oleh:
Yaman Suryaman, SE., M.Si., Ph.D
Ketua Forum Perguruan Tinggi Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat
Garut, Kabariku- Garut, sebuah kabupaten dengan kekayaan alam yang memukau, tak luput dari ancaman bencana yang terus menghantui. Salah satu ancaman terbesar yang mengintai Garut, khususnya di wilayah selatan, adalah potensi Megathrust yang berpotensi memicu tsunami.
Meski ancaman ini telah diketahui luas, kesiapsiagaan kabupaten Garut menghadapi bencana besar seperti ini masih jauh dari optimal. Berulangnya bencana banjir, longsor, dan gempa bumi yang telah menelan banyak korban jiwa dan harta benda menegaskan bahwa upaya mitigasi yang dilakukan selama ini tidak cukup efektif.
Menjelang pemilihan Bupati, Garut menjadi lahan yang subur bagi kampanye politik para calon pemimpin. Dimana-mana, baliho besar terpampang dengan wajah-wajah calon Bupati yang menjual tampang mereka. Slogan-slogan yang berisi janji-janji kosong tentang perbaikan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat mendominasi ruang publik.
Namun, ada satu hal yang jarang kita dengar dari para calon ini: bagaimana mereka akan menangani kebencanaan di Garut, khususnya di tahap mitigasi.
Mitigasi bencana adalah kunci dalam mengurangi dampak ketika bencana terjadi. Sayangnya, sebagian besar program yang dipromosikan oleh para calon Bupati Garut lebih banyak berfokus pada pembangunan fisik dan proyek-proyek jangka pendek yang menarik perhatian, namun kurang menyinggung pentingnya perencanaan jangka panjang dalam menghadapi bencana.
Mitigasi bukan sekadar membangun tanggul atau menanam pohon di daerah rawan longsor. Ini adalah soal membangun kesadaran masyarakat, memperkuat infrastruktur tahan bencana, dan memastikan adanya koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam situasi darurat.
Apakah para calon Bupati Garut siap memprioritaskan hal ini? Sayangnya, yang kita lihat sejauh ini lebih banyak tebar pesona dibandingkan program nyata yang menyentuh persoalan mitigasi.
Kesiapsiagaan menghadapi ancaman Megathrust dan bencana lain seolah hanya menjadi isu sekunder, padahal ini seharusnya menjadi perhatian utama.
Garut membutuhkan pemimpin yang bukan hanya memahami potensi bahaya yang mengancam daerah ini, tetapi juga memiliki keseriusan untuk bertindak. Pemimpin yang mampu mengalokasikan anggaran dengan bijak untuk membangun sistem peringatan dini, memperkuat infrastruktur publik agar tahan bencana, dan melibatkan masyarakat dalam edukasi kebencanaan.
Tidak cukup hanya menunggu bencana datang dan merespons setelahnya, karena nyawa dan masa depan masyarakat Garut dipertaruhkan.
Untuk itu, masyarakat Garut harus kritis dalam memilih pemimpin. Jangan sampai terpukau oleh baliho besar dan janji manis yang hanya menjual citra tanpa isi.
Sudah saatnya kita mencari pemimpin yang benar-benar memiliki visi untuk melindungi Garut dari ancaman bencana di masa depan.
Pemimpin yang sadar bahwa mitigasi bukan hanya langkah sementara, tetapi investasi untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
Ditengah ancaman Megathrust yang dapat datang kapan saja, kesiapan Garut masih menjadi tanda tanya besar. Bagaimana calon Bupati merespons tantangan ini harus menjadi salah satu penilaian penting bagi masyarakat.
Sudah terlalu banyak korban jiwa dan kerugian materi yang ditanggung akibat minimnya kesiapan. Kini, Garut membutuhkan lebih dari sekadar janji, Garut membutuhkan aksi nyata untuk masa depan yang lebih aman.***
Garut, 12 September 2024
Red/K.101
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post