Jakarta, Kabariku – Menurut laporan Global Innovation Index 2024, Indonesia menempati peringkat 54 dari 133 negara. Beberapa indikator yang masih tertinggal diantaranya publikasi ilmiah di peringkat 126, kolaborasi riset dengan industri di peringkat 121, maupun ekspor jasa kreatif di peringkat 101.
Dilansir dari laman kemendikti, kondisi itu menggambarkan bahwa hasil riset belum sepenuhnya mengalir ke dunia usaha dan kehidupan sehari-hari, sehingga membutuhkan aksi kolaborasi nyata.
Hal ini dibuktikan dengan upaya Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS), antara Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek bersama PT FKS Group tentang Pengembangan dan Penerapan Sains dan Teknologi, di Gedung D Kemdiktisaintek, (26/8/2025).
Sekretaris Jenderal Kemdiktisaintek, Togar Simatupang, menyampaikan apresiasi atas perjanjian kerja sama yang telah disepakati.
Menurut Sesjen Togar, penandatanganan kerja sama strategis ini menandai langkah penting pemerintah dan industri dalam mempercepat, dan memperkuat pemanfaatan sains dan teknologi di masyarakat.
“Kerja sama ini jangan hanya dimaknai sebagai hitam di atas putih semata, melainkan harus menjadi sebuah kegiatan yang dapat mengembangkan riset dan inovasi yang berkelanjutan,” tegas Sesjen Togar.
Direktur Jenderal Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek, Ahmad Najib Burhani menuturkan bahwa melalui perjanjian yang ditandatangani, Ditjen Sains dan Teknologi dan PT FKS Group sepakat menggariskan sejumlah agenda implementatif.
Program yang akan dijalankan mencakup uji coba penerapan teknologi di lapangan, transfer pengetahuan kepada mitra, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, hingga pengembangan model bisnis inovatif yang berkelanjutan. Dengan cara ini, kolaborasi tidak hanya menghasilkan dokumen administratif, melainkan langkah nyata yang dapat di evaluasi dan memberikan dampak jangka panjang.
“Dengan penandatanganan ini harus tercipta ekosistem sains berkelanjutan untuk menjadi wadah kolaborasi nyata dalam mengembangkan riset dan inovasi, agar dapat bersinergi antara industri dan perguruan tinggi untuk menghasilkan terobosan yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat,” kata Dirjen Najib.
Sejalan dengan itu, kemitraan dengan industri menjadi salah satu pilar penting dalam mempercepat diseminasi dan pemanfaatan riset. Pemerintah sebagai penyedia tata kelola riset, kurasi teknologi, dan standar mutu, namun di sisi lain, sektor industri menghadirkan keunggulan operasional dan jejaring ekosistem.
Sinergi inilah yang mampu memperkuat daya saing nasional sekaligus menghadirkan manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terukur.
“Pemanfaatan dan penerapan saintek di masyarakat salah satunya diinisiasi melalui Tempe Park. Tempe Park menjadi sarana edutainment memperkenalkan pangan lokal, gizi, dan sains pangan kepada masyarakat. Tempe Park juga bisa menjadi living lab bagi pengembangan riset pangan, inovasi produk turunan kedelai, hingga penerapan teknologi tepat guna. Kami disana juga memfasilitasi pelatihan bagi UMKM produsen tempe agar mereka naik kelas dengan teknologi produksi yang lebih higienis, efisien, dan bernilai tambah.” imbuh Country Head FKS Group, Yanuar Samron.
Dengan pengalaman panjang di dunia industri dan jaringan ekosistem yang luas, PT FKS Group hadir sebagai mitra yang dapat menjembatani ruang laboratorium dengan masyarakat. Pemerintah berharap, sinergi ini mampu menghadirkan manfaat nyata di bidang pangan, energi, lingkungan, hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sejak 2024, PT FKS Group bekerja sama dengan 16 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mulai dari membuka akses kunjungan industri bagi siswa dan guru, hingga aktif dalam berbagai forum strategis Kemdiktisaintek. Hal ini menjadi bukti nyata PT FKS Group dalam mendukung penyebarluasan dan pemanfaatan hasil inovasi.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post