Jakarta, Kabariku- Kerusuhan akibat bentrok antara pekerja lokal dan tenaga kerja asing (TKA) di pabrik smelter milik PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) yang menyebabkan 3 pekerja tewas (2 orang pekerja Indonesia dan 1 orang TKA) pada Sabtu (14/1/23) malam.
Jumhur Hidayat, Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) mengatakan, Jelas sangat memprihatinkan.
“Kejadian ini jauh sebelumnya memang sudah dapat diduga karena kebijakan pemerintah tentang pembiaran derasnya TKA khususnya dari China memang sudah sangat keterlaluan,” kata Jumhur. Minggu (15/1/2023) malam.
Jumhur menyebut, Kawasan industri yang terjadi di berbagai wilayah tanah air termasuk di Morowali Utara sudah seperti “negara dalam negara”.
Di kawasan-kawasan industri milik China itu, menurut Jumhur, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa upah TKA China besarnya berkali-kali lipat lebih banyak dari upah pekerja lokal untuk jenis pekerjaan yang sama.
“Belum lagi fasilitas lebih bagus yang diberikan kepada TKA dengan alasan mereka orang asing,” ujarnya.
Ia pun menjelaskan, Beberapa aturan termasuk aturan ketenagakerjaan boleh dibedakan dengan aturan yang pada umumnya berlaku di wilayah Indonesia atau sengaja diubah demi investor dari China itu.
“Seperti aturan pajak dan aturan tidak boleh diskriminatif terhadap pekerja, aturan ekspor hasil tambang wajib dijual dengan harga murah ke smelter-smelter yang notabene sekitar 90% milik China,” jelasnya.
Kata Jumhur, Adapun yang dirasa menjadi penyebab ketegangan adalah karena puluhan ribu pekerja asing (TKA) tidak berpendidikan layak atau pekerja kasar.
“Ternyata bisa menjadi pekerja di kawasan itu namun mereka eksklusif karena tidak bisa berbaur dengan pekerja lokal akibat tidak diwajibkan berbahasa Indonesia seperti aturan yang pernah berlaku selama puluhan tahun sebelumnya,” terangnya.
Menurutnya, melihat keadaan ini maka suatu hal yang sangat mendesak untuk dilakukan AUDIT baik regulasi maupun pelaksanaan regulasi terkait dengan investasi dari China ini.
“Karena sungguh sangat merugikan baik bagi pendapatan negara maupun dalam bidang ketenagakerjaan,” ucapnya.
Jumhur pertanyakan, Apa untungnya bagi rakyat Indonesia? Bila dalam investasi dari China ini bila bahan-bahan pembangunan pabrik dan mesinnya langsung diimpor dari China.
“Perusahaan mendapat bebas pajak atau tidak bayar pajak (tax holiday) bisa sampai 25 tahun, membawa TKA kasar yang upahnya berkali-kali lipat dibanding upah lokal,” tukas Jumhur.
Keuntungan usahanya sepenuhnya milik perusahaan China, lanjutnya, dan untuk Indonesia paling hanya kebagian sewa tanah dan penyerapan pekerja murah.
“Sementara itu setelah mengeruk kekayaan luar biasa yang ditinggalkan adalah lingkungan hidup yang rusak,” tandasnya.***
Red/k.101
BACA juga Berita menarik Seputar Pemilu KLIK disini