Jakarta, Kabariku – Presiden terpilih Prabowo Subianto membuka lebih luas keran investasi asing. Ia berencana untuk mengizinkan rumah sakit (RS) dan perguruan tinggi luar negeri membuka cabang di Indonesia.
Kebijakan ini dinilai sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas layanan publik sekaligus penguatan daya saing nasional.
Rencana ini ditegaskan Prabowo saat bertemu Presiden Dewan Uni Eropa, António Costa, di Brussels pada 13 Juli 2025. Ia menyatakan, jika perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa berhasil disepakati, maka fasilitas kesehatan dari Eropa akan diberi akses membuka cabang di Tanah Air.
“Dalam dua tahun terakhir, Indonesia juga telah membuka banyak sektor untuk partisipasi asing, termasuk sektor kesehatan. Rumah sakit asing dan institusi medis internasional kini diperkenankan membuka cabang atau afiliasi di Indonesia,” imbuh Kepala Negara dikutip dari laman Setkab, Selasa (15/7).
Langkah ini memiliki tujuan strategis di antaranya menekan angka wisata medis ke luar negeri yang selama ini menyedot devisa hingga US$6 miliar per tahun.
Oleh karena itu, dengan menghadirkan rumah sakit asing berkualitas internasional di dalam negeri, Prabowo berharap masyarakat tak lagi perlu terbang ke Singapura, Malaysia, atau Jepang untuk berobat.
Selain itu, RS asing dipandang dapat membawa teknologi, sistem manajemen, dan praktik terbaik yang bisa meningkatkan standar layanan kesehatan nasional. Pemerintah juga melihat potensi kolaborasi untuk pelatihan tenaga medis lokal melalui kerja sama akademik dan profesional.
Namun, dikutip dari berbagai sumber, para ahli mengingatkan pentingnya pengawasan agar kehadiran RS asing tidak menciptakan kesenjangan layanan antara kota besar dan daerah tertinggal.
Pemerintah juga diminta menyusun regulasi tegas terkait akreditasi, tenaga kerja asing, dan tarif layanan agar sektor kesehatan tidak sepenuhnya terkomersialisasi.
Kampus Asing Didorong Masuk Indonesia
Tak hanya sektor kesehatan, Prabowo juga mendorong perguruan tinggi asing membuka kampus di Indonesia.
Ajakan ini sebenarnya disampaikan Prabowo pertama kali saat APEC CEO Summit di Peru pada November 2024. Dalam pertemuan dengan Presiden Dewan Uni Eropa, António Costa kemarin, hal itu kembali ia tegaskan.
Menurut Prabowo, kehadiran kampus luar negeri akan memperkaya ekosistem pendidikan dalam negeri. Transfer kurikulum, standar pengajaran, hingga teknologi digital kampus diyakini dapat menjadi katalis peningkatan mutu pendidikan Indonesia, tanpa harus mengirimkan ribuan pelajar ke luar negeri setiap tahun.
Langkah ini juga sejalan dengan strategi memperkuat ibu kota baru Nusantara sebagai pusat pendidikan dan inovasi global, sekaligus mempercepat pertumbuhan SDM unggul yang siap menghadapi era revolusi industri 5.0.
Terkait rencana ini, para pengamat menyampaikan agar pemerintah menyiapkan kerangka hukum dan regulasi yang ketat agar investor asing tunduk pada aturan lokal.
Pengawasan harus memastikan bahwa misi sosial tetap menjadi prioritas utama, bukan hanya profit.
Selain itu, pemerataan juga menjadi sorotan. Tanpa kebijakan afirmatif, ada kekhawatiran bahwa investasi hanya akan terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Bali, sementara daerah lain kembali tertinggal.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post