Mataram, Kabariku – Setelah lima hari proses pencarian dan evakuasi penuh tantangan, jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), akhirnya berhasil diangkat dari jurang berkedalaman sekitar 600 meter di kawasan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Evakuasi dilakukan di area Cemara Tunggal, jalur pendakian menuju puncak Rinjani, pada Rabu (25/6/2025) pukul 13.51 WITA.
Tim SAR gabungan harus berjibaku di medan ekstrem, menghadapi curah hujan tinggi, jalur terjal, serta minimnya peralatan evakuasi vertikal. Proses pengangkatan dilakukan menggunakan teknik vertical lifting, dengan bantuan pulley dan tali yang dirangkai secara bertahap.
Rencana Autopsi di Bali
Jenazah Juliana saat ini disemayamkan di RS Bhayangkara Mataram. Rencananya, pada Kamis siang (26/6/2025), jenazah akan diberangkatkan ke Bali menggunakan ambulans untuk dilakukan autopsi. Autopsi ini diminta langsung oleh pihak keluarga yang datang dari Brasil.
Wakil Gubernur NTB, Indah Dhamayanti Putri, menjelaskan bahwa keluarga ingin mengetahui secara pasti penyebab dan waktu kematian Juliana sebagai bagian dari proses administrasi pemulangan jenazah ke Brasil.
“Mereka hanya ingin tahu secara jelas bagaimana dan kapan kematiannya terjadi. Itu akan membantu dalam proses dokumentasi pemakaman di negara asal,” ujar Indah dalam konferensi pers di RS Bhayangkara Mataram.
Kronologi Insiden
Juliana Marins diketahui mendaki Gunung Rinjani bersama lima wisatawan mancanegara lainnya, dengan pendampingan satu orang pemandu wisata. Mereka memulai pendakian dari jalur Sembalun pada Jumat (20/6/2025) dan melanjutkan perjalanan menuju puncak pada Sabtu pagi (21/6/2025).
Sekitar pukul 06.30 WITA, di area Cemara Tunggal, Juliana dilaporkan mengalami kelelahan. Pemandu menyarankan agar ia beristirahat, sementara lima pendaki lainnya tetap melanjutkan perjalanan ke puncak.
Namun, setelah menunggu cukup lama di puncak, Juliana tak kunjung menyusul. Pemandu kemudian turun ke lokasi istirahat awal, namun korban sudah tidak berada di tempat. Saat melakukan pencarian awal, pemandu melihat kilatan cahaya seperti senter dari arah jurang menuju danau Segara Anak, yang diduga milik korban.
Proses Pencarian Intensif
Pencarian dilakukan intensif sejak Minggu (22/6/2025), menggunakan unmanned aerial vehicle (UAV) dan drone thermal, meskipun sempat terhambat cuaca berkabut. Baru pada Senin (23/6/2025), sekitar pukul 07.05 WITA, jasad Juliana berhasil ditemukan sekitar 500 meter dari lokasi diduga awal ia jatuh, di medan berbatu dan berpasir.
Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi, menyebut identifikasi korban berhasil dilakukan dengan bantuan visualisasi drone thermal. Sementara itu, Kepala Basarnas Marsdya TNI Mohammad Syafii menjelaskan bahwa medan yang sulit memperlambat proses evakuasi.
“Butuh waktu 8 jam untuk mencapai titik awal pencarian dari Pos Sembalun. Medan sangat berat, dipenuhi batuan terjal, semak belukar, dan jalur licin akibat hujan,” kata Syafii dalam konferensi pers, Selasa (24/6/2025).
Evakuasi jasad Juliana Marins menjadi salah satu misi penyelamatan paling kompleks di Rinjani dalam beberapa tahun terakhir. Proses autopsi di Bali diharapkan memberi kejelasan bagi keluarga atas kematian tragis pendaki muda tersebut.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post