Jakarta, Kabariku- Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu para pemimpin redaksi media massa nasional di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Kamis (10/8/2023).
Dalam kesempatan itu, Jokowi menyampaikan kembali pentingnya hilirisasi dan harapannya tentang sosok presiden penggantinya.

Harapan tersebut diunggah Jokowi dalam akun Instagram pribadinya, @jokowi, Jumat (10/8/2023).
Jokowi menegaskan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang berani untuk menjaga kebijakan-kebijakan yang telah dibuat untuk memajukan bangsa. Misalnya, kebijakan hilirisasi industri.
“Ini kebijakan berani oleh Indonesia yang menghadapi tantangan tidak mudah dan dapat berdampak terhadap ekonomi nasional,” tulisnya di akun Instagramnya tersebut.
“Karena itulah, seperti tadi saya sampaikan dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin redaksi media nasional Jakarta, diperlukan konsistensi untuk mempertahankan kebijakan yang telah ada,” sambungnya.
Jadi, kata Jokowi, ke depan bukan tentang siapa presidennya, melainkan kesanggupan sekaligus keberanian untuk konsisten terhadap apa yang telah dimulai.
“Jadi, ke depan saya kira bukan tentang siapa presidennya, melainkan kesanggupan sekaligus keberanian untuk konsisten terhadap apa yang sudah kita mulai,” tegasnya.
Diketahui, pentingnya hilirisasi ini disampaikan berkali-kali oleh Jokowi dalam berbagai kesempatan.
Di tengah komplain dari beberapa negara maju, ternyata kebijakan hilirisasi berdampak positif terhadap ekonomi Indonesia.
Ketika menghadiri pengukuhan pengurus Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pada Senin, 31 Juli 2023 di Jakarta, Jokowi pun menyampaikan hal tersebut.
Jokowi mengatakan, hilirisasi industri menjadi salah satu langkah penting bagi Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045.
“Kalau itu bisa kita lakukan, kemudian hilirisasi ini berhasil untuk semua mineral, perkebunan, pertanian, perikanan, semuanya bisa dihilirisasi. Kalau hitung-hitungannya World Bank, McKinsey, IMF, OECD, itu di 2040 sampai 2045, saya yakin ini bisa agak maju,” katanya.
Presiden melanjutkan, hilirisasi telah menciptakan sejumlah dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Seperti penciptaan lapangan kerja, Kepala Negara menyebut hilirisasi mampu membuka kesempatan bagi para calon pekerja secara signifikan.
“Di Sulteng, sebelum hilirisasi, hanya 1.800 tenaga kerja yang terangkut di dalam pengolahan nikel. Setelah hilirisasi, menjadi 71.500 tenaga kerja yang bisa bekerja karena adanya hilirisasi nikel di Sulteng,” ujar Presiden.
Selanjutnya, hilirisasi juga memberikan kontribusi besar pada pendapatan negara yang terus meningkat. Dulu pada tahun 2014 sampai 2015, menurut Presiden pemerintah menghasilkan kurang lebih Rp31 triliun dari ekspor bahan mentah.
“Setelah hilirisasi, menjadi Rp510 triliun. Kembali lagi, dari USD2,1 billion melompat menjadi USD33,8 billion. Jadi, melompatnya berapa kali? Ini baru beberapa turunan saja,” lanjutnya.
Selain itu, Presiden menuturkan bahwa hilirisasi juga memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi daerah. Hal tersebut kemudian akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional.
“Di Maluku Utara (pertumbuhan ekonomi daerah) sebelumnya rata-rata 5,7 persen, setelah hilirisasi 23 persen. Kalau semua provinsi growth-nya seperti itu, Bapak-Ibu bisa bayangkan agregat dari semuanya menjadi pertumbuhan ekonomi nasional kita akan berapa,” tambahnya.
Lebih lanjut, Presiden menegaskan bahwa program hilirisasi ini tidak berhenti hanya pada industri mineral saja, tetapi juga pada sektor lainnya. Untuk itu, Presiden mengajak para pengusaha untuk turut mendukung program hilirisasi tersebut.***
Red/K-1002
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post