Kabariku- Layangkan surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), sejumlah tokoh yang tergabung dalam Aliansi Anak Bangsa Peduli Riset dan Kemajuan Bangsa memberikan apresiasi upaya Presiden Jokowi untuk memperbaiki Ekosistem Riset di Indonesia sebagai tindak lanjut dari UU Sisnas Iptek.
Dalam surat terbuka tersebut disebut, sebagai tindak lanjut dari Perpres yang Presiden tanda tangani yaitu Perpres No.78 Tahun 2021 terbentuklah Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) yang kemudian BRIN meleburkan beberapa lembaga.
“Kami Aliansi Anak Bangsa Peduli Riset dan Kemajuan Bangsa merasa prihatin terhadap langkah peleburan lembaga tersebut. Oleh karena itu kami meminta Bapak Presiden untuk mengembalikan lembaga yang dileburkan tersebut ke asal kelembagaannya dan menjadikan BRIN hanya sebagai koordinator riset di Indonesia. BRIN tidak perlu meleburkan berbagai lembaga riset yang ada,” ujar Co Founder Narasi Institute, melalui Inisiator, Achmad Nur Hidayat dan Fadhil Hasan, ditulis Senin (10/1/2022).
Dijelaskan dalam suratnya, Mulai dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), termasuk yang sedang hangat dibincangkan publik yaitu Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman.
“Peleburan lembaga-lembaga riset tersebut ternyata menimbulkan persoalan organisasi yang menghambat masa depan penelitian Indonesia. Urusan peleburan lembaga tersebut ternyata terbentur dengan aturan birokratisasi peneliti yang berujung pada tidak terekrutnya para peneliti terbaik di lembaga tersebut. Padahal mereka adalah peneliti teruji yang berpendidikan S3, S2 dan S1,” tulis surat terbuka Co Founder Narasi Institute.
Namun, lanjutnya, karena mereka bukan peneliti berstasus pegawai negeri sipil (PNS), melainkan pegawai/peneliti atas dasar kontrak jangka waktu tertentu, sebagaimana mereka yang selama ini mendukung Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Kapal Riset Baruna Jaya maka mereka diputuskan hubungan kerjanya.
Dijabarkan dalam surat, Diantara mereka bahkan ada yang telah mendapatkan penghargaan oleh negara. Peleburan lembaga seperti Eijkman tersebut akan diikuti oleh 38 lembaga lainnya yang mengakibatkan hilangnya peneliti yang diprediksi sekitar 1500-1600 peneliti non PNS. Padahal mereka sedang diharapkan akan mendapatkan penghargaan riset dunia dari lembaga risetnya.
“Kami Aliansi Anak Bangsa Peduli Riset dan Kemajuan Bangsa merasa prihatin terhadap langkah peleburan lembaga tersebut. Oleh karena itu kami meminta Bapak Presiden untuk mengembalikan lembaga yang dileburkan tersebut ke asal kelembagaannya dan menjadikan BRIN hanya sebagai koordinator riset di Indonesia. BRIN tidak perlu meleburkan berbagai lembaga riset yang ada,” demikian tertulis dalam Surat terbuka.
Aliansi sepakat dengan gagasan Presiden untuk membenahi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi lembaga-lembaga penelitian kita demi mendukung pembangunan nasional untuk mencapai visi Indonesia Emas.
“Sekiranya Bapak Presiden berkenan, kami dengan senang hati menyampaikan pemikiran dan ide-ide kami mengenai berbagai permasalahan sangat mendasar yang dihadapi oleh lembaga-lembaga riset kita dan memerlukan reformasi yang hanya bisa terlaksana bila didukung oleh kehendak politik (political will) Bapak Presiden,” sambungnya.
Dengan berbagai pertimbangan segenap pihak yang berkompeten dan konsen, lanjutnya, pihaknya mendesak Presiden Joko Widodo untuk mengkoreksi Perpres No. 78 tahun 2021 dan membentuk sebuah tim independen yang fokus untuk memberi rekomendasi terbaik bagi Riset Indonesia.
Permintaan ini tertuang dalam surat terbuka yang dibuat pada Sabtu, 8 Januari 2022. Surat tersebut didukung oleh sejumlah tokoh akademik diantaranya:
Narasi Institute Bersama Aliansi Peduli Riset dan Kemajuan Bangsa
- Prof Azyumardi Azra
- Prof Didin S Damanhuri
- Prof Agus Pakpahan
- Prof Amien Soebandrio
- Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro
- Prof Sofian Effendi (Ex Rektor UGM dan Ketua Komisi ASN)
- Prof Mayling Oey-Gardiner (Guru Besar UI)
- Prof.em Franz Magnis Suseno
- Dr Abdul Malik
- Dr Fadhil Hasan
- Dr Connie Bakrie
- Sidratun Naim, PhD
- Andri BS Sudibyo
- Bursah Zarnubi
- Prof Widi Agoes Pratikto (ITS)
- Prof Hermanto Siregar (IPB)
- Dr Anthony Budiawan
- Dr H Abustan (Uiniversitas Islam Jakarta)
- Dr P Setia Lenggono
- Prof Taufik Abdullah (ex Ketua LIPPI)
- Dr Busyro Muqaddas (ex Ketua KPK)
- Dr Ahlis Djirimu (Universitas Tadulako)
- HE Astari Rasyid
- Prof Agus Suman (Universitas Brawijaya)
- Dr Suparman Marzuki (Ex Ketua Komisi Yudisial)
- Dr. Ir. Muhammad Said Didu, IPU, ASEANEng
- Prof Rochmat Wahab (ex Rektor UNY)
Hingga hari ini diketahui sudah 6736 lain yang sudah menandatangani di petisi ini. Selain itu, Narasi Institute juga menggalang dukungan melalui https://www.change.org/PetisiBRIN
*Sumber: change.org
Red/K.000
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post