Jakarta, Kabariku – PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya untuk memanfaatkan sains dan teknologi dalam meningkatkan porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia, demi mewujudkan swasembada energi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini disampaikan dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 yang digelar di Bandung, Kamis (7/8).
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek), Stella Christie, menekankan pentingnya peran sektor industri, termasuk BUMN, sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi. Karena itu, Kementerian Diktisaintek terus mendorong penguatan riset dan penerapannya untuk mempercepat kemajuan industri.
”Kami terus semangat dan di Diktisaintek kami adalah sebagai penjembatan. Kami terus-menerus memetakan kebutuhan BUMN agar bisa dilemparkan langsung kepada Bapak-Ibu sekalian, agar BUMN kita bisa meningkatkan revenue, menurunkan cost, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Bapak-Ibu sekalian,” ujar Stella.
Ia menambahkan, ekosistem riset nasional telah menghasilkan banyak prototipe dari basic research hingga translational research, namun tantangan terbesar adalah memastikan inovasi tersebut dapat dihilirisasi menjadi solusi yang digunakan secara luas.
“Kemdiktisaintek berkomitmen mendukung skema-skema hilirisasi berbasis kolaborasi. Kami dorong agar riset dari kampus-kampus dapat menjelma menjadi solusi nyata bagi industri dan masyarakat,” tambahnya.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan kesiapan PLN berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga riset untuk mengimplementasikan hasil riset ke dalam upaya percepatan pemanfaatan EBT di Indonesia.
“Kami menyambut baik langkah Kementerian Diktisaintek dalam mendorong pemanfaatan riset sains dan teknologi di sektor industri. Bagi PLN, sains dan teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan bauran EBT nasional, selaras dengan target Net Zero Emission 2060,” kata Darmawan.
Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan PLN, Daniel K.F. Tampubolon, menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi merupakan bagian integral dari strategi percepatan transisi energi nasional.
“Transisi energi tidak terbatas pada pembangkit EBT, tetapi memastikan seluruh ekosistemnya siap, mulai dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi, melalui implementasi smart grid,” ungkap Daniel.
Daniel menjelaskan, smart grid akan menjadi enabler utama dalam mengatasi risiko karakter intermitensi pada variable renewable energy (VRE). Sistem kelistrikan modern ini memanfaatkan teknologi informasi dan digital, sehingga lebih fleksibel, responsif, dan mampu meningkatkan porsi EBT secara optimal tanpa mengorbankan keandalan dan efisiensi operasi.
PLN juga terus mengembangkan infrastruktur green enabling transmission line sepanjang 47.758 kilometer sirkuit (kms) seperti yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Infrastruktur ini dirancang untuk mengatasi mismatch antara lokasi pembangkit EBT dan pusat permintaan listrik di kawasan industri lintas kepulauan.
“Mismatch ini memang menjadi salah satu tantangan utama di Indonesia sebagai negara kepulauan. Namun, dengan riset yang mendalam, kita dapat menghadirkan teknologi dan inovasi terapan yang adaptif dan berkelanjutan,” tutup Daniel.
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post