“Menolong satu nyawa seperti menyelamatkan seluruh umat manusia,” demikian pesan ayat suci yang dikutip Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Khairul Munadi, saat menyampaikan kuliah umum di Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam pada Sabtu (30/8).
Dilansir dari laman Kemenristeksaindikti, turut hadir dalam acara ini Kepala LLDikti Wilayah I Sumatera Utara, perwakilan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Sumatera Utara, Ketua Yayasan Medistra Lubuk Pakam, Rektor Institut Kesehatan Medistra, serta jajaran pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa.
Tercatat sebanyak 3.102 peserta hadir, menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap perhatian pemerintah pusat dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan tinggi kesehatan.
Dalam kuliah umumnya di hadapan ribuan mahasiswa, Dirjen Dikti menegaskan bahwa profesi kesehatan adalah profesi kemanusiaan yang tidak semata-mata mengandalkan keilmuan, tetapi juga empati dan integritas. Ia menyebut setidaknya ada empat tantangan besar dalam pendidikan tinggi kesehatan di Indonesia. Pertama, distribusi dan ketersediaan tenaga kesehatan yang belum merata. Kedua, peningkatan mutu lulusan yang harus dibarengi dengan pembentukan karakter, etika, dan empati.
“Tantangan berikutnya adalah transformasi sistem kesehatan melalui academic health system yang menekankan sinergi antara kampus, rumah sakit, pemerintah, dan masyarakat. Selain itu, perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan, big data, dan telemedisin menuntut kesiapan generasi baru tenaga kesehatan,”Jelas Dirjen Khairul.
Dengan semangat yang sama, Ketua Yayasan Medistra, Johannes Sembiring, menuturkan perjalanan panjang institusi ini yang berawal dari pendirian Akademi Keperawatan pada tahun 1994. Bermula dari dua ruko sederhana dengan jumlah mahasiswa hanya 40 orang, Medistra kini berkembang menjadi institut dengan lima fakultas dan 17 program studi.
“Hingga 2025, Medistra memiliki 5.485 mahasiswa aktif dan telah meluluskan 21.927 alumni, sebuah capaian yang meneguhkan posisinya sebagai salah satu perguruan tinggi kesehatan terkemuka di Sumatera Utara,” ucap Johannes.
Arkian, Dirjen Dikti juga memberikan sejumlah harapan strategis kepada Medistra, antara lain memperkuat riset dan pengabdian masyarakat yang benar-benar menjawab kebutuhan publik seperti gizi, stunting, dan intervensi kesehatan berbasis desa.
“Kita harus memperluas kolaborasi internasional melalui pertukaran mahasiswa, riset bersama, maupun kerja sama digital lintas negara, mendorong inovasi pembelajaran digital di bidang kesehatan, mulai dari simulasi berbasis teknologi hingga laboratorium virtual,serta memastikan penguatan program profesi di bidang kedokteran, keperawatan, kebidanan, farmasi, hingga fisioterapi,” pungkas Dirjen Khairul.
Kepada mahasiswa, Khairul Munadi menitipkan tiga pesan utama, yakni menguasai ilmu dan keterampilan sebaik-baiknya dengan target zero retaker pada uji kompetensi, membangun karakter dengan empati dan integritas, serta mengembangkan semangat belajar sepanjang hayat mengingat perkembangan ilmu kesehatan yang begitu cepat.
“Pasien bukan sekadar angka. Mereka adalah ayah, ibu, anak, dan orang-orang tercinta. Sentuhan empati seringkali jauh lebih penting daripada sekadar mengobati,” tegas Khairul Munadi.
Rektor Medistra, Rahmad Gurusinga, juga menyampaikan apresiasi atas berbagai dukungan, termasuk penyaluran Beasiswa KIP Kuliah kepada 351 mahasiswa.
“Tentu (dukungan) ini memperkuat komitmen kami dalam bersinergi dengan pemerintah, sehingga berbagai program dapat berjalan lebih tepat sasaran dan bermanfaat langsung bagi mahasiswa maupun masyarakat,” Tutup Rahmad.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post