Nduga, Kabariku – Kunjungan kerja Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ke Kabupaten Nduga, Sabtu (7/6/2025), mencatat sejarah tersendiri. Selain menjadi kunjungan pertama Menteri Keuangan ke wilayah yang kerap dilabeli sebagai “zona merah” akibat konflik bersenjata, perjalanan ini juga menyimpan kisah keberanian, kehati-hatian, dan pengamanan luar biasa yang nyaris tak terdengar publik.
Dengan menumpang pesawat sipil milik Elang Nusantara Air bernomor register PK-ELM—yang ironisnya sempat masuk dalam daftar incaran kelompok kriminal bersenjata (KKB)—Menhan dan Menkeu tiba di Nduga dalam suasana diwarnai ketegangan.
Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, secara terbuka menyatakan bahwa pesawat PK-ELM adalah target militer karena diduga pernah digunakan dalam operasi TNI. Sebuah pernyataan yang menambah kekhawatiran akan keselamatan kedua pejabat negara tersebut.
Namun, perjalanan itu berakhir lancar. Tak ada insiden. Tak ada suara tembakan. Semua berjalan sesuai rencana. Sri Mulyani pun sempat mengungkapkan rasa harunya ketika memberikan sambutan di hadapan Forkopimda Nduga. Matanya berkaca-kaca, menyadari betapa rumit dan berisikonya medan yang sedang dihadapi masyarakat setempat. Baginya, ini bukan sekadar angka dan laporan—melainkan kenyataan lapangan yang menggetarkan.
Sosok paling bertanggung jawab
Di balik mulusnya kunjungan ini, ada satu sosok kunci yang bekerja senyap namun sangat menentukan. Dia adalah Letnan Jenderal TNI Bambang Trisnohadi, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Pangkogabwilhan III).

Letnan Jenderal TNI Bambang Trisnohadi, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Pangkogabwilhan III)
Letnan Jenderal TNI Bambang Trisnohadi pengendali utama operasi pengamanan tingkat tinggi demi memastikan keselamatan Menhan dan Menkeu di wilayah rawan tersebut.
Dan memang, Letjen Bambang bukan prajurit sembarangan. Pria kelahiran Jakarta pada 26 Februari 1972 ini merupakan lulusan terbaik Akademi Militer 1993 dengan gelar Adhi Makayasa.
Ia juga merupakan perwira tempur dari satuan elite SAT-81 Gultor Kopassus, pasukan antiteror paling disegani di Indonesia.
Sebelum menjabat Pangkogabwilhan III melalui SK Panglima TNI Nomor Kep/851/VII/2024, ia pernah memimpin Kodam IX/Udayana dan dikenal sebagai perwira yang tangguh, tegas, namun cermat dalam pengambilan keputusan.
Melalui koordinasi yang senyap namun presisi, Letjen Bambang mengerahkan langkah-langkah sterilisasi wilayah jauh sebelum kedatangan dua menteri tersebut. Ia memastikan bahwa jalur udara dan darat aman, pos-pos pengamanan siap siaga, dan komunikasi antarlembaga berjalan mulus. Operasi ini melibatkan TNI dan mitra keamanan lainnya secara terpadu, tanpa meninggalkan jejak kekisruhan.
“Kalau bicara tentang keamanan di wilayah seperti Nduga, bukan hanya strategi yang dibutuhkan, tapi juga sensitivitas dan kepercayaan dari seluruh unsur,” ujar seorang sumber militer yang enggan disebutkan namanya.
Kehadiran Sri Mulyani dan Sjafrie di Keneyam, ibu kota Kabupaten Nduga, bukan hanya simbol kehadiran negara, tetapi juga sinyal kuat bahwa upaya pembangunan dan pelayanan publik tetap berlanjut meski tantangan keamanan belum sepenuhnya surut. Kedua menteri bahkan mengenakan rompi antipeluru, menegaskan bahwa risiko tetap nyata.
Dalam agenda tersebut, mereka meninjau pos Satgas Pamtas Mobile Yonif 733/Masariku dan berdialog dengan para pejabat daerah. Isu utama yang dibahas mencakup percepatan pembangunan, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan, serta penguatan koordinasi keamanan.
Namun dari semua cerita yang muncul, nama Letjen Bambang Trisnohadi tetap berada di balik layar. Seorang penjaga senyap yang memastikan perjalanan penuh risiko ini berjalan selamat, tertib, dan penuh makna.***
Jangan lupa, Ikuti Update Berita menarik dari kabariku.com dan klik follow akun Google News Kabariku dan Channel WhatsApp Kabariku.com
Discussion about this post