan berpihak pada marwah organisasi.
“Kadin Indonesia itu rumah besar kita. Jangan sampai rumah ini rusak karena anak-anaknya bertengkar tanpa penengah. Sudah waktunya Dewan Pengurus Kadin Indonesia turun tangan dengan kepala dingin, bukan dengan pandangan sebelah mata,” katanya menegaskan.
Dalam pernyataannya, Emay juga menyinggung Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar tetap bersikap netral. Ia bahkan menyebut nama tokoh senior Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), sebagai sosok yang seharusnya mampu menjadi penyejuk di tengah perbedaan.
“Kita tahu Kang Dedi Mulyadi itu bapak bagi orang Jawa Barat—‘bapak aing’, begitu istilahnya. Maka sebagai bapak, tentu beliau harus mengayomi semua anaknya tanpa pilih kasih,” ucap Emay.
“Jangan sampai langkah-langkah taktis politik justru memperdalam luka, padahal yang kita butuhkan adalah kesejukan.”
H. Emay: Cari Jalan Tengah, Bukan Perpecahan
Menurut H. Emay, solusi terbaik bagi Kadin Jawa Barat adalah jalan tengah yang menenangkan semua pihak.
“Kadin Indonesia dan Pemprov Jabar perlu jadi jembatan, bukan dinding. Carikan solusi win-win agar dunia usaha bisa fokus bekerja, bukan sibuk mengurus perpecahan,” katanya dengan nada prihatin.
Ia menegaskan, dukungan Karawang terhadap H. Nizar bukan karena kedekatan personal, melainkan komitmen terhadap aturan dan moralitas organisasi.
“Bagi kami, kehormatan itu ada di aturan. Selama AD/ART dijaga dan ditaati, maka itulah garis yang kami bela. Dunia usaha tidak akan hidup di atas fondasi yang abu-abu,” tegasnya.
Sindiran Tajam: “Kalah Tender Itu Belajar, Bukan Bikin Tender Tandingan”
Diakhir pernyataannya, Emay menutup dengan sindiran halus namun mengena.
“Di dunia usaha, yang kalah tender itu belajar, bukan bikin tender tandingan. Begitu pula di organisasi, yang kalah harusnya introspeksi, bukan bikin versi sendiri,” ujarnya.
“Kadin itu bukan arena sabung ego, tapi wadah kebersamaan membangun ekonomi bangsa.”
Dengan nada tenang namun tajam, ia mengingatkan semua pihak agar segera menuntaskan konflik dualisme yang hanya menguras energi.
“Kami hanya ingin satu hal – kepastian dan keteduhan. Karena kalau organisasi ini kembali ke marwahnya, maka dunia usaha pun akan kembali punya arah,” pungkas H. Emay.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post