Kabariku- Generasi (Gen) Z dan Milenial diajak berpartisipasi aktif mempercepat kemandirian desa dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada di daerah masing-masing.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Dr. Drs. H. Abdul Halim Iskandar, M. Pd., mengatakan, partisipasi Gen Z dan Milenial merupakan faktor penting yang menentukan arah pembangunan desa karena mendominasi struktur kependudukan di Tanah Air saat ini.
“Maka harapan saya adalah kader-kader IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) betul-betul bisa membersamai desa dalam upaya percepatan kemandirian desa. Sehingga keberadaan kader-kader IPPNU di desa betul-betul menjadi bagian penting dari proses pembangunan desa,” kata Mendes PDTT dalam keterangannya di laman resmi kemendesa.go.id dikutip Sabtu (12/3/2022).
Menurut Menteri Abdul Halim, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z (kelahiran 1997-2012) sebesar 27,94 persen atau 74,93 juta jiwa; milenial (1981-1996) sebesar 25,87 persen atau 69,38 juta jiwa; dan generasi X (1965-1980) sebesar 21,87 persen atau 58,65 juta jiwa.
Bonus demografi atau surplus usia produktif tersebut dinilai ibarat dua sisi mata pisau, yang apabila dikelola dengan tepat maka akan sangat bermanfaat untuk negara.
“Sebaliknya, jika salah urus maka bisa menjadi bumerang bagi bangsa,” imbuhnya.
Oleh karenanya, Menteri Abdul Halim mengajak kader-kader IPPNU untuk terlibat lebih aktif dalam upaya percepatan kemandirian desa menyisipkan materi tentang pembangunan dan pemberdayaan desa dalam setiap kegiatan atau menjadi pegiat desa.
Dengan demikian, katanya, keberadaan kader-kader IPPNU di desa akan menjadi bagian penting dalam proses pembangunan desa.
“Kalau nyambung dan kemudian ada kiprah yang bagus, menjadi pegiat desa yang kompeten dan berpengalaman, pada saatnya nanti akan ada yang namanya beasiswa Rencana Pembelajaran Lampau bagi pegiat desa,” katanya.
Anggota IPPNU menurutnya masuk dalam kategori Gen Z, yakni kelompok usia yang produktif, kreatif, tapi relatif labil yang harus menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan yang tidak mudah tersebut.
Hal itu disampaikan Menteri Desa dalam Latihan Pelatih Nasional (LATPELNAS) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Balai Besar Latihan Masyarakat Kemendes PDTT Jakarta, yang dilaksanakan 10-13 Maret 2022.
Sementara itu, Ketua Umum PP IPPNU Rekanita Nurul Hidayatul Ummah mengatakan bahwa pada era digitalisasi para kader harus update atau peka terhadap isu-isu yang sedang berkembang di tengah masyarakat.
Ia mengatakan bahwa tanggung jawab pelatih IPPNU dalam mendidik para kader bukan pekerjaan mudah. Pelatih membutuhkan upaya maksimal dalam pengembangan diri sebagai bekal melakukan pendampingan di berbagai pelatihan.
“IPPNU harus menjadi organisasi pengaderan yang selalu siap dan sigap setiap saat melaksanakan dan mengajarkan nilai aswaja di mana pun dia berada,” kata Nurul.
Indonesia, kata dia, menjadi negara terbesar keempat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Kendati Indonesia mempunyai bonus demografi yang tinggi, hal itu bisa menjadi bumerang apabila tidak dikelola dengan baik.
“Bonus demografi tersebut bisa jadi manfaat atau bumerang bagi Indonesia,” jelas dia.
Untuk meningkatkan kemampuan kader, IPPNU telah mengadakan beberapa kegiatan atau pembekalan, diantaranya Latihan Pelatih Nasional (Latpelnas). Pelatihan itu untuk melahirkan pelatih andal di tingkat nasional.
Ia berharap mereka memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menganalisis dan merancang strategi untuk menyelesaikan setiap problem yang ditemui dalam kaderisasi serta organisasi.***
*Sumber & foto: Humas Kemendes PDTT
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post